Korban Sempat Bilang Hidupnya Tidak Akan Lama
Kematian tragis I Ketut Subrata, 60, penderita stroke yang tewas terseret arus di Sungai Poh Manis, Desa Penatih Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur, Kamis (1/2) pagi, menyisakan cerita berbau mistis.
DENPASAR, NusaBali
Tiga hari sebelum kematiannya, kakek asal kawasan pegunungan Banjar Ceningan, Desa Dausa, Kecamatan Kintamani, Bangli ini sempat menyampaikan kalau dirinya tak akan hidup lama lagi. Cerita berbau mistis ini diungkapkan menantu korban, Ni Made Mawi, 35, di rumahnya di Banjar Poh Manis, Desa Penatih Dangin Puri yang berjarak sekitar 100 meter sebelah timur sungai ‘maut’, Kamis sore. Made Mawi merupakan istri dari I Komang Dana, 35, anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan korban Ketut Subrata dan Ni Wayan Pider, 58.
Made Mawi menyebutkan, kedua mertuanya yakni Ketut Subrata dan Wayan Pider baru tiga hari berada di rumahnya, sejak Senin (29/1) lalu. Mereka tinggal di kampung yakni Banjar Ceningan, Desa Dausa, Kecamatan Kintamani dan datang ke Penatih Dangin Puri untuk menjenguk anak dan cucu-cucunya.
Nah, tiga hari sebelum tewas terseret arus sungai, ketika baru tiba di Penatih Dangin Puri, korban Ketut Subrata sempat menyampaikan pesan aneh. “Almarhum (Ketut Subrata) kala itu tiba-tiba mengaku tidak akan hidup lama lagi,” kenang Made Mawi.
Menurut Mawi, pesan aneh itu disampaikan korban Ketut Subrata kepada anak bungsunya, Komang Dana (suami dari Made Mawi), yang kesehariannya bekerja di travel. Namun, pesan aneh itu dianggap angin lalu, agar tidak malah menjadi beban pikiran. “Ternyata, almarhum meninggal dengan cara seperti ini berselang tiga hari setelah menyampaikan pesan tak akan hidup lama lagi,” papar Mawi.
Karena itu, lanjut Mawi, ketika sandal korban Ketut Subrata ditemukan di tepi sungai, Kamis kemarin, dia sempat mengira mertuanya itu sengaja menceburkan diri. "Saya sempat berpikir pasti almarhum menceburkan diri, karena sandalnya masih tersusun rapi. Masalahnya, almarhum pernah mengatakan 'bapak sing kal mekelo hidup' (bapak tidak akan lama lagi hidup, Red) sama suami saya," katanya.
Selain berbicara enah soal tak akan lama hidup lagi, menurut Mawi, tidak ada gelagat aneh kalau mertuanya akan terpeleset jatuh ke sungai hingga tewas terseret arus. Mawi sendiri memperkirakan mertuanya tersebut memiliki beban pikiran yang tidak diketahui keluarga. Lagi pula, kakak dari korban Ketut Subrata baru saja meninggal sehari sebelum musibah maut dan sudah langsung dikuburkan di Setra Desa Pakraman Dausa, Rabu (31/1) lalu.
"Kakak dari mertua saya ini baru meninggal tanpa diketahui sama almarhum dan sudah langsung dikubur. Kemudian, kakak ipar saya mengira mertua sudah tahu kematian kakaknya di kampung. Diperlihatkan foto-foto penguburan itu. Mungkin hal itu menambah beban pikiran mertua saya," jelas Mawi.
Mawi mengisahkan, sebelum pergi ke sungau dan jatuh terseret arus, Kamis pagi pukul 09.00 Wita, korban Ketut Subrata sempat bermain-main dengan cucunya yang masih kecil. Almarhum bermain dengan kedua anak pasangan Komang Dana dan Made Mawi di halaman rumah, kemarin pagi sekitar pukul 08.00 Wita.
Saat mereka bermain di halaman rumah, Mawi berada di dapur untuk memasak. Ketika Mawi keluar dari dapur pukul 09.00 Wita, barulah dia sadar kalau mertuanya yang menderita stroke ringan tersebut sudah tidak ada. Mawi pun langsung menanyakan masalah ini kepada kedua anaknya.
