Jenazah Tiga Bocah Korban Dibunuh Ibu Dimakamkan Dinihari
Jenazah tiga bocah kakak adik yang tewas diracun ibunya: Ni Putu Diana Mas Pradnya Dewi, 6, I Made Mas, 4, dan I Nyoman Kresnadana Putra, 2, telah dipulangkan dari RS Sanglah, Denpasar setelah diotopsi tim medis, Rabu (21/2) malam pukul 23.30 Wita.
MANGUPURA, NusaBali
Berselang 1 jam kemudian, jenazah anak pasangan Putu Moh Diana 35, dan Ni Luh Putu Septyan Parmadani, 33, ini langsung dimakamkan dengan prosesi makingsan ring gni di Setra Desa Pakraman Sulangai, Kecamatan Petang, Badung pada Wraspati Pon Wayang, Kamis (22/2) dinihari pukul 00.30 Wita.
Suasana haru dan pilu mengiringi prosesi ritual makingsan ring gni jenazah tiga bocah korban tewas diracun ibunya ini. Menurut Kapolsek Petang, AKP Ketut Edi Susila, warga sebanjar ikut mengiringi ritual dengan kesedihan mendalam. “Prosesi ritual makinsan ring gni berlangsung selama 1,5 jam hingga pukul 03.00 Wita,” ujar AKP Susila, Kamis kemarin.
Dikatakan, prosesi makingsan ring gni untuk jenazah tiga bocah korban tewas diracun ini merupakan keputusan keluarga dan prajuru adat setempat. “Sesuai tradisi, jenazah korban salahpati (kematian tidak wajar) tidak boleh diinapkan di rumah duka. Makanya, setibaa di rumah duka, jenazah ketiga bocah langsung dibawa ke setra,” katanya.
Upacara pengabenan tiga bocah korban tewas diracun ini rencananya baru akan dilaksanakan pada Radite Pon Dukut, 4 Maret 2018 mendatang. Dewasa ayu (haru baik) tersebut diputuskan setelah meminta petunjuk kepada sulinggih. Namun, yang diabenkan hanya si sulung Putu Diana Mas Pradnya Dewi. Sedangkan I Made Mas dan si bungsi Nyoman Kresnadana Putra yang masih balita, akan dilakukan upacara ngelungah pada saat bersamaan.
Pantauan NusaBali, Kamis siang, para pelayat terus berdatangan ke rumah duka di Banjar Sandakan, Desa Pakraman Sulangai, Kecamatan petang. Ayah ketiga bocah, Putu Moh Diana, lebih banyak duduk diam di tengah para pelayat. Pria berusia 35 tahun yang bekerja sebagai karyawan swasta di kawasan wisata Desa Seminyak, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini masih terpukul dengan kematian tragis tiga anaknya di tangan sang istri.
Kakek dan nenak tiga bocah malang, I Wayan Suartana, 56, dan Ni Ketut Resini, 53, juga terlihat sedih dengan kepergian ketiga cucunya. Namun, keduanya masih bisa menemui para pelayat yang datang ke rumah duka. “Semua keluarga sudah datang ke sini. Adik kandung Putu Moh Diana (Gek Ade Risnadewi) juga ada,” ujar perwakilam keluarga duka, I Ketut Sujana, kepada NusaBali.
Ketut Sujana yang notabene Kelian Dinas Banjar Sandakan, tak banyak memberikan komentar menyangkut motif di balik aksi kakak iparnya, Luh Putu Septyan Parmadani, yang tega membunuh tiga anaknya sekaligus. Menurut Sujana, selama ini hubungan pasutri Putu Diana-Putu Septyan terlihat baik-baik saja. “Kami coba korek permasalahannya, apakah karena faktor ekonomi, tapi kami rasa tidak. Namanya suami istri kan biasa ada masalah. Mungkin cemburu atau bagaimana, tapi ini kan baru kemungkinan,” tandas Sujana.
Selaku kelian banjar dan pihak keluarga, Sujana belum berani mengambil kesimpulan duduk persoalan sebenarnya di balik tragedi keluarganya ini. Apalagi, ayah ketiga bocah, Putu Diana, masih shock berat dan belum bersedia berbicara. “Kakak saya ini memilih diam. Cuma pas saat pembakaran jenazah anaknya, dia sempat menangis,” katanya.
“Yang jelas setahu saya, tidak pernah ada masalah. Malahan, kakak ipar saya (Putu Setyan) sudah mempersiapkan upacara tiga otonan untuk anak ketiganya yang jatuh lima hari lagi. Tapi, keponakan saya keburu meninggal sebelum tiga otonan,” lanjut Sujana.
