Pamangku Pura Alit Bale Banjar Ditemukan Tewas di Parit
Seorang pamangku Pura Alit Bale Banjar, Jero Mangku Nyoman Suditha, 68, ditemukan tewas di parit kawasan Banjar/Desa Denbantas, Kecamatan/Kabupaten Tabanan pada Minggu (11/2) sekitar pukul 06.00 Wita.
TABANAN, NusaBali
Penemuan jenazah Jero Mangku Suditha tersebut sempat membuat warga geger. Menurut salah seorang warga yang juga saksi di lapangan, I Putu Gede Puja, 28, awalnya sekitar pukul 06.00 Wita, dia berniat menyapu di warungnya yang berlokasi sekitar 5 meter dari tempat kejadian perkara (TKP). Kemudian datang warga bernama Bu Agung Surya yang mengatakan bahwa ada sepeda gayung tergeletak di pinggir jalan atau kanan jalan dari arah selatan.
Selanjutnya saksi I Putu Gede Puja mendekati sepeda gayung yang tergeletak itu. Dan betapa kagetnya saat melihat ke bawah, di dalam parit korban dalam posisi meringkuk dan terendam air. “Saya panik karena Bu Agung Surya itu lari, saya lihat dengan seksama korban tidak terlihat ada napas,” jelasnya.
Karena tidak berani mengevakuasi Jero Mangku Suditha, Gede Puja melaporkan ke Kelian Dinas Banjar Denbantas dan kelian dinas langsung melapor ke Polsek Tabanan. “Saat itu warga berdatangan, bahkan keluarga korban pun datang dan mengangkat jenazahnya itu dibawa ke pinggir jalan sembari menunggu mobil angkutan untuk dibawa ke BRSUD Tabanan,” imbuh Gede Puja.
Berdasarkan informasi di lapangan, Jero Mangku Suditha adalah warga asli Banjar Bakisan, Desa Denbantas, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, tetapi tinggal di Banjar Pande, Desa Denbantas. Dan kesehariannya, di pagi hari sering bersepeda gayung melintas dari Banjar Pande sampai Banjar Bakisan. Kapolsek Tabanan Kompol I Gede Made Surya Atmaja, mengatakan korban terjatuh di dalam parit dengan kedalaman 1,5 meter. Saat jatuh itu tidak ada yang mengetahui dan beberapa menit kemudian baru ada yang melihat. “Awalnya dilihat ada sepeda kemudian setelah dicek warga ternyata ada korban di dalam parit yang sudah terendam air,” jelasnya.
Saat itu pun banyak warga yang menolong menaikkan korban ke atas mobil dan membawa ke BRSUD Tabanan untuk dilakukan pemeriksaan luar. Hasilnya menurut dokter Lusi di BRSUD Tabanan, setiba di rumah sakit korban sudah dinyatakan meninggal.
Ditemukan luka dan patah tulang di hidung dan mengeluarkan darah. Luka lecet pada dahi, luka pada bagian sudut mata, luka lecet pada lutut, ada cairan pada lubang kemaluan dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan. “Menurut keterangan keluarga, korban mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Tadi siang jenazah sudah dibawa ke rumah duka,” jelas Kompol Surya Atmaja.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Bakisan I Gusti Agung Putu Eka Sanjaya, membenarkan jika Jero Mangku Suditha warganya dari Banjar Bakisan dan masih menjadi Pamangku Pura Alit Bale Banjar. Tetapi kesehariannya yang bersangkutan tinggal bersama keluarganya di Jalan Diponegoro termasuk Banjar Pande, Desa Denbantas. “Saya dikasih tahu warga, jika Kak Mangku ini jatuh di parit,” ujarnya.
