RPH Pertama Kali Direvitalisasi
Dana Rp 1 miliar tidak murni untuk melakukan pembangunan RPH. Namun, harus dibagi dua, yakni pembangunan dan pembelian alat untuk proses penyembelihan.
Anggaran Minim Distan Andalkan Anggaran DAK
DENPASAR, NusaBali
Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Denpasar di Jalan Raya Benoa, Kelurahan Sesetan, Denpasar pertama kalinya akan dilakukan revitalisasi setelah pembangunan tahun 1980 silam. Revitalisasi dilakukan karena gedung yang merupakan tempat pemotongan hewan sudah terlalu tua, disamping itu saluran drainase pembuangan limbah juga harus diperbaharui karena mengalami genangan.
Kendati Detail Engineering Design (DED) sudah dirancang, namun dana yang akan dipakai tidak berlalu besar yakni sebesar Rp 1 miliar. Dana tersebut merupakan dana alokasi khusus (DAK) yang diturunkan pusat untuk pertanian. Namun karena Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Denpasar sudah menjadi satu organisasi perangkat daerah (OPD), dana tersebut dipindahkan untuk revitalisasi atas seizin kementerian.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Denpasar, I Gede Ambara Putra, Rabu (21/2), mengatakan, revitalisasi dilakukan untuk memberikan ruang baru dalam penyembelihan hewan, khususnya, babi. Dengan penyembelihan dengan rata-rata 100 ekor babi perharinya, pihaknya juga harus memperhatikan keadaan tempat penyembelihan. Baik dari saluran pembuangan limbah maupun mesin yang dipakai proses pemotongan hewan.
Namun dengan dana yang tergolong minim ini, kata Ambara, tentunya tidak cukup untuk melakukan pembangunan. Apalagi untuk dana Rp 1 miliar tersebut tidak murni untuk melakukan pembangunan RPH. Namun, total tersebut harus dibagi dua, yakni pembangunan dan pembelian alat untuk proses penyembelihan. "Itu akan dibagi dua, untuk pembelian alat yakni gergaji karkas yang harganya Rp 189 juta dan alat pencabut bulu babi yang harganya Rp 315 juta," jelas Ambara.
Dengan total tersebut dana pembangunan RPH hanya memakai setengahnya yakni Rp 500 juta. Sehingga untuk saat ini yang dibangun hanya satu gedung dengan dua lantai. Padahal, selain perlu revitalisasi, alat penunjang RPH juga harusnya diganti karena sudah tua. Saat ini ada sekitar 10 alat yang dipakai untuk melakukan pemotongan. Namun, karena tidak ada anggaran, Dinas Pertanian dan Peternakan harus mengupayakan pemakaian mesin tersebut, kendati biaya pemeliharaan yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 800 juta setiap tahunnya untuk mesin pemotong hewan babi dan sapi. "Kami akan membangun secara bertahap. Dulu memang tidak ada alokasi dana yang diberikan pusat untuk penyembelihan babi. Namun setelah kita ajukan akhirnya disetujui dengan anggaran itu. Sebenarnya itu merupakan dana pertanian, karena RPH lebih mendesak maka kami harus dahulukan itu," ujarnya.
Apalagi kata Ambara, saat ini pihaknya mengutamakan pelayanan penyembelihan kepada masyarakat. "Kami mengutamakan pelayanan. Pemasukan untuk PAD kita saja cuman Rp 350 juta pertahunnya. Kalau bisa dihitung kita termurah di Indonesia, penyembelihan untuk sapi saja Rp 12 ribu per ekornya, sedangkan babi Rp 7.500 perekor. Dan target kami juga tahun ini masih sama dengan pendapatan tahun 2017 lalu yakni Rp 350 juta," jelasnya.
