Mata Air Tirta Lepang Bisa Dijadikan Sumber Pendapatan
Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur berencana memanfaatkan sumber mata air Tirta Lepang di Jalan Gemitir, Gang Taman, yang berbatasan dengan Banjar Tanggun Titi dan Banjar Kertajiwa untuk diolah menjadi air kemasan.
DENPASAR, NusaBali
Sumber air tersebut selama ini tidak termanfaatkan dengan baik, padahal debit air cukup besar dan jernih. Perbekel Desa Kesiman Kertalangu, Made Suena, Senin (5/2) mengatakan, pihaknya memiliki gagasan untuk mengelola air tersebut karena selama ini tidak termanfaatkan secara signifikan. Seharusnya, dengan sumber mata air yang cukup besar tersebut bisa dimanfaatkan untuk produksi air mineral, sehingga dapat menambah pemasukan desa dan daerah, juga berkontribusi pada dua banjar tersebut.
Kata Suena, gagasan ini muncul setelah beberapa warga menginginkan adanya pengelolaan air tersebut. Selama ini, warga hanya memanfaatkan air itu untuk mandi. Bahkan beberapa diantaranya menggunakan untuk minum karena kejernihan air yang keluar.
Dengan kualitas air yang layak dikonsumsi, pihaknya memilih akan melakukan pengajuan kepada pihak terkait agar melakukan pengecekan debit air dan kandungan sumber air tersebut. "Kami menggagas ini karena permintaan pengelolaan air dari warga. Selama ini tidak termanfaatkan, selain itu nanti ketika sudah diolah menjadi air mineral, ini akan dijual hasilnya juga akan didapatkan oleh masyarakat," ungkapnya.
Kata Suena, kedepannya, pihaknya berencana mengelola sumber air tersebut melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Dari hasil pengelolaan tersebut, kata dia, nantinya akan langsung dipasarkan melalui BUMDes seluruh Denpasar.
Sehingga kata Suena, Denpasar memiliki pemasukan yang bersumber dari mata air untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk saat ini pihaknya masih melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk pemanfaatan air yang ada agar tidak terjadi permasalahan. Karena sejak puluhan tahun air tersebut ada, terbuang ke laut begitu saja. "Ini manfaatnya sangat baik jika dikelola, karena baru kita mengetahui caranya untuk mengelola. Kedepannya selain akan menjadi pendapatan baru bagi daerah, dua belah pihak banjar yang menaungi sumber air itu akan mendapatkan imbasnya," harapnya.
Saat ini, pihaknya kembali akan melakukan perundingan secara internal dengan pengurus dua banjar tersebut. Agar kedepannya tidak ada permasalahan lagi dalam pengelolaan sumber air Tirta Lepang. Bahkan, kata Suena, dengan dilakukan pengelolaan tersebut pihaknya juga tidak akan melakukan penghentian aktifitas di seputaran sumber mata air. "Kami masih memberikan ruang untuk permandian. Yang pastinya kita kelola sumber air itu untuk dimanfaatkan namun tidak juga mematikan aktifitas masyarakat dan juga aspek spiritual yang dipercaya masyarakat," ucapnya.
Karena kata Suena, saat ini karena sumber air tersebut berdekatan dengan tempat panglukatan dan dijadikan tempat Melasti aspek spiritual tersebut tidak akan terganggu. Karena saat ini yang dikelola adalah sumber air yang dipakai tempat mandi oleh warga setempat. "Ya tetap kami perhatikan itu kedepannya. Dan ini akan menjadi sumber pendapatan bagi kita," jelasnya.
Sementara Kepala Dusun Banjar Kartawijaya I Wayan Miarta secara terpisah, mengatakan, pihaknya memang sudah mengetahui adanya gagasan tersebut dari desa. Namun untuk sosialisasi pengelolaan air tersebut belum ada hingga saat ini.
Karena sebelumnya, kata Miarta, di tahun 80an sempat ada dari salah satu perusahaan pengolahan air mineral yang menawarkan untuk dikelola. Namun masyarakat setempat menolak hal tersebut lantaran disakralkan dan dikomersilkan. "Itu kan ada dua sumber air, ada untuk tempat panglukatan yang disakralkan dan ada juga tempat permandian yang dikomersilkan, makanya dulu di tolak. Namun kita tidak tahu sekarang karena harus butuh sosialisasi ke krama desa adat," ujarnya.
