Bendungan Titab-Ularan Dinyatakan Aman
Pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida terjun ke Bendungan Titab-Ularan di perbatasan Kecamatan Seririt-Kecamatan Busungbiu, Buleleng, Rabu (7/2), menyusul jebolnya tembok beton kolam olah spillway bagian timur bendungan yang berkapasitas 12 juta meter kubik air tersebut.
BWS Bali Penida Terjun ke Lokasi, Masyarakat Diminta Tenang
SINGARAJA, NusaBali
Dari pengecekan BWS Bali Penida, Bendungan Titab-Ularan dinyatakan dalam kondisi aman, karena bangunan yang jebol bukan bagian inti bendungan. Tim yang terjun ke Bendungan Titab-Ularan, Rabu kemarin, dipimpin langsung Kepala BWS Bali Penida, Ketut Jayada. Menurut Ketut Jayada, penyebab robohnya tembok beton setinggi 14 meter sepanjang 33,5 meter, Selasa (6/2) siang, terjadi karena kenaikan permukaan air dari sumber yang ada di sekitar tembok kolam olah spillway.
“Sampai saat ini, instrumen kami yang tertanam di bendungan, baik yang digital dan manual, masih terbaca normal. Dinding beton ini juga bukan merupaka bagian bendungan inti. Jadi, sampai saat ini kondisi bendungan masih aman. Kami perlu meluruskan hal ini, agar masyarakat sekitar yang sempat resah oleh informasi berlebihan di media sosial, tidak lagi merasa cemas,” ujar Ketut Jayada kepada Nusa-Bali di Bendungan Titab-Ularan, Rabu kemarin.
Ketut Jayada menjelaskan, dinding beton bagian kolam olah spillway Bendungan Titab-Ularan yang berlokasi di perbatasan enam desa di Kecamatan Seririt dan Kecamatan Busungbiu ini merupakan bukit asli, seperti dinding bendungan di bagian timur. Tanah yang ditahan oleh dinding beton sepanjang 33,5 meter dengan tinggi 14 meter itu jebol akibat dorongan muka air tanah, yang berasal dari sumber mata air lain di sekitar dinding.
Sumber mata air yang dipastikan bukan berasal dari rembesan bendungan inti itu sama dengan sumber mata air di bagian timur bendungan, yang sampai kini selalu mengakibatkan genangan. Debit airnya mencapai 30 liter per detik. Saat pembangunan di bagian dinding kolam olah itu, sebenarnya sudah diantisipasi dengan membuatkan saluran khusus berupa drain, untuk mengalirkan sumber air dalam tanah tersebut. Namun, karena curah hujan tinggi belakangan, terjadi peningkatan kejenuhan tanah dan kurang maskimalnya fungsi drain, yang kemudian mendorong dinding beton hingga jebol.
Menurut Jayada, pihaknya masih terus melakukan pemantauan perilaku bendungan melalui data yang terbaca dari instrumen-instrumen yang ada. “Jadi, sementara instrumen yang ada tubuh bendungan masih menunjukkan data normal. Tidak ada data abnormal, tidak ada perilaku yang membahayakan. Instrumen yang tertanam ini akan mendeteksi seluruh perilaku bendungan, jika ada pergeseran, pergerakan atau sedikit kebocoran, termasuk teknan beban atau total stress dan hal aneh akan langsung terbaca,” katanya.
Untuk menjawab keresahan dan menyakinkan masyarakat sekitar, kata Jayada, pihaknya telah mengundang secara khsuus Komisi Keamanan Bendungan guna menganalisis dan mengevaluasi Bendungan Titab-Ularan. Penanganan bendungan yang dibangun di atas lahan seluas 64 hektare sejak tahun 2011 itu pun langsung dilakukan dengan penurunan alat berat.
Rencananya, kata Jayada, dinding beton kolam olah spillway yang jebol akan mulai diperbaiki dengan menyediakan lubang untuk keluarnya aliran air dari sumber mata air yang selama ini menjadi penyebab. Selain itu, dari kejadian ini pihaknya pun mengkhususkan pengamatan pada normalisasi drain yang ada, sehingga ke depannya dapat berfungsi maksimal.
Jayada menegaskan, jebolnya dinding beton di bagian kolam olah spillway tidak mempengaruhi konstruksi bendungan inti. Kondisi Bendungan Titab-Ularan saat ini pun sudah penuh, dengan kapasitas tampung 12 juta meter kubik air. Ketinggian air di bendungan seluas 64 hektare ini sudah mencapai 60 meter dari dasar bendungan.
Pemanfaatan Bendungan Titab-Ularan selama ini sudah berfungsi secara bertahap. Termasuk, fungsi mengendalian banjir di bagian hilir Tukad Saba yang melintasi wilayah Kecamatan Seririt. Juga aliran air di saluran drainase yang kini dialirkan dengan debit 9 liter per detik. Pemanfaatan pada saluran irigasi disebut Jayada akan lebih jelas terlihat saat musim kemarau.
Saat aliran air di Tukad Saba mulai surut, kata Jayada, tabungan air di Bendungan Titab-Ularan yang dilempar terlebih dulu ke Bendung Saba di hilir bendungan. Dengan begitu, kebutuhan air untuk 1.700 hektare sawah yang megandalkan irigasi Tukad Saba tetap terjamin. “Sistem bendungan kan tidak sama dengan bendung yang memiliki sadapan langsung. Tapi, di sini diatur aliran airnya ke saluran irigasi sehingga di semua musim dapat terjamin,” tegas Jayada.
Sedangkan pemanfaatan Bendungan Titab-Ularan untuk air baku dan pembangkit listrik, menurut Jayada, masih akan dirancang bertahap. Pemanfaatan bendungan sebagai sumber air baku untuk daerah Buleleng Barat hingga Gilimanuk (Jembrana) juga sedang dalam tahap pembahasan tahun 2018 ini.
Peristiwa jebolnya tembok kolam olah spillway Bendungan Titab-Ularan yang bikin warga sekitar panik, sebagaimana diberitakan, terjadi Selasa siang sekitar pukul 14.30 Wita. Saat itu, cuaca cerah ketika tiba-tiba terdengar suara dentuman dari bawah bendungan. Tak lama berselang, warga sekitar berbondong-bondong mendatangi areal Bendungan Titab-Ularan untuk memastikan kabar jebolnya tembok bendungan.
Bendungan Titab-Ularan yang mulai diisi air sejak 13 Desember 2015, saat ini sudah dinyatakan terisi penuh 100 persen. Air yang tertampung dari Tukad Saba mencapai 12 juta meter kubik. Bendungan Titab-Ularan sendiri berlokasi 6 desa dari 2 kecamatan bertetangga di Buleleng Barat. Rinciannya, 4 desa di wilayah Kecamatan Busungbiu yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit. *k23
Komentar