Kemudian, Mawi bersama ibu mertuanya, Wayan Pider, mencoba cari korban Ketut Subrata di sekeliling rumah, namun tidak ditemukan. Ketika dicari ke tepi sungai yang berjarak sekitar 100 meter sebelah barat rumahnya, Mawi melihat sandal jepit milik almarhum. Dari situ, korban ketut Subrata diduga terseret arus sungai. Musibah ini pun dilaporkan ke polisi. Akhirnya, tim gabungan menemukan korban sudah tewas terseret arus sejauh 300 meter ke arah selatan. Jasad korban ditemukan nyangkut di bawah Jembatan Jalan Trenggana Penatih, Denpasar Timur. *m
Tiga hari sebelum kematiannya, kakek asal kawasan pegunungan Banjar Ceningan, Desa Dausa, Kecamatan Kintamani, Bangli ini sempat menyampaikan kalau dirinya tak akan hidup lama lagi. Cerita berbau mistis ini diungkapkan menantu korban, Ni Made Mawi, 35, di rumahnya di Banjar Poh Manis, Desa Penatih Dangin Puri yang berjarak sekitar 100 meter sebelah timur sungai ‘maut’, Kamis sore. Made Mawi merupakan istri dari I Komang Dana, 35, anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan korban Ketut Subrata dan Ni Wayan Pider, 58.
Made Mawi menyebutkan, kedua mertuanya yakni Ketut Subrata dan Wayan Pider baru tiga hari berada di rumahnya, sejak Senin (29/1) lalu. Mereka tinggal di kampung yakni Banjar Ceningan, Desa Dausa, Kecamatan Kintamani dan datang ke Penatih Dangin Puri untuk menjenguk anak dan cucu-cucunya.
Nah, tiga hari sebelum tewas terseret arus sungai, ketika baru tiba di Penatih Dangin Puri, korban Ketut Subrata sempat menyampaikan pesan aneh. “Almarhum (Ketut Subrata) kala itu tiba-tiba mengaku tidak akan hidup lama lagi,” kenang Made Mawi.
Menurut Mawi, pesan aneh itu disampaikan korban Ketut Subrata kepada anak bungsunya, Komang Dana (suami dari Made Mawi), yang kesehariannya bekerja di travel. Namun, pesan aneh itu dianggap angin lalu, agar tidak malah menjadi beban pikiran. “Ternyata, almarhum meninggal dengan cara seperti ini berselang tiga hari setelah menyampaikan pesan tak akan hidup lama lagi,” papar Mawi.
Karena itu, lanjut Mawi, ketika sandal korban Ketut Subrata ditemukan di tepi sungai, Kamis kemarin, dia sempat mengira mertuanya itu sengaja menceburkan diri. "Saya sempat berpikir pasti almarhum menceburkan diri, karena sandalnya masih tersusun rapi. Masalahnya, almarhum pernah mengatakan 'bapak sing kal mekelo hidup' (bapak tidak akan lama lagi hidup, Red) sama suami saya," katanya.
Selain berbicara enah soal tak akan lama hidup lagi, menurut Mawi, tidak ada gelagat aneh kalau mertuanya akan terpeleset jatuh ke sungai hingga tewas terseret arus. Mawi sendiri memperkirakan mertuanya tersebut memiliki beban pikiran yang tidak diketahui keluarga. Lagi pula, kakak dari korban Ketut Subrata baru saja meninggal sehari sebelum musibah maut dan sudah langsung dikuburkan di Setra Desa Pakraman Dausa, Rabu (31/1) lalu.
"Kakak dari mertua saya ini baru meninggal tanpa diketahui sama almarhum dan sudah langsung dikubur. Kemudian, kakak ipar saya mengira mertua sudah tahu kematian kakaknya di kampung. Diperlihatkan foto-foto penguburan itu. Mungkin hal itu menambah beban pikiran mertua saya," jelas Mawi.
Mawi mengisahkan, sebelum pergi ke sungau dan jatuh terseret arus, Kamis pagi pukul 09.00 Wita, korban Ketut Subrata sempat bermain-main dengan cucunya yang masih kecil. Almarhum bermain dengan kedua anak pasangan Komang Dana dan Made Mawi di halaman rumah, kemarin pagi sekitar pukul 08.00 Wita.
Saat mereka bermain di halaman rumah, Mawi berada di dapur untuk memasak. Ketika Mawi keluar dari dapur pukul 09.00 Wita, barulah dia sadar kalau mertuanya yang menderita stroke ringan tersebut sudah tidak ada. Mawi pun langsung menanyakan masalah ini kepada kedua anaknya.
Kemudian, Mawi bersama ibu mertuanya, Wayan Pider, mencoba cari korban Ketut Subrata di sekeliling rumah, namun tidak ditemukan. Ketika dicari ke tepi sungai yang berjarak sekitar 100 meter sebelah barat rumahnya, Mawi melihat sandal jepit milik almarhum. Dari situ, korban ketut Subrata diduga terseret arus sungai. Musibah ini pun dilaporkan ke polisi. Akhirnya, tim gabungan menemukan korban sudah tewas terseret arus sejauh 300 meter ke arah selatan. Jasad korban ditemukan nyangkut di bawah Jembatan Jalan Trenggana Penatih, Denpasar Timur. *m
1
Komentar