Gadis 17 Tahun HIV setelah Transfusi Darah
Indikasi penularan lewat tranfusi darah dinilai karena dilakukan transfusi darah sejak kelas IV SD.
SINGARAJA, NusaBali
Malang benar gadis 17 tahun penderita leukimia dari Buleleng ini. Selain menanggung beban berat penyakit yang dideritanya sejak duduk di bangku SD, ia kini divonis positif terjangkit virus HIV. Penularan virus mematikan itu diindikasi terjadi melalui transfusi darah.
Kenyataan pahit itu baru diketahui pada bulan Desember 2017 lalu. Saat itu kondisi Cempaka (nama samaran,red) mulai menurun drastis. Mulai dari penurunan berat badan yang sangat signifikan serta sakit berkepanjangan dengan kondisi yang semakin menurun. Dari ciri-ciri tersebut ia yang saat itu diperiksakan orangtuanya ke rumah sakit ditawari tim medis untuk melakukan tes darah.
Konselor Yayasan Citra Usada Indonesia (YCUI) Buleleng, Made Riko Wibawa Senin (12/2) siang kemarin mengatakan, indikasi penularan lewat transfusi darah dinilai karena Cempaka sudah menjalani transfusi darah sejak kelas IV SD. Pertama divonis leukimia ia pun sempat dirujuk ke RSUP Sanglah dan menjalani dua kali transfusi darah di sana. Selanjutnya perawatan dan pengobatan hingga saat ini dilakukan di RSUD Buleleng. “Kami nyatakan ada indikasi karena yang bersangkutan tidak memiliki perilaku berisiko, kedua orangtuanya juga tidak HIV,” ujar Ricko.
Diduga penularan virus HIV itu terjadi saat Cempaka mendapatkan darah dari pendonor yang belum terdeteksi di masa windows period, 0-3 bulan pasca terinfeksi. Indikasi itu pun menurut Ricko tidak dapat dipastikan didapat darimana, karena Cempaka sempat menjalani transfusi darah di sejumlah tempat.
Saat ini pihaknya yang langsung melakukan pendampingan terhadap Cempaka sedang mengupayakan perbaikan kondisi. Karena sakit yang dideritanya dan juga penyakit tambahan menggerogoti tubuh dan organ dalamnya yang dinyatakan sudah tidak berfungsi maksimal. Kondisi Cempaka kini dikatakan Ricko sudah susah makan. “Saat ini dia sedang disiapkan menjalani pengobatan tetapi harus diperbaiki dulu kondisi fungsi hati dan ginjal harus bagus dulu,” kata dia.
Menyangkut indikasi itu, pihaknya pun mengaku sudah berulangkali melakukan diskusi dengan Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai penyedia darah, terutama kekhawatiran tercemarnya darah dari penderita HIV/AIDS yang belum terdeteksi. Karena hal tersebut memerlukan alat yang canggih dan saat ini belum ada di Buleleng. Skrining darah untuk pendonor baru sebatas uji kekebalan saja. Pihaknya pun berharap hal dan pengalaman temuan kasus pertama kali dengan motif transfusi darah menjadi perhatian serius PMI. *k23
Kenyataan pahit itu baru diketahui pada bulan Desember 2017 lalu. Saat itu kondisi Cempaka (nama samaran,red) mulai menurun drastis. Mulai dari penurunan berat badan yang sangat signifikan serta sakit berkepanjangan dengan kondisi yang semakin menurun. Dari ciri-ciri tersebut ia yang saat itu diperiksakan orangtuanya ke rumah sakit ditawari tim medis untuk melakukan tes darah.
Konselor Yayasan Citra Usada Indonesia (YCUI) Buleleng, Made Riko Wibawa Senin (12/2) siang kemarin mengatakan, indikasi penularan lewat transfusi darah dinilai karena Cempaka sudah menjalani transfusi darah sejak kelas IV SD. Pertama divonis leukimia ia pun sempat dirujuk ke RSUP Sanglah dan menjalani dua kali transfusi darah di sana. Selanjutnya perawatan dan pengobatan hingga saat ini dilakukan di RSUD Buleleng. “Kami nyatakan ada indikasi karena yang bersangkutan tidak memiliki perilaku berisiko, kedua orangtuanya juga tidak HIV,” ujar Ricko.
Diduga penularan virus HIV itu terjadi saat Cempaka mendapatkan darah dari pendonor yang belum terdeteksi di masa windows period, 0-3 bulan pasca terinfeksi. Indikasi itu pun menurut Ricko tidak dapat dipastikan didapat darimana, karena Cempaka sempat menjalani transfusi darah di sejumlah tempat.
Saat ini pihaknya yang langsung melakukan pendampingan terhadap Cempaka sedang mengupayakan perbaikan kondisi. Karena sakit yang dideritanya dan juga penyakit tambahan menggerogoti tubuh dan organ dalamnya yang dinyatakan sudah tidak berfungsi maksimal. Kondisi Cempaka kini dikatakan Ricko sudah susah makan. “Saat ini dia sedang disiapkan menjalani pengobatan tetapi harus diperbaiki dulu kondisi fungsi hati dan ginjal harus bagus dulu,” kata dia.
Menyangkut indikasi itu, pihaknya pun mengaku sudah berulangkali melakukan diskusi dengan Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai penyedia darah, terutama kekhawatiran tercemarnya darah dari penderita HIV/AIDS yang belum terdeteksi. Karena hal tersebut memerlukan alat yang canggih dan saat ini belum ada di Buleleng. Skrining darah untuk pendonor baru sebatas uji kekebalan saja. Pihaknya pun berharap hal dan pengalaman temuan kasus pertama kali dengan motif transfusi darah menjadi perhatian serius PMI. *k23
Komentar