Air Danau Buyan Meluap
Curah hujan tinggi dan pendangkalan danau membuat danau Buyan meluap menggenangi lahan produktif.
Puluhan Hektare Sayur-Mayur Terendam
SINGARAJA, NusaBali
Hujan yang terus mengguyur wilayah Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng, telah mengakibatkan air Danau Buyan naik. Ketinggian air Danau diperkirakan sudah mencapai 1,5 meter. Luapan air danau ini diperkirakan akan terus terjadi seiring intensitas hujan masih tinggi terjadi di wilayah Pancasari dan sekitarnya.
Peristiwa luapan air Danau Buyan pernah terjadi enam tahun silam, pada tahun 2012. Ketika itu banyak warga yang mengungsi karena rumah mereka terendam air. Ratusan hektare lahan pertanian juga terendam. Sedangkan peristiwa yang terjadi sekarang, meski belum ada rumah warga yang terendam, namun luapan air Danau, telah akibatkan puluhan hektare sayur mayur di dekat areal Danau Buyan terendam. Bahkan luapan air sudah meluber ke lahan pertanian, sejauh sekitar 400 meter dari bibir danau.
Pantauan Kamis (1/2) siang di Banjar Dasong, Pancasari, terlihat sejumlah petani berusaha menyelamatkan sisa peralatan pertanian termasuk sisa tanaman dari rendaman air Danau. Peralatan pertanian yang diselamatkan berupa rangka penutup tanaman dari pipa air yang dibengkokkan setengah lingkaran.
Pipa rangka itu sebagai penyangga dimana di atasnya dibentangkan plastik agar tanaman tidak terpapar embun atau air hujan. Nah akibat air Danau meluap, seluruh tanaman stroberi, termasuk jenis sayur mayur lainnya seperti, kacang panjang, cabai, sawi dan lainnya mulai terendam. Petani pun mencabut pipa rangka dan plastik karena takut ikut terendam. Ada juga petani yang berusaha mencabut tanaman stroberi yang sudah berumur hampir setahun, dari rendaman air meski tidak seluruhnya bisa dicabut. “Saya coba tanam di rumah pakai polibag, karena sedang musim berbuah sekarang,” kata Gede Karyawan, petani stroberi yang ditemui di Banjar Dasong.
Karyawan mengaku mengalami kerugian cukup banyak, meski tidak dapat menyebut nilainya. Karena, stroberi di atas lahan seluas 20 are miliknya tidak bisa dipanen lagi. Biasanya panen dilakukan tiga kali seminggu. “Kerugian banyak ini, kalau tanamanya tidak begitu banyak modal, tapi waktu panennya yang tidak bisa dihitung. Sekali panen tergantung banyak tidaknya buah yang bisa dipanen,” ujarnya.
Petani cabai Ketut Suwenten mengaku lahan miliknya seluas 20 are berisi tanaman cabai besar (Lombok,red), sudah teredam sejak seminggu lalu. Ia terpaksa memanen meski cabai belum merah (matang,red). Suwenten mengaku mengalami kerugian sekitar Rp 20 juta, karena cabai yang dipanen sejatinya belum siap panen. “Kalau dibiarkan pasti busuk, kalau ini (cabai hijau) masih laku sebesar Rp 3.000 perkilo,kalau yang merah harganya bisa Rp 30.000 perkilo,” ujarnya.
Sementara Kepala Dusun (Kadus) Dasong, Made Suartana mengatakan, hasil pendataan sementara luas lahan yang sudah terendam air akibat luapan Danau Buyan mencapai 25 hektare. Ia memperkirakan, luapan air Danau akan terus terjadi karena curah hujan masih tinggi terjadi di wilayah Pancasari dan sekitarnya. “Saya yakin ini (air Danau meluap,red) masih turus terjadi. Kalau hujannya seperti semalam (Rabu,31/1) malam, dalam seminggu bisa 50 hektare yang terendam,” katanya.
Suartana mengungkapkan, sejauh ini Balai Wilayah Sungai Bali Penida (BWS BP) sudah menempatkan dua alat berat di wilayah Dasong guna mengeruk pendangkalan danau, guna memperdalam areal danau. Hanya saja, Suartana mengaku belum mengetahui kapan pengerukan itu dilaksanakan. “Saya sangat berharap sekali, pengerukan itu dilaksanakan, dan hasil kerukan itu bisa dipakai meninggikan tanggul, sehingga air danau tidak sampai meluap,” katanya. *k19
1
Komentar