Balik Kampung, Pengungsi Dibantu Logistik 3 Bulan
Pengungsi yang kembali ke kampungnya tetap mendapatkan bantuan logistik, maksimal tiga bulan. Sebab, di kampung halaman mereka tidak memiliki apa-apa lagi. Bantuan
AMLAPURA, NusaBali
Logistik selama 3 bulan itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pokok. Hanya saja, 15.445 pengungsi yang tersebar di delapan kabupaten di Bali belum sepenuhnya kembali.
Kepala Bidang Sumber Daya Pos Tanggap Bencana, I Wayan Sutapa dan Kepala Bidang Penanganan Pengungsi Pos Tanggap Bencana Ida Bagus Ketut Arimbawa mengaku telah mendata pengungsi yang pulang kampung. Kembalinya pengungsi ke kampungnya masing-masing menyusul status Gunung Agung diturunkan dari awas ke siaga per Sabtu (10/2), begitu juga radius berbahaya diciutkan dari 6 kilometer jadi 4 kilometer dari kawah Gunung Agung. “Logistik masih tersedia, untuk warga yang kembali ke kampungnya, jatah mereka tersedia untuk tiga bulan,” kata Wayan Sutapa, Rabu (14/2).
Dikatakan, para pengungsi yang kembali ke kampungnya tidak lagi memiliki kebutuhan pokok karena lahannya ditinggal mengungsi, masih perlu diolah. Meski dijamin logistik selama tiga bulan, tidak semua pengungsi merespons untuk pulang kampung. Masih ada yang trauma tinggal di rumahnya, lebih memilih bertahan di pengungsian. Sementara Ida Bagus Ketut Arimbawa mengatakan, bagi warga yang merasa belum nyaman tinggal di rumahnya, sebaiknya tetap mengungsi.
Tercatat sebanyak 33 kepala keluarga (KK) atau 132 jiwa pengungsi yang tertahan dari Banjar Bukit Galah, Desa Sebudi, Kecamatan Selat. Mereka tidak bisa kembali ke kampungnya karena akses jalan putus tergerus banjir. Mereka memilih kembali mengungsi di Bale Banjar Tegeh, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, sebelumnya mengungsi di GOR Swecapura Klungkung. IB Ketut Arimbawa menyebutkan, dari 132 jiwa pengungsi itu, terdiri dari 6 lansia, 2 balita, 10 anak-anak, 2 ibu hamil, dan dewasa 112 jiwa. “Kami telah drop logistik, MCK, tandon air, dan kebutuhan lainnya,” kata IB Ketut Arimbawa.
Berbeda dengan pengungsi dari Banjar Galih, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem sebanyak 9 KK atau 36 jiwa kembali ke kampungnya, sebelumnya mengungsi di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, tanpa hambatan. Terpisah, relawan PMI Provinsi Bali, I Wayan Aryawan yang menangani pengungsi di UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang, Banjar Singerata, Desa/Kecamatan Rendang mengatakan, belum sepenuhnya pengungsi kembali ke kampungnya. “Masih bertahan 175 KK atau 620 jiwa dari Desa Sebudi dan Desa Muncan, Kecamatan Selat,” ungkap Wayan Aryawan. *k16
Logistik selama 3 bulan itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pokok. Hanya saja, 15.445 pengungsi yang tersebar di delapan kabupaten di Bali belum sepenuhnya kembali.
Kepala Bidang Sumber Daya Pos Tanggap Bencana, I Wayan Sutapa dan Kepala Bidang Penanganan Pengungsi Pos Tanggap Bencana Ida Bagus Ketut Arimbawa mengaku telah mendata pengungsi yang pulang kampung. Kembalinya pengungsi ke kampungnya masing-masing menyusul status Gunung Agung diturunkan dari awas ke siaga per Sabtu (10/2), begitu juga radius berbahaya diciutkan dari 6 kilometer jadi 4 kilometer dari kawah Gunung Agung. “Logistik masih tersedia, untuk warga yang kembali ke kampungnya, jatah mereka tersedia untuk tiga bulan,” kata Wayan Sutapa, Rabu (14/2).
Dikatakan, para pengungsi yang kembali ke kampungnya tidak lagi memiliki kebutuhan pokok karena lahannya ditinggal mengungsi, masih perlu diolah. Meski dijamin logistik selama tiga bulan, tidak semua pengungsi merespons untuk pulang kampung. Masih ada yang trauma tinggal di rumahnya, lebih memilih bertahan di pengungsian. Sementara Ida Bagus Ketut Arimbawa mengatakan, bagi warga yang merasa belum nyaman tinggal di rumahnya, sebaiknya tetap mengungsi.
Tercatat sebanyak 33 kepala keluarga (KK) atau 132 jiwa pengungsi yang tertahan dari Banjar Bukit Galah, Desa Sebudi, Kecamatan Selat. Mereka tidak bisa kembali ke kampungnya karena akses jalan putus tergerus banjir. Mereka memilih kembali mengungsi di Bale Banjar Tegeh, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, sebelumnya mengungsi di GOR Swecapura Klungkung. IB Ketut Arimbawa menyebutkan, dari 132 jiwa pengungsi itu, terdiri dari 6 lansia, 2 balita, 10 anak-anak, 2 ibu hamil, dan dewasa 112 jiwa. “Kami telah drop logistik, MCK, tandon air, dan kebutuhan lainnya,” kata IB Ketut Arimbawa.
Berbeda dengan pengungsi dari Banjar Galih, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem sebanyak 9 KK atau 36 jiwa kembali ke kampungnya, sebelumnya mengungsi di Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, tanpa hambatan. Terpisah, relawan PMI Provinsi Bali, I Wayan Aryawan yang menangani pengungsi di UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang, Banjar Singerata, Desa/Kecamatan Rendang mengatakan, belum sepenuhnya pengungsi kembali ke kampungnya. “Masih bertahan 175 KK atau 620 jiwa dari Desa Sebudi dan Desa Muncan, Kecamatan Selat,” ungkap Wayan Aryawan. *k16
Komentar