Bangli Rencanakan Bangun 5 Embung
Pemkab Bangli rencanakan membangun lima embung (bak penampungan air hujan dalam ukuran besar) tahun 2018 ini.
BANGLI, NusaBali
Kelima embung yang masing-masing berkapasitas 500 meter kubik air tersebut dibangun untuk mendukung petani, khususnya tanaman holtikultura. Lima embung yang akan dibangun tersebut lokasinya tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Kintamani dan Kecamatan Bangli. Pasalnya, tanaman holtikultura lebih banyak ditanam petani di dua kawasan tersebut.
Dari lima embung yang direncanakan, empat unit di antaranya akan dibangun di kawasan pengunungan Kecamatan Kintamani. Pertama, berlokasi di Banjar Binyan, Desa Buahan, Kecamatan Kintamani---yang berada di sekitar Danau Batur. Embung Binyan menelan biaya sekitar Rp 162,25 juta, yang dananya bersumber Dana Alokasi Khusus (DAK).
Kedua, berlokasi di Banjar Bunut, Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani---yang juga berada di sekitar Danau Batur. Embung Bunut juga menelan biaya sekitar Rp 162,25 juta, yang dananya bersumber dari DAK. Ketiga, berlokasi di Banjar Madya, Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani. Embung Madya ini juga menelan biaya sekitar Rp 162,25 juta, yang dananya bersumber dari DAK.
Keempat, berlokasi di Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani. Embung Batur Tengah ini juga menelan biaya sekitar Rp 162,25 juta, namun sumber dananya dari APBD Tugas Perbantuan (APBD TP). Kelima, satu-satunya embung di luar Kecamatan Kintamani, berlokasi di Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli. Embung Kayubihi juga menelan biaya sekitar Rp 162,25 juta, yang sumber dananya dari APBD TP.
Kepala Seksi Sarana Produksi dan Alsintan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) kabupaten Bangli, Sang Putu Surata, menyatakan pembangunan 5 unit embung ini dilakukan untuk meningkatan produksi pertanian hortikultura, yang selama ini mengandalkan air hujan. "Pembangunan embung tidak lain agar petani bisa mengolah lahanya di saat musim kemarau atau tidak lagi mengandalkan dari tadah air hujan," jelas Sang Putu Surata di Bangli, Senin (29/1).
Menurut sang Putu Surata, semua embung dibangun dengan dana masing-masing Rp 162,25 juta, dengan kapasitas sama yakni 500 meter kubik air. Ukuran tiap embung kira-kira setara dengan panjang 10 meter, lebar 10 meter, dan kedalaman 5 meter. Proses pengerjaan embung akan dilakukan secara swakelola, di mana kelompok tani atau subak pemerima mengerjakan sendiri pembangunannya.
Dengan proses pengerjaan swakelola ini, kata Surata, maka anggota kelompok tani atau subak bisa diberdayakan. "Kami rasa bila dibangun secara swakelola, hasilnya juga jauh lebih bagus. Tentu anggota subak bisa mengerjakan lebih optimal, karena mereka sendiri yang akan memanfaatkan," tandas Surata.
Surata menyebutkan, sejauh ini di beberapa lokasi di wilayah Bangli sudah ada embung, namun dengan kapasitas air lebih kecil. "Di Kecamatan Kintamani saja cukup banyak ada embung. Tapi, kapasitas rata-rata kecil, hanya puluhan meter kubik," katanya.
Sementara itu, penentuan lokasi 5 unit embung yang akan dibangun tahun 2018 ini merupakan keputusan pusat. Awalnya, kelompok tani setempat mengajukan proposal kepada Bupati Bangli. Kemudian, ditindaklanjuti dengan pengecekan ke lapangan. "Selanjutnya, dilakukan verifikasi di lokasi mana yang benar-benar membutuhkan embung, sehingga menjadi prioritas untuk pembangunan," papar Surata.
