Warga Pecatu Tepaksa Beli Air Bersih
Warga Desa Pecatu, Kuta Selatan (Kutsel), Badung masih kesulitan air bersih sampai saat ini. Bahkan untuk mendapatkan air bersih warga harus merogoh kocek yang tak sedikit.
Untuk Kebutuhan Hidup Sehari-hari
MANGUPURA, NusaBali
Menurut salah seorang warga, tiap empat hari sekali terpaksa membeli air dari mobil tangki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Tokoh masyarakat Pecatu, Made Sumerta, mengatakan, dirinya per bulan bisa mengeluarkan uang Rp 3 juta untuk membeli air. Warga lainnya juga demikian, harus membeli air untuk kebutuhan hidup sehari-hari. “Kalau keluarganya banyak, punya ternak dan tanaman, malah bisa tiga hari sekali,” ujarnya, Kamis (15/10) kemarin.
Sumerta yang juga anggota DPRD Badung ini menambahkan, harga 1 liter tangki air berukuran 5.000 liter sebesar Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu. Apabila jaraknya jauh, maka bisa lebih mahal lagi. “Saya dan keluarga harus beli air sejak beberapa bulan lalu,” ungkapnya sembari menyebut kondisi serupa juga dialami oleh hampir 100 KK warga Pecatu, terutama yang ada di wilayah Bukit.
Menurutnya, untuk mendapatkan air bawah tanah hampir mustahil. Pasalnya, hampir sebagian lahan milik warga dalam kondisi tandus dan kering. Sehingga tak mungkin mendapatkan air di lahan sendiri. Warga pun terpaksa membeli air dari mobil tangki.
Kenapa tidak menggunakan air yang disiapkan PDAM Tirta Mangutama? Sumerta mengaku butuh waktu lebih lama. Mengingat harus menunggu giliran, lantaran mobil tangki yang disiapkan melayani hampir semua warga yang tak terjangkau sambungan PDAM. “Lagian kalau air PDAM harus nelpon dulu,” tukasnya.
Dirut PDAM Tirta Mangutama Badung, Made Subargayasa mengatakan, masalah krisis air di kawasan Bukit, Kutsel, memang masih terjadi. Namun demikian, berbagai upaya sudah dilakukan selain menyiapkan mobil tangki untuk jangka pendek, juga sudah dilakukan pembangunan saluran pipa induk baru untuk program jangka panjangnya. Yang terjadi saat ini, kata dia, pihaknya masih kesulitan mendapatkan air baku. “Untuk memenuhi kebutuhan air di Badung Selatan, idealnya 750 liter/detik. Tapi saat ini baru 500 liter/detik,” ujarnya.
Dengan pembangunan saluran pipa induk baru, diakui Subargayasa adalah cara jitu menanggulangi masalah kesulitan air di Kuta Selatan. Cuma proyek ini sekarang sedang berjalan dan bila tidak ada halangan akan selesai akhir tahun ini.
Dikatakan, selama ini, wilayah Kutsel memiliki potensi besar. Saat ini saja PDAM Tirta Mangutama mencatat sedikitnya ada sekitar 2.000 daftar tunggu pelanggan. Jadi pihaknya optimis, dengan selesainya mega proyek pembangunan jaringan pipa yang baru wilayah Kutsel bisa keluar dari kesulitan air bersih.
1
Komentar