Rekanan ‘Nyilem’ Kembali Bermunculan
Kendati mendapat sorotan dari DPRD termasuk Bupati Jembrana I Putu Artha, sejumlah rekanan jasa konstruksi yang membuat penawaran sangat rendah atau dikenal dengan istilah ‘nyilem’ (menyelam), kembali bermunculan pada pelaksanaan tender pembangunan fisik 2018.
NEGARA, NusaBali
Meski belum dipastikan lolos, namun sejumlah rekanan ‘nyilem’ ini, ada yang berani memasang penawaran di bawah 50 persen dari nilai pagu kegiatan. Berdasar informasi dalam website Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Jembrana, diketahui ada empat kegiatan pembangunan fisik tahun 2018, yang sudah masuk tahap pembukaan dokumen penawaran hingga memasuki awal Februari 2018 ini. Tiga di antaranya merupakan proyek rehabilitasi jaringan irigasi, yakni jaringan irigasi Sari Kuning, jaringan irigasi Tegak Gede, dan jaringan irigasi Yeh Satang.
Dalam lelang kegiatan paket rehabilitasi jaringan irigasi Sari Kuning yang dipasang dengan nilai pagu Rp 1.672.000.000, terungkap diikuti 87 peserta. Dan 26 di antaranya sudah terisi harga penawarannya. Dari 26 penawar itu, terungkap penawaran paling rendah senilai Rp 986.506.000 atau turun sekitar 41 persen, dan paling besar senilai Rp 1.399.739.000 atau turun sekitar 17 persen.
Kemudian dalam lelang kegiatan paket rehabilitasi jaringan irigasi Tegak Gede dengan nilai pagu Rp 2,1 miliar, terdapat 88 peserta, dan 26 sudah terisi harga penawaran. Dari 26 penawar itu, rekanan paling rendah mengajukan penawaran senilai Rp 1,3 miliar lebih atau turun sekitar 35 persen.
Yang paling menonjol, adalah lelang paket rehabilitasi jaringan irigasi Yeh Satang dengan nilai pagu Rp 2,2 miliar lebih. Ada 85 peserta, dan 16 di antaranya sudah terisi harga penawarannya. Dari 16 penawar itu, yang paling rendah berani menawar Rp 1.000.800.000 atau turun mencapai sekitar 55 persen. Sedangkan penawaran palingg tinggi Rp 1,9 miliar, atau hanya turun sekitar 13 persen.
Kepala Sub bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP) Bagian Perlengkapan Pemkab Jembrana I Ketut Sumawijaya, Minggu (4/2), mengatakan, lelang yang ada penawaran rendah ini masih akan dievaluasi. Rekanan yang membuat penawaran rendah itu, tidak menutup kemungkunin gugur karena tidak melengkapi persyaratan. Semua peserta juga diwajibkan menunjukkan bukti sesuai harga yang ditawarkan. “Nanti bukti yang ditunjukkan akan kami evaluasi dan teliti. Memang dikhawatirkan, kalau nanti tawaran sangat rendah akan berdampak terhadap kualitas. Pemerintah juga mulai hari-hati, karena tahun lalu ada yang menang dengan penawaran rendah, ujung-ujungnya putus kontrak,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas PUPRPKP Jembrana I Wayan Darwin, mengatakan sejumlah tender kegiatan fisik dikebut pada Januari 2018, sehingga diharapkan pada Februari sudah ada pemenang dan dapat segera mulai dikerjakan. Khususnya yang didanai dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat, karena memasuki bulan Juli, sudah harus terserap minimal 25 persen. Kalau nanti tidak rampung sampai Juli, karena kelalaian rekanan, dinas memastikan tidak akan bertanggungjawab ketika pembayaran tidak dapat dicairkan. “Kalau untuk proses tender, sekarang melalui seleksi ketat. Apalagi yang menawar jauh turun dan kurang rasional. Tentu akan divaluasi, apa memang benar nanti dengan harga jauh turun tidak mempengaruhi kualitas,” ujarnya. *ode
Meski belum dipastikan lolos, namun sejumlah rekanan ‘nyilem’ ini, ada yang berani memasang penawaran di bawah 50 persen dari nilai pagu kegiatan. Berdasar informasi dalam website Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Jembrana, diketahui ada empat kegiatan pembangunan fisik tahun 2018, yang sudah masuk tahap pembukaan dokumen penawaran hingga memasuki awal Februari 2018 ini. Tiga di antaranya merupakan proyek rehabilitasi jaringan irigasi, yakni jaringan irigasi Sari Kuning, jaringan irigasi Tegak Gede, dan jaringan irigasi Yeh Satang.
Dalam lelang kegiatan paket rehabilitasi jaringan irigasi Sari Kuning yang dipasang dengan nilai pagu Rp 1.672.000.000, terungkap diikuti 87 peserta. Dan 26 di antaranya sudah terisi harga penawarannya. Dari 26 penawar itu, terungkap penawaran paling rendah senilai Rp 986.506.000 atau turun sekitar 41 persen, dan paling besar senilai Rp 1.399.739.000 atau turun sekitar 17 persen.
Kemudian dalam lelang kegiatan paket rehabilitasi jaringan irigasi Tegak Gede dengan nilai pagu Rp 2,1 miliar, terdapat 88 peserta, dan 26 sudah terisi harga penawaran. Dari 26 penawar itu, rekanan paling rendah mengajukan penawaran senilai Rp 1,3 miliar lebih atau turun sekitar 35 persen.
Yang paling menonjol, adalah lelang paket rehabilitasi jaringan irigasi Yeh Satang dengan nilai pagu Rp 2,2 miliar lebih. Ada 85 peserta, dan 16 di antaranya sudah terisi harga penawarannya. Dari 16 penawar itu, yang paling rendah berani menawar Rp 1.000.800.000 atau turun mencapai sekitar 55 persen. Sedangkan penawaran palingg tinggi Rp 1,9 miliar, atau hanya turun sekitar 13 persen.
Kepala Sub bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP) Bagian Perlengkapan Pemkab Jembrana I Ketut Sumawijaya, Minggu (4/2), mengatakan, lelang yang ada penawaran rendah ini masih akan dievaluasi. Rekanan yang membuat penawaran rendah itu, tidak menutup kemungkunin gugur karena tidak melengkapi persyaratan. Semua peserta juga diwajibkan menunjukkan bukti sesuai harga yang ditawarkan. “Nanti bukti yang ditunjukkan akan kami evaluasi dan teliti. Memang dikhawatirkan, kalau nanti tawaran sangat rendah akan berdampak terhadap kualitas. Pemerintah juga mulai hari-hati, karena tahun lalu ada yang menang dengan penawaran rendah, ujung-ujungnya putus kontrak,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas PUPRPKP Jembrana I Wayan Darwin, mengatakan sejumlah tender kegiatan fisik dikebut pada Januari 2018, sehingga diharapkan pada Februari sudah ada pemenang dan dapat segera mulai dikerjakan. Khususnya yang didanai dana alokasi khusus (DAK) dari pemerintah pusat, karena memasuki bulan Juli, sudah harus terserap minimal 25 persen. Kalau nanti tidak rampung sampai Juli, karena kelalaian rekanan, dinas memastikan tidak akan bertanggungjawab ketika pembayaran tidak dapat dicairkan. “Kalau untuk proses tender, sekarang melalui seleksi ketat. Apalagi yang menawar jauh turun dan kurang rasional. Tentu akan divaluasi, apa memang benar nanti dengan harga jauh turun tidak mempengaruhi kualitas,” ujarnya. *ode
1
Komentar