Sedangkan Kepala Dusun Banjar Tangguntiti I Wayan Sumadi saat dikonfirmasi via telfon tidak menjawab saat beberapa kali dihubungi kendati nomor telfon yang dituju aktif. *m
Kata Suena, gagasan ini muncul setelah beberapa warga menginginkan adanya pengelolaan air tersebut. Selama ini, warga hanya memanfaatkan air itu untuk mandi. Bahkan beberapa diantaranya menggunakan untuk minum karena kejernihan air yang keluar.
Dengan kualitas air yang layak dikonsumsi, pihaknya memilih akan melakukan pengajuan kepada pihak terkait agar melakukan pengecekan debit air dan kandungan sumber air tersebut. "Kami menggagas ini karena permintaan pengelolaan air dari warga. Selama ini tidak termanfaatkan, selain itu nanti ketika sudah diolah menjadi air mineral, ini akan dijual hasilnya juga akan didapatkan oleh masyarakat," ungkapnya.
Kata Suena, kedepannya, pihaknya berencana mengelola sumber air tersebut melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Dari hasil pengelolaan tersebut, kata dia, nantinya akan langsung dipasarkan melalui BUMDes seluruh Denpasar.
Sehingga kata Suena, Denpasar memiliki pemasukan yang bersumber dari mata air untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk saat ini pihaknya masih melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk pemanfaatan air yang ada agar tidak terjadi permasalahan. Karena sejak puluhan tahun air tersebut ada, terbuang ke laut begitu saja. "Ini manfaatnya sangat baik jika dikelola, karena baru kita mengetahui caranya untuk mengelola. Kedepannya selain akan menjadi pendapatan baru bagi daerah, dua belah pihak banjar yang menaungi sumber air itu akan mendapatkan imbasnya," harapnya.
Saat ini, pihaknya kembali akan melakukan perundingan secara internal dengan pengurus dua banjar tersebut. Agar kedepannya tidak ada permasalahan lagi dalam pengelolaan sumber air Tirta Lepang. Bahkan, kata Suena, dengan dilakukan pengelolaan tersebut pihaknya juga tidak akan melakukan penghentian aktifitas di seputaran sumber mata air. "Kami masih memberikan ruang untuk permandian. Yang pastinya kita kelola sumber air itu untuk dimanfaatkan namun tidak juga mematikan aktifitas masyarakat dan juga aspek spiritual yang dipercaya masyarakat," ucapnya.
Karena kata Suena, saat ini karena sumber air tersebut berdekatan dengan tempat panglukatan dan dijadikan tempat Melasti aspek spiritual tersebut tidak akan terganggu. Karena saat ini yang dikelola adalah sumber air yang dipakai tempat mandi oleh warga setempat. "Ya tetap kami perhatikan itu kedepannya. Dan ini akan menjadi sumber pendapatan bagi kita," jelasnya.
Sementara Kepala Dusun Banjar Kartawijaya I Wayan Miarta secara terpisah, mengatakan, pihaknya memang sudah mengetahui adanya gagasan tersebut dari desa. Namun untuk sosialisasi pengelolaan air tersebut belum ada hingga saat ini.
Karena sebelumnya, kata Miarta, di tahun 80an sempat ada dari salah satu perusahaan pengolahan air mineral yang menawarkan untuk dikelola. Namun masyarakat setempat menolak hal tersebut lantaran disakralkan dan dikomersilkan. "Itu kan ada dua sumber air, ada untuk tempat panglukatan yang disakralkan dan ada juga tempat permandian yang dikomersilkan, makanya dulu di tolak. Namun kita tidak tahu sekarang karena harus butuh sosialisasi ke krama desa adat," ujarnya.
Sedangkan Kepala Dusun Banjar Tangguntiti I Wayan Sumadi saat dikonfirmasi via telfon tidak menjawab saat beberapa kali dihubungi kendati nomor telfon yang dituju aktif. *m
Komentar