Pembangunan embung sendiri, kata Surata, membutuhkan lokasi yang tepat. Dalam hal ini, posisi embung lebih rendah dari jalan, sehingga bila ada air bisa dialirkan ke embung. Namun, posisi embung harus lebih tinggi dari lahan pertanian, sehingga bisa dialirkan secara grafitasi. "Jadi, posisi embung harus tepat. Bila dibangun sejajar dengan lahan pertanian, sulit mengalirkan air," katanya.
Selain pembangunan 5 unit embung, kata Surata, Pemkab Bangli juga akan membangun DAM Parit di tahun 2018. DAM Parit dibangun untuk menampung rembesan air dari lahan persawahan yang selama ini terbuang percuma. Dengan dibangunnya DAM Parit, maka air bisa dimanfaatkan lagi dan menanggulangi risiko kekeringan, selain juga untuk peningkatan produktivitas lahan.
Menurut Surata, DAM Parit ini akan dibangun di beberapa subak, seperti di Subak Penida, Desa Tembuku (Kecamatan Tembuku, Bangli), Subak Juwuk Bali Bawah, Desa Susut (Kecamatan Susut, Bangli), Subak Tengah, Desa Tamanbali (Kecamatan Bangli), Subak Denan Dajan Desa, Desa Apuan (Kecamatan Susut), dan Subak Denan Delod Desa, Desa Apuan (Kecamatan Susut). Pembangunan DAM Parit menelan biaya Rp 113,35 juta per unit, yang dananya bersumber dari DAK.
Sang Putu Surata menegaskan, untuk mendukung pertanian holtikultura di Bangli, juga akan digelotorkan bantuan 10 unit cultivator atau traktor bagi lahan-lahan gembur. Tiap unit traktor harganya mencapai Rp 149 juta.
Namun, kata Surata, sampai saat ini prosesnya masih dalam tahap verifikasi calon penerima dan lokasi bantuan traktor. "Saat ini baru 0 kelompok tani yang mengajukan usulan bantuan traktor. Pengadaannya nanti dari provinsi, kami di kabupaten sifatnya hanya mengusulkan," tegas Surata. *e
Kelima embung yang masing-masing berkapasitas 500 meter kubik air tersebut dibangun untuk mendukung petani, khususnya tanaman holtikultura. Lima embung yang akan dibangun tersebut lokasinya tersebar di dua kecamatan, yakni Kecamatan Kintamani dan Kecamatan Bangli. Pasalnya, tanaman holtikultura lebih banyak ditanam petani di dua kawasan tersebut.
Dari lima embung yang direncanakan, empat unit di antaranya akan dibangun di kawasan pengunungan Kecamatan Kintamani. Pertama, berlokasi di Banjar Binyan, Desa Buahan, Kecamatan Kintamani---yang berada di sekitar Danau Batur. Embung Binyan menelan biaya sekitar Rp 162,25 juta, yang dananya bersumber Dana Alokasi Khusus (DAK).
Kedua, berlokasi di Banjar Bunut, Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani---yang juga berada di sekitar Danau Batur. Embung Bunut juga menelan biaya sekitar Rp 162,25 juta, yang dananya bersumber dari DAK. Ketiga, berlokasi di Banjar Madya, Desa Trunyan, Kecamatan Kintamani. Embung Madya ini juga menelan biaya sekitar Rp 162,25 juta, yang dananya bersumber dari DAK.
Keempat, berlokasi di Desa Batur Tengah, Kecamatan Kintamani. Embung Batur Tengah ini juga menelan biaya sekitar Rp 162,25 juta, namun sumber dananya dari APBD Tugas Perbantuan (APBD TP). Kelima, satu-satunya embung di luar Kecamatan Kintamani, berlokasi di Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli. Embung Kayubihi juga menelan biaya sekitar Rp 162,25 juta, yang sumber dananya dari APBD TP.
