Kena Tumor Ganas, Terpaksa Stop Sekolah, Orangtua Berhenti Kerja
Gubernur Made Mangku Pastika utus staf bagian Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali untuk menjenguk Made Viola Suastiningsih di Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Senin kemarin
Derita Ni Made Viola Suastiningsih, Siswi SMP Asal Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Karangasem
AMLAPURA, NusaBali
Seorang siswi Kelas VIII SMPN 1 Manggis, Karangasem, Ni Made Viola Suastiningsih, 14, terpaksa berhenti sekolah. Masalahnya, siswi berusia 14 tahun ini terserang tumor ganas sejak Februari 2017 silam. Belakangan, benjolan tumor yang diderita Made Viola Suastiningsih semakin membesar.
Made Viola Suastiningsih praktis sudah berhenti sekolah sejak memasuki Semester II Tahun Ajaran 2017-2018, Januari lalu. Sebab, dia tidak bisa lagi berjalan akibat tumor ganas di lutut kanannya. Sebelumnya, anak bungsu dari dua bersaudara keluarga pasangan I Komang Astika, 40, dan Ni Kadek Juliantari, 35, ini masih bisa ke sekolah dengan berjalan dibantu tongkat.
Kini, Viola Suastiningsih kesehariannya hanya terbaring lemas di tempat tidur rumahnya kawasan Banjar Tauman, Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Karangasem. Sedangkan lutut kanannya yang terserang tumor ganas, tidak bisa diluruskan. “Jika hendak mandi atau buang air, anak saya ini mesti digotong,” ujar ibunda Viola Suastiningsih, yakni Kadek Juliantari, saat ditemui NusaBali di kediamannya, Senin (5/2) sore.
Kadek Juliantari mengisahkan asal usul penyakit yang mendera putrinya. Semula, muncul benjolan kecil di lutut kanan Viola Suastiningsih, Februari 2017 lalu. Bentuknya bengkak mirip digigit tawon. Sempat di rontgen di RSUD Karangasem, namun tim medis tidak menemukan adanya gejala penyakit. Tiga bulan berselang, Mei 2017, benjolan di lutut kanan korban menebal, disertai rasa nyeri. Korban pun mulai pincang saat berjalan.
Menurut Juliantari, benjolan di lutut kanan putrinya terus menebal, hingga kembali dilakukan pemeriksaan ke RSUD Karangasem dengan membawa hasil rontgen sebelumnya. Oleh tim dokter, Viola Suastiningsih disarankan agar diajak periksa ke RS BaliMed Amlapura.
Singkat cerita, Viola Suastiningsih pun kembali melakukan rontgen ulang di RS BaliMed Amlapura. Dari situ, terungkap korban menderita sakit tumor di bagian tulang. Hanya saja, saat itu belum diketahui apakah tumor ganas atau tidak. Sebab, untuk mengetahuinya lebih lanjut, korban harus menjalani operasi ringan.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan di RS Sanglah, Denpasar di mana korban Viola Suas-tiningsih menjalani operasi ringan dengan mengambil sampel. Hasilnya, bocah SMP ini ketahuan menderita tumor ganas. Korban pun disarankan untuk melakukan kemoterapi.
Saran dokter dituruti orangtua Viola Suastiningsih. Siswi SMP ini selanjutnya menjalani kempterapi tiga minggu sekali, sejak Juli 2017. Sekali menjalani kemoterapi, perlu waktu sekitar 8 hari. Sebab, enam kantong obat yang mesti dihabiskan semua. Dengan ketentuan satu kantong obat memerlukan waktu 10 jam untuk dimasukkan ke tubuh hingga habis, memasukkannya mirip dengan cara kerja infus.
Menurut Juliantari, kondisi putrinya sempat mengalami perubahan, di mana benjolan yang semula sebesar buah nangka muda, mulai mengecil. Hanya saja, baru dua kali menjalani kemoterapi, muncul dampak negatif. Viola Suastiningsih merasakan nyeri di sekujur tubuh, mengalami pendarahan hidung, trombositnya menurun, berat badan turun, kekebalan tubuh pun menurun.
Karena dampak tersebut, orangtua korban trauma melakukan kemoterapi. Ayah korban, Komang Astika, pilih menghentikan kemoterapi, kemudian putrinya diajak menjalani pengobatan alternatif menggunakan obat-obat alami. Namun, sampai sekarang korban belum menunjukkan perubahan. Bahkan, Viola Suastiningsih sampai berhenti sekolah, karena tidak bisa jalan.
"Petugas medis tidak berani melakukan tindakan operasi pada putri saya, karena tumornya ganas. Khawatir jika dioperasi, masih tersisa virusnya, sehingga menjadi lebih ganas lagi," jelas Komang Astika.
Komang Astika menyebutkan, tumor ganas yang menyerang Viola Suastiningsih bukan hanya membuat sibuk keluarga dan putrinya terpaksa berhenti sekolah. Komang Astika selaku tulang punggung keluarga juga terpaksa berhenti bekerja di kapal pesiar, sejak Mei 2017. “Saya pulang paksa, padahal kontrak masih tersisa hingga Juli 2017,” kenang Komang Astika.
Bukan hanya Komang Astika yang berhenti kerja. Istrinya, Kadek Juliantari, juga terpaksa berhenti bekerja sebagai pedagang krupuk, demi mengurus putri bungsunya yang menderita tumor ganas ini.
Sementara itu, korban Made Viola Suastiningsih mengaku sulit menggerakkan kaki kanannya. Maklum, lutut kanannya kaku setelah muncul benjolan besar. Dia tentu saja sedih karena tidak bisa sekolah lagi. Viola Suastiningsih merasa lebih sedih lagi manakala teman-teman sekolahnya datang menjenguk ke rumahnya.
"Meski demikian, saya tetap optimistis. Saya sering mimpi penyakit saya sembuh dan saya bisa jalan. Puji Tuhan, semoga mimpi saya menjadi kenyataan," cerita siswi SMP kelahiran 9 Februari 2004 ini, Senin kemarin.
Di sisi lain, Gubernur Made Mangku Pastika mengutus staf bagian Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali untuk meninjau sekaligus menyerahkan bantuan kepada Viola Suastiningih di rumahnya kawasan Desa Nyuhtebel, Kecamatan Manggis, Senin kemarin. Tim Pemprov Bali diterima langsung Perbekel Nyuhtebel, I Ketut Mudra, di rumah korban. Saat dijenguk utusan Gubernur, Viola Suastiningsih berusaha duduk. Namun, korban tak banyak bicara.
Dalam kesempatan tersebut, pihak keluarga korban mengucapkan terimakasih kepada Gubernur Pastika yang telah memperhatikan kondisi Viola Suastiningsih. Ayah korban, Komang Astika, berharap dengan bantuan dan perhatian yang diberikan kepada Viola Suastiningsih membuat putrinya lebih semangat dan memiliki harapan untuk ceria kembali.
“Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Pemprov Bali, kepada Pak Gubernur yang telah memperhatikan anak saya. Dan, saya berharap agar pemerintah bisa membantu mencarikan solusi atau bantuan agar anak saya bisa sembuh dan kembali ceria seperti sediakala,” harap Komang Astika. *k16
1
Komentar