Ritual Tolak Bala saat Imlek, Barongsai Sakral Ikut Diarak
Barongsai sakral di Vihara Dharmayana Kuta hanya dikeluarkan saat upacara besar, seperti Imlek. Bagi yang shio-nya chiong, bisa melakukan persembahyangan Ci-Suak pada 16-22 Februari.
Rangkaian Perayaan Tahun Baru Imlek 2567 di Vihara Dharmayana Kuta, Badung
MANGUPURA, NusaBali
Warga Tionghoa di Kuta, Badung, dan Bali akan merayakan datangnya Tahun Baru Imlek 2567 yang jatuh pada Senin (8/2). Bahkan persiapan perayaan tersebut di Vihara Dharmayana, Jalan Blambangan, Kuta, telah jauh-jauh hari dilakukan. Di antaranya bersih-bersih kompleks vihara, pemasangan lampu lampion, termasuk menyiapkan sarana upacara untuk persembahyangan. Ada lilin, dupa, dan yang lain.
Sejak 2002 kirab Barongsai dan Naga serangkaian menyambut Imlek tak pernah absen diselenggarakan di Vihara Dahramayana. Selain tujuannya menjaga tradisi leluhur, warga Tionghoa percaya kirab Barongsai dan Naga merupakan bagian dari ritual tolak bala. Kirab Barongsai dan Naga akan dilaksanakan pada Minggu (7/2) hari ini mulai sekitar pukul 17.00 Wita.
Demi suksesnya pelaksanaan kirab, Kelian Banjar Dharma Semadhi, Kelurahan Kuta, Made Adi Dharmaja Kusuma, menuturkan, muda-mudi yang tergabung dalam Barongsai Pusaka Tantra Vihara Dharmayana Kuta, berlatih keras. Di luar latihan rutin dua kali dalam sepekan, yakni setiap Selasa dan Jumat, menjelang perayaan Imlek porsi latihannya ditambah.
“Latihan sebetulnya rutin. Tapi menjelang Imlek latihannya lebih sering lagi,” kata Adi Dharmaja kepada NusaBali, Kamis (4/2).
Menurut Adi Dharmaja, ada sekitar 45 orang muda-mudi dalam sekaa Barongsai Pusaka Tantra. Mereka lah yang nanti akan ambil bagian dalam atraksi kirab Barongsai dan Naga, sehari jelang Imlek.
Di era pemerintahan Presiden RI KH Abdurrrahman Wahid (Gus Dur), saat tradisi dan budaya warga Tionghoa mulai diberi tempat dan ‘diakui’ di publik, sejak saat itu Barongsai Pusaka Tantra semakin eksis hingga sekarang. Dan tak pernah absen menghelat kirap dalam rangkaian Imlek.
Pada kirab hari ini, ungkap Adi Dharmaja, rencananya akan menampilkan lima Barongsai dan dua Naga. Ada yang unik, satu Barongsai yang ‘disakralkan’ dan tersimpan rapi di kompleks Vihara Dharmayana juga turut meramaikan kirab.
Adi Dharmaja sempat menunjukkan tempat penyimpanan Barongsai tersebut di teras vihara sebelah kiri, bila posisinya dilihat dari depan vihara. Barongsai disimpan di lemari kaca berukuran tinggi tak sampai 1 meter. Letaknya bertengger di atas meja besar. Di depan lemari tersebut terdapat dupa-dupa bekas sembahyang.
Tak bisa secara sembarangan Barongsai sacral ini dimainkan. “Paling bila ada upacara keagamanan baru dikeluarkan. Kalau tidak, kembali disimpan di tempat ini,” ucap Adi Dharmaja sembari membuka lemari kaca yang awalnya terkunci rapat.
Saat kirab berlangsung, Barongsai yang disakralkan berada pada posisi paling depan. Kemudian diiringi empat Barongsai pengiring serta dua Naga. Empat barongsai ini sudah lazim dipentaskan bila ada pagelaran dan lomba-lomba.
Begitupun apabila Barongsai sakral ini akan dikeluarkan, tak bisa serampangan. Biasanya, kata Adi Dharmaja, anggota Barongsai Pusaka Tantra dan warga yang lain terlebih dahulu melakukan upacara persembahyangan. Memohon izin kepada yang mulia Konco Tan Hu Cin Jin yang berstana di Vihara Dharmayana. “Itu (upacara persembahyangan, Red) harus dilakukan sebelum kirab,” katanya. “Kami yakini Barongsai dan Naga bisa menetralisir hal-hal negatif, karena merupakan tunggangan Dewa-Dewi,” tuturnya.
Barongsai sakral itu dibuat dan didatangkan dari Semarang, Jawa Tengah, pada 2002, sejak tradisi dan kebudayaan Tionghoa diberikan hak yang sama di depan publik.
Kenapa hanya satu? “Itu sebagai simbol pemujaan yang warga sungsung. Tak ubahnya barong pada umumnya dalam tradisi Hindu. Intinya simbol penghormatan,” imbuhnya. Sedangkan barongsai yang lain memang untuk pegelaran seni dan dipentaskan.
Apakah Barongsai sakral itu diperlakukan khusus? Misalnya diberi banten pada saat-saat tertentu? "Iya, setiap ada upacara keagamaan seperti pada Imlek dan Cap Gomeh, diberi banten. Biasanya bantennya berupa buah-buahan. Intinya sama dalam adat istiadat orang Bali (umat Hindu, Red),” kata Adi Dharmaja. Tapi setiap hari pun banyak yang melakukan pemujaan. “Setiap hari juga dilakukan. Makanya disiapkan tempat dupa (di depan almari tempat penyimpanan Barongsai sakral, Red),” jelasnya.
Selanjutnya...
1
2
Komentar