Berdasarkan pembicaraan keluarga serta tokoh masyarakat, karena korban merupakan pamangku maka upacaranya akan dilaksanakan pada Saniscara Pon Ugu, Sabtu (17/2). “Beliau akan diaben pada Sabtu depan. Karena beliau pamangku, di tempat jatuhnya itu akan dilaksanakan upacara nebusin,” jelas Sanjaya. Jero Mangku Suditha meninggalkan seorang istri, Gusti Ayu Ketut Pudji, dua orang anak dan dua orang cucu. *d
Penemuan jenazah Jero Mangku Suditha tersebut sempat membuat warga geger. Menurut salah seorang warga yang juga saksi di lapangan, I Putu Gede Puja, 28, awalnya sekitar pukul 06.00 Wita, dia berniat menyapu di warungnya yang berlokasi sekitar 5 meter dari tempat kejadian perkara (TKP). Kemudian datang warga bernama Bu Agung Surya yang mengatakan bahwa ada sepeda gayung tergeletak di pinggir jalan atau kanan jalan dari arah selatan.
Selanjutnya saksi I Putu Gede Puja mendekati sepeda gayung yang tergeletak itu. Dan betapa kagetnya saat melihat ke bawah, di dalam parit korban dalam posisi meringkuk dan terendam air. “Saya panik karena Bu Agung Surya itu lari, saya lihat dengan seksama korban tidak terlihat ada napas,” jelasnya.
Karena tidak berani mengevakuasi Jero Mangku Suditha, Gede Puja melaporkan ke Kelian Dinas Banjar Denbantas dan kelian dinas langsung melapor ke Polsek Tabanan. “Saat itu warga berdatangan, bahkan keluarga korban pun datang dan mengangkat jenazahnya itu dibawa ke pinggir jalan sembari menunggu mobil angkutan untuk dibawa ke BRSUD Tabanan,” imbuh Gede Puja.
Berdasarkan informasi di lapangan, Jero Mangku Suditha adalah warga asli Banjar Bakisan, Desa Denbantas, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, tetapi tinggal di Banjar Pande, Desa Denbantas. Dan kesehariannya, di pagi hari sering bersepeda gayung melintas dari Banjar Pande sampai Banjar Bakisan. Kapolsek Tabanan Kompol I Gede Made Surya Atmaja, mengatakan korban terjatuh di dalam parit dengan kedalaman 1,5 meter. Saat jatuh itu tidak ada yang mengetahui dan beberapa menit kemudian baru ada yang melihat. “Awalnya dilihat ada sepeda kemudian setelah dicek warga ternyata ada korban di dalam parit yang sudah terendam air,” jelasnya.
Saat itu pun banyak warga yang menolong menaikkan korban ke atas mobil dan membawa ke BRSUD Tabanan untuk dilakukan pemeriksaan luar. Hasilnya menurut dokter Lusi di BRSUD Tabanan, setiba di rumah sakit korban sudah dinyatakan meninggal.
Ditemukan luka dan patah tulang di hidung dan mengeluarkan darah. Luka lecet pada dahi, luka pada bagian sudut mata, luka lecet pada lutut, ada cairan pada lubang kemaluan dan tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan. “Menurut keterangan keluarga, korban mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Tadi siang jenazah sudah dibawa ke rumah duka,” jelas Kompol Surya Atmaja.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Bakisan I Gusti Agung Putu Eka Sanjaya, membenarkan jika Jero Mangku Suditha warganya dari Banjar Bakisan dan masih menjadi Pamangku Pura Alit Bale Banjar. Tetapi kesehariannya yang bersangkutan tinggal bersama keluarganya di Jalan Diponegoro termasuk Banjar Pande, Desa Denbantas. “Saya dikasih tahu warga, jika Kak Mangku ini jatuh di parit,” ujarnya.
Berdasarkan pembicaraan keluarga serta tokoh masyarakat, karena korban merupakan pamangku maka upacaranya akan dilaksanakan pada Saniscara Pon Ugu, Sabtu (17/2). “Beliau akan diaben pada Sabtu depan. Karena beliau pamangku, di tempat jatuhnya itu akan dilaksanakan upacara nebusin,” jelas Sanjaya. Jero Mangku Suditha meninggalkan seorang istri, Gusti Ayu Ketut Pudji, dua orang anak dan dua orang cucu. *d
1
Komentar