GOR Swecapura Nihil Pengungsi
447 pengungsi asal Karangasem di Posko Induk GOR Swecapura, Desa Gelgel, Klungkung, akhirnya pulang ke kampung halaman masing-masing, Senin (12/2) pagi.
SEMARAPURA, NusaBali
Kini, GOR Swecapura nihil pengungsi. Tenda-tenda di pengungsian akan segera dibongkar petugas. Data pengungsi di Kabupaten Klungkung per-hari Senin (12/2), pengungsi di Kecamatan Klungkung masih 1.867 jiwa, tersebar di 13 desa/kelurahan. Di GOR Swecapura nihil, sehari sebelumnya ditempati 447 pengungsi. Pengungsi di Kecamatan Dawan 76 jiwa, tersebar 5 desa dan di Kecamatan Banjarangkan 639 jiwa, tersebar di 12 desa.
Kepala Pelaksana BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Klungkung I Putu Widiada saat dikonfirmasi, membenarkan data tersebut. Dari 447 pengungsi di GOR Swecapura yang pulang, sebagian besar diantar oleh petugas. Ada juga menggunakan kendaraan pribadi. Dengan demikian tidak ada lagi pengungsi di GOR Swecapura. Untuk pengungsi di luar GOR juga diprediksi sebagian besar sudah pulang, hanya saja datanya belum masuk. “Mungkin sudah semuanya pulang, cuman ada beberapa saja yang masih bertahan terutama pengungsi yang sudah membuka usaha seperti menanam bunga gumitir di wilayah Kecamatan Banjarangkan,” ujar Widiada.
Disebutkan, kepulangan pengungsi ini pasca penurunan status Gunung Agung dari level awas menjadi siaga dengan radius bahaya menjadi 4 km, Sabtu (10/2) pagi. Sesuai pengalaman sebelumnya biasanya kalau ada penurunan status. Pengungsi biasanya menunggu 2-3 hari untuk pulang sambil menunggu berita saudara-saudaranya di Karangasem.
Kata dia pengungsi di GOR dan posko-posko lainnya di Klungkung berada di luar radius 4 Km, mereka berada di radius kawasan rawan bencana (KRB) III, kalau sesuai aturan KRB 3 itu berada pada radius 6 Km dari bahaya erupsi Gunung Agung. “Posko pengungsian di GOR akan segera kita bongkar dalam waktu dekat ini,” ujarnya.
Kepala Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem I Nyoman Tinggal mengatakan, di Desa Sebudi yakni Dusun Sogra dan Banjar Bukit Galah, ada lima sungai yang langsung dari Gunung Agung. Setiap hujan lebat terjadi banjir besar dan menggerus jalan di sana, terlebih sempat ada erupsi sehinga akses jalan tidak bisa dilewati. Setidaknya 150 lebih pengungsi di wilayah tersebut belum bisa pulang kampung. “Para pengungsi yang sudah siap pulang dan dicarikan tempat mengungsi baru di wilayah terdekat,” ujarnya. *wan
Kini, GOR Swecapura nihil pengungsi. Tenda-tenda di pengungsian akan segera dibongkar petugas. Data pengungsi di Kabupaten Klungkung per-hari Senin (12/2), pengungsi di Kecamatan Klungkung masih 1.867 jiwa, tersebar di 13 desa/kelurahan. Di GOR Swecapura nihil, sehari sebelumnya ditempati 447 pengungsi. Pengungsi di Kecamatan Dawan 76 jiwa, tersebar 5 desa dan di Kecamatan Banjarangkan 639 jiwa, tersebar di 12 desa.
Kepala Pelaksana BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Klungkung I Putu Widiada saat dikonfirmasi, membenarkan data tersebut. Dari 447 pengungsi di GOR Swecapura yang pulang, sebagian besar diantar oleh petugas. Ada juga menggunakan kendaraan pribadi. Dengan demikian tidak ada lagi pengungsi di GOR Swecapura. Untuk pengungsi di luar GOR juga diprediksi sebagian besar sudah pulang, hanya saja datanya belum masuk. “Mungkin sudah semuanya pulang, cuman ada beberapa saja yang masih bertahan terutama pengungsi yang sudah membuka usaha seperti menanam bunga gumitir di wilayah Kecamatan Banjarangkan,” ujar Widiada.
Disebutkan, kepulangan pengungsi ini pasca penurunan status Gunung Agung dari level awas menjadi siaga dengan radius bahaya menjadi 4 km, Sabtu (10/2) pagi. Sesuai pengalaman sebelumnya biasanya kalau ada penurunan status. Pengungsi biasanya menunggu 2-3 hari untuk pulang sambil menunggu berita saudara-saudaranya di Karangasem.
Kata dia pengungsi di GOR dan posko-posko lainnya di Klungkung berada di luar radius 4 Km, mereka berada di radius kawasan rawan bencana (KRB) III, kalau sesuai aturan KRB 3 itu berada pada radius 6 Km dari bahaya erupsi Gunung Agung. “Posko pengungsian di GOR akan segera kita bongkar dalam waktu dekat ini,” ujarnya.
Kepala Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem I Nyoman Tinggal mengatakan, di Desa Sebudi yakni Dusun Sogra dan Banjar Bukit Galah, ada lima sungai yang langsung dari Gunung Agung. Setiap hujan lebat terjadi banjir besar dan menggerus jalan di sana, terlebih sempat ada erupsi sehinga akses jalan tidak bisa dilewati. Setidaknya 150 lebih pengungsi di wilayah tersebut belum bisa pulang kampung. “Para pengungsi yang sudah siap pulang dan dicarikan tempat mengungsi baru di wilayah terdekat,” ujarnya. *wan
1
Komentar