Dengan adanya revitalisasi tersebut lanjut Ambara, pihaknya berharap kedepannya masyarakat lebih nyaman melakukan penyembelihan babi terutama pada hari raya besar seperti Galungan. Dengan revitalisasi awal ini kebersihan RPH akan lebih terjamin. Untuk saat ini kata Ambara, pihaknya saat ini masih melakukan pembuatan DED. "Mudah-mudahan pertengahan Maret bisa selesai, pembangunan dilakukan pada bulan April ya Juni kita targetkan selesai," tandasnya. *m
DENPASAR, NusaBali
Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Denpasar di Jalan Raya Benoa, Kelurahan Sesetan, Denpasar pertama kalinya akan dilakukan revitalisasi setelah pembangunan tahun 1980 silam. Revitalisasi dilakukan karena gedung yang merupakan tempat pemotongan hewan sudah terlalu tua, disamping itu saluran drainase pembuangan limbah juga harus diperbaharui karena mengalami genangan.
Kendati Detail Engineering Design (DED) sudah dirancang, namun dana yang akan dipakai tidak berlalu besar yakni sebesar Rp 1 miliar. Dana tersebut merupakan dana alokasi khusus (DAK) yang diturunkan pusat untuk pertanian. Namun karena Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Denpasar sudah menjadi satu organisasi perangkat daerah (OPD), dana tersebut dipindahkan untuk revitalisasi atas seizin kementerian.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Denpasar, I Gede Ambara Putra, Rabu (21/2), mengatakan, revitalisasi dilakukan untuk memberikan ruang baru dalam penyembelihan hewan, khususnya, babi. Dengan penyembelihan dengan rata-rata 100 ekor babi perharinya, pihaknya juga harus memperhatikan keadaan tempat penyembelihan. Baik dari saluran pembuangan limbah maupun mesin yang dipakai proses pemotongan hewan.
Namun dengan dana yang tergolong minim ini, kata Ambara, tentunya tidak cukup untuk melakukan pembangunan. Apalagi untuk dana Rp 1 miliar tersebut tidak murni untuk melakukan pembangunan RPH. Namun, total tersebut harus dibagi dua, yakni pembangunan dan pembelian alat untuk proses penyembelihan. "Itu akan dibagi dua, untuk pembelian alat yakni gergaji karkas yang harganya Rp 189 juta dan alat pencabut bulu babi yang harganya Rp 315 juta," jelas Ambara.
Dengan total tersebut dana pembangunan RPH hanya memakai setengahnya yakni Rp 500 juta. Sehingga untuk saat ini yang dibangun hanya satu gedung dengan dua lantai. Padahal, selain perlu revitalisasi, alat penunjang RPH juga harusnya diganti karena sudah tua. Saat ini ada sekitar 10 alat yang dipakai untuk melakukan pemotongan. Namun, karena tidak ada anggaran, Dinas Pertanian dan Peternakan harus mengupayakan pemakaian mesin tersebut, kendati biaya pemeliharaan yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 800 juta setiap tahunnya untuk mesin pemotong hewan babi dan sapi. "Kami akan membangun secara bertahap. Dulu memang tidak ada alokasi dana yang diberikan pusat untuk penyembelihan babi. Namun setelah kita ajukan akhirnya disetujui dengan anggaran itu. Sebenarnya itu merupakan dana pertanian, karena RPH lebih mendesak maka kami harus dahulukan itu," ujarnya.
Apalagi kata Ambara, saat ini pihaknya mengutamakan pelayanan penyembelihan kepada masyarakat. "Kami mengutamakan pelayanan. Pemasukan untuk PAD kita saja cuman Rp 350 juta pertahunnya. Kalau bisa dihitung kita termurah di Indonesia, penyembelihan untuk sapi saja Rp 12 ribu per ekornya, sedangkan babi Rp 7.500 perekor. Dan target kami juga tahun ini masih sama dengan pendapatan tahun 2017 lalu yakni Rp 350 juta," jelasnya.
Dengan adanya revitalisasi tersebut lanjut Ambara, pihaknya berharap kedepannya masyarakat lebih nyaman melakukan penyembelihan babi terutama pada hari raya besar seperti Galungan. Dengan revitalisasi awal ini kebersihan RPH akan lebih terjamin. Untuk saat ini kata Ambara, pihaknya saat ini masih melakukan pembuatan DED. "Mudah-mudahan pertengahan Maret bisa selesai, pembangunan dilakukan pada bulan April ya Juni kita targetkan selesai," tandasnya. *m
1
Komentar