11 Desa Pakraman Menggelar Usaba Dalem
Sebanyak 11 desa pakraman di Kecamatan Selat, Karangasem, serentak menggelar upacara Usaba Dalem di masing-masing Pura Dalem desa setempat, Redite Wage Wayang, Minggu (18/2).
AMLAPURA, NusaBali
Hanya saja prosesi Usaba Dalem sedikit berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya karena 11 desa pakraman ini berada di kawasan rawan bencana (KRB) I, KRB II, dan KRB III. Bahkan ada satu desa pakraman hanya matur piuning (pemberitaan penangguhan) karena baru pulang dari pengungsian.
Pantauan di Pura Dalem Desa Pakraman Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, yang lokasinya di radius 6 kilometer lereng Gunung Agung, hanya menggelar upacara matur piuning. Sebab, sebanyak 108 KK atau 421 jiwa baru pulang dari pengungsian, Jumat (15/2). Sehingga tidak memungkinkan mempersiapkan dan menggelar Usaba Dalem dalam waktu singkat. “Kami tetap melaksanakan persembahyangan di Pura Dalem, hanya saja sebatas matur piuning sehubungan tidak bisa menggelar Usaba Dalem seperti biasa karena baru datang dari pengungsian,” jelas Bendesa Pakraman Sogra, I Nyoman Muliarta.
Sedangkan di Desa Pakraman Sebudi, Desa Sebudi, Kecamatan Selat berpenduduk 1.002 jiwa mengurangi tahapan prosesi Usaba Dalem. Biasanya usaba dilaksanakan dua kali persembahyangan pagi dan sore, kali ini hanya dilakukan pagi saja. Persembahyangan diantarkan Jro Mangku Gede Umbara yang juga Bendesa Pakraman Sebudi. Sementara pelaksanaan Usaba Dalem di Desa Pakraman Sukaluwih, Desa Amerta Bhuana berjalan normal, hanya saja kemasan banten yang dipersembahkan krama lebih sederhana. “Kemasan bantennya lebih sederhana, lebih efisien. Terpenting upacara usaba terlaksana,” jelas juru raksa Desa Pakraman Sukaluwih, I Wayan Suara.
Pelaksanaan Usaba Dalem atau disebut Usaba Dimel di Desa Pakraman Selat, Kecamatan Selat diwarnai krama naur sesangi (bayar kaul). Hanya saja jumlah krama yang naur sosad atau naur sesangi jumlahnya jauh berkurang. Biasanya naur sosod 40-50 kemasan banten berupa jajan uli ukuran besar yang dibawa ke Pura Dalem diusung beberapa warga, kali ini hanya 7 warga yang naur sosod. Banyak krama yang menangguhkan naur sosod karena pengaruh bencana erupsi Gunung Agung. “Krama yang naur sosod berkurang, namun upacara Usaba Dimel tetap berjalan normal,” jelas Bendesa Pakraman Selat, Jro Mangku Gede Mustika.
Ciri khas Usaba Dimel di Desa Pakraman Selat yang mewilayahi 15 banjar adat dan 3 pura dadia, setiap pekarangan rumah menyertakan banten sokan (kemasan banten dibawa dengan cara dipikul). Tercatat 702 banten sokan dipersembahkan saat upacara Usaba Dimel. Tercatat 11 desa pakraman menggelar Usaba Dalem yakni Shanti, Umacetra, Selat, Padangtunggal, Padangaji, Badeg Kelodan, Sogra, Sebudi, Sukaluwih, Tegeh, dan Presana. *k16
Hanya saja prosesi Usaba Dalem sedikit berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya karena 11 desa pakraman ini berada di kawasan rawan bencana (KRB) I, KRB II, dan KRB III. Bahkan ada satu desa pakraman hanya matur piuning (pemberitaan penangguhan) karena baru pulang dari pengungsian.
Pantauan di Pura Dalem Desa Pakraman Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, yang lokasinya di radius 6 kilometer lereng Gunung Agung, hanya menggelar upacara matur piuning. Sebab, sebanyak 108 KK atau 421 jiwa baru pulang dari pengungsian, Jumat (15/2). Sehingga tidak memungkinkan mempersiapkan dan menggelar Usaba Dalem dalam waktu singkat. “Kami tetap melaksanakan persembahyangan di Pura Dalem, hanya saja sebatas matur piuning sehubungan tidak bisa menggelar Usaba Dalem seperti biasa karena baru datang dari pengungsian,” jelas Bendesa Pakraman Sogra, I Nyoman Muliarta.
Sedangkan di Desa Pakraman Sebudi, Desa Sebudi, Kecamatan Selat berpenduduk 1.002 jiwa mengurangi tahapan prosesi Usaba Dalem. Biasanya usaba dilaksanakan dua kali persembahyangan pagi dan sore, kali ini hanya dilakukan pagi saja. Persembahyangan diantarkan Jro Mangku Gede Umbara yang juga Bendesa Pakraman Sebudi. Sementara pelaksanaan Usaba Dalem di Desa Pakraman Sukaluwih, Desa Amerta Bhuana berjalan normal, hanya saja kemasan banten yang dipersembahkan krama lebih sederhana. “Kemasan bantennya lebih sederhana, lebih efisien. Terpenting upacara usaba terlaksana,” jelas juru raksa Desa Pakraman Sukaluwih, I Wayan Suara.
Pelaksanaan Usaba Dalem atau disebut Usaba Dimel di Desa Pakraman Selat, Kecamatan Selat diwarnai krama naur sesangi (bayar kaul). Hanya saja jumlah krama yang naur sosad atau naur sesangi jumlahnya jauh berkurang. Biasanya naur sosod 40-50 kemasan banten berupa jajan uli ukuran besar yang dibawa ke Pura Dalem diusung beberapa warga, kali ini hanya 7 warga yang naur sosod. Banyak krama yang menangguhkan naur sosod karena pengaruh bencana erupsi Gunung Agung. “Krama yang naur sosod berkurang, namun upacara Usaba Dimel tetap berjalan normal,” jelas Bendesa Pakraman Selat, Jro Mangku Gede Mustika.
Ciri khas Usaba Dimel di Desa Pakraman Selat yang mewilayahi 15 banjar adat dan 3 pura dadia, setiap pekarangan rumah menyertakan banten sokan (kemasan banten dibawa dengan cara dipikul). Tercatat 702 banten sokan dipersembahkan saat upacara Usaba Dimel. Tercatat 11 desa pakraman menggelar Usaba Dalem yakni Shanti, Umacetra, Selat, Padangtunggal, Padangaji, Badeg Kelodan, Sogra, Sebudi, Sukaluwih, Tegeh, dan Presana. *k16
1
Komentar