Disinggung apakah ada firasat dari keluarga sebelum kejadian ini, menurut Sujana, tidak ada. “Mimpi pun tidak ada, biasa-biasa saja. Makanya ini kejadian yang luar biasa. Kalau orang Bali biasanya kan ada mimpi buruk yang menjadi wangsit (pesan gaib). Tapi, ini sama sekali tidak ada.” *asa
Berselang 1 jam kemudian, jenazah anak pasangan Putu Moh Diana 35, dan Ni Luh Putu Septyan Parmadani, 33, ini langsung dimakamkan dengan prosesi makingsan ring gni di Setra Desa Pakraman Sulangai, Kecamatan Petang, Badung pada Wraspati Pon Wayang, Kamis (22/2) dinihari pukul 00.30 Wita.
Suasana haru dan pilu mengiringi prosesi ritual makingsan ring gni jenazah tiga bocah korban tewas diracun ibunya ini. Menurut Kapolsek Petang, AKP Ketut Edi Susila, warga sebanjar ikut mengiringi ritual dengan kesedihan mendalam. “Prosesi ritual makinsan ring gni berlangsung selama 1,5 jam hingga pukul 03.00 Wita,” ujar AKP Susila, Kamis kemarin.
Dikatakan, prosesi makingsan ring gni untuk jenazah tiga bocah korban tewas diracun ini merupakan keputusan keluarga dan prajuru adat setempat. “Sesuai tradisi, jenazah korban salahpati (kematian tidak wajar) tidak boleh diinapkan di rumah duka. Makanya, setibaa di rumah duka, jenazah ketiga bocah langsung dibawa ke setra,” katanya.
Upacara pengabenan tiga bocah korban tewas diracun ini rencananya baru akan dilaksanakan pada Radite Pon Dukut, 4 Maret 2018 mendatang. Dewasa ayu (haru baik) tersebut diputuskan setelah meminta petunjuk kepada sulinggih. Namun, yang diabenkan hanya si sulung Putu Diana Mas Pradnya Dewi. Sedangkan I Made Mas dan si bungsi Nyoman Kresnadana Putra yang masih balita, akan dilakukan upacara ngelungah pada saat bersamaan.
Pantauan NusaBali, Kamis siang, para pelayat terus berdatangan ke rumah duka di Banjar Sandakan, Desa Pakraman Sulangai, Kecamatan petang. Ayah ketiga bocah, Putu Moh Diana, lebih banyak duduk diam di tengah para pelayat. Pria berusia 35 tahun yang bekerja sebagai karyawan swasta di kawasan wisata Desa Seminyak, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini masih terpukul dengan kematian tragis tiga anaknya di tangan sang istri.
Kakek dan nenak tiga bocah malang, I Wayan Suartana, 56, dan Ni Ketut Resini, 53, juga terlihat sedih dengan kepergian ketiga cucunya. Namun, keduanya masih bisa menemui para pelayat yang datang ke rumah duka. “Semua keluarga sudah datang ke sini. Adik kandung Putu Moh Diana (Gek Ade Risnadewi) juga ada,” ujar perwakilam keluarga duka, I Ketut Sujana, kepada NusaBali.
Ketut Sujana yang notabene Kelian Dinas Banjar Sandakan, tak banyak memberikan komentar menyangkut motif di balik aksi kakak iparnya, Luh Putu Septyan Parmadani, yang tega membunuh tiga anaknya sekaligus. Menurut Sujana, selama ini hubungan pasutri Putu Diana-Putu Septyan terlihat baik-baik saja. “Kami coba korek permasalahannya, apakah karena faktor ekonomi, tapi kami rasa tidak. Namanya suami istri kan biasa ada masalah. Mungkin cemburu atau bagaimana, tapi ini kan baru kemungkinan,” tandas Sujana.
Selaku kelian banjar dan pihak keluarga, Sujana belum berani mengambil kesimpulan duduk persoalan sebenarnya di balik tragedi keluarganya ini. Apalagi, ayah ketiga bocah, Putu Diana, masih shock berat dan belum bersedia berbicara. “Kakak saya ini memilih diam. Cuma pas saat pembakaran jenazah anaknya, dia sempat menangis,” katanya.
“Yang jelas setahu saya, tidak pernah ada masalah. Malahan, kakak ipar saya (Putu Setyan) sudah mempersiapkan upacara tiga otonan untuk anak ketiganya yang jatuh lima hari lagi. Tapi, keponakan saya keburu meninggal sebelum tiga otonan,” lanjut Sujana.
Disinggung apakah ada firasat dari keluarga sebelum kejadian ini, menurut Sujana, tidak ada. “Mimpi pun tidak ada, biasa-biasa saja. Makanya ini kejadian yang luar biasa. Kalau orang Bali biasanya kan ada mimpi buruk yang menjadi wangsit (pesan gaib). Tapi, ini sama sekali tidak ada.” *asa
Komentar