Kepala Seksi Sarana Produksi dan Alsintan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) kabupaten Bangli, Sang Putu Surata, menyatakan pembangunan 5 unit embung ini dilakukan untuk meningkatan produksi pertanian hortikultura, yang selama ini mengandalkan air hujan. "Pembangunan embung tidak lain agar petani bisa mengolah lahanya di saat musim kemarau atau tidak lagi mengandalkan dari tadah air hujan," jelas Sang Putu Surata di Bangli, Senin (29/1).
Menurut sang Putu Surata, semua embung dibangun dengan dana masing-masing Rp 162,25 juta, dengan kapasitas sama yakni 500 meter kubik air. Ukuran tiap embung kira-kira setara dengan panjang 10 meter, lebar 10 meter, dan kedalaman 5 meter. Proses pengerjaan embung akan dilakukan secara swakelola, di mana kelompok tani atau subak pemerima mengerjakan sendiri pembangunannya.
Dengan proses pengerjaan swakelola ini, kata Surata, maka anggota kelompok tani atau subak bisa diberdayakan. "Kami rasa bila dibangun secara swakelola, hasilnya juga jauh lebih bagus. Tentu anggota subak bisa mengerjakan lebih optimal, karena mereka sendiri yang akan memanfaatkan," tandas Surata.
Surata menyebutkan, sejauh ini di beberapa lokasi di wilayah Bangli sudah ada embung, namun dengan kapasitas air lebih kecil. "Di Kecamatan Kintamani saja cukup banyak ada embung. Tapi, kapasitas rata-rata kecil, hanya puluhan meter kubik," katanya.
Sementara itu, penentuan lokasi 5 unit embung yang akan dibangun tahun 2018 ini merupakan keputusan pusat. Awalnya, kelompok tani setempat mengajukan proposal kepada Bupati Bangli. Kemudian, ditindaklanjuti dengan pengecekan ke lapangan. "Selanjutnya, dilakukan verifikasi di lokasi mana yang benar-benar membutuhkan embung, sehingga menjadi prioritas untuk pembangunan," papar Surata.
Pembangunan embung sendiri, kata Surata, membutuhkan lokasi yang tepat. Dalam hal ini, posisi embung lebih rendah dari jalan, sehingga bila ada air bisa dialirkan ke embung. Namun, posisi embung harus lebih tinggi dari lahan pertanian, sehingga bisa dialirkan secara grafitasi. "Jadi, posisi embung harus tepat. Bila dibangun sejajar dengan lahan pertanian, sulit mengalirkan air," katanya.
Selain pembangunan 5 unit embung, kata Surata, Pemkab Bangli juga akan membangun DAM Parit di tahun 2018. DAM Parit dibangun untuk menampung rembesan air dari lahan persawahan yang selama ini terbuang percuma. Dengan dibangunnya DAM Parit, maka air bisa dimanfaatkan lagi dan menanggulangi risiko kekeringan, selain juga untuk peningkatan produktivitas lahan.
Menurut Surata, DAM Parit ini akan dibangun di beberapa subak, seperti di Subak Penida, Desa Tembuku (Kecamatan Tembuku, Bangli), Subak Juwuk Bali Bawah, Desa Susut (Kecamatan Susut, Bangli), Subak Tengah, Desa Tamanbali (Kecamatan Bangli), Subak Denan Dajan Desa, Desa Apuan (Kecamatan Susut), dan Subak Denan Delod Desa, Desa Apuan (Kecamatan Susut). Pembangunan DAM Parit menelan biaya Rp 113,35 juta per unit, yang dananya bersumber dari DAK.
Sang Putu Surata menegaskan, untuk mendukung pertanian holtikultura di Bangli, juga akan digelotorkan bantuan 10 unit cultivator atau traktor bagi lahan-lahan gembur. Tiap unit traktor harganya mencapai Rp 149 juta.
Namun, kata Surata, sampai saat ini prosesnya masih dalam tahap verifikasi calon penerima dan lokasi bantuan traktor. "Saat ini baru 0 kelompok tani yang mengajukan usulan bantuan traktor. Pengadaannya nanti dari provinsi, kami di kabupaten sifatnya hanya mengusulkan," tegas Surata. *e
Komentar