Krama Desa Selat Gelar Mapepada Wewalungan
Desa Pakraman Selat, Kecamatan Selat, Karangasem menggelar upacara mapepada wewalungan, Sukra Wage Wayang, Jumat (23/2) serangkaian karya Tabuh Gentuh lan Pamijilan Ida Bhatara Sakti Ngerta Jagat di Pura Pasimpenan Gaduh Sakti, Desa Pakraman Selat, Kecamatan Selat, Karangasem.
AMLAPURA, NusaBali
Mapepada wewalungan yakni ritual untuk kurban dipuput Ida Pedanda Gede Peling Pinatih dari Gria Carik, Banjar Punia, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen.
Sebelum diupacarai, seluruh hewan kurban terlebih dahulu dihias kain putih kuning. Hewan kurban kemudian dilukat dan disupat menggunakan tirta bertujuan untuk menyucikan kurban sebelum disembelih. Selanjutnya Ida Pedanda mapuja, melepas prani seluruh kurban, yang bermakna menghaturkan arwahnya kembali ke Maha Pencipta. Pangayah lanang dan istri terlibat di upacara mapepada dengan mengelilingi pelataran pura sambil menggiring seluruh kurban sebanyak tiga kali.
Wewalungan atau hewan kurban sesungguhnya dibunuh duakali. Pertama dibunuh melalui proses supat dan lukat. Kedua secara fisik dengan cara disembelih untuk digunakan pelengkap banten caru Bhuta Yadnya kaitan nyomia (meneralisir) bhuta kala dan pelengkap banten untuk Dewa Yadnya. Wewalungan juga merupakan persembahan unsur sarwa prani yang merupakan isi semesta.
Dihaturkan dalam bentuk yadnya dengan harapan kembali dianugerahi kemakmuran. “Tujuan menyucikan kurban agar arwahnya kelak menitis kembali pada tingkatan lebih tinggi,” jelas Pedanda Peling Pinatih. Upacara mapepada wawalungan juga disertai ngewangsuh beras catur (membersihkan) di pasucian, dilakukan pangayah istri secara khusus. Juga dilakukan nguntek catur. *k16
Mapepada wewalungan yakni ritual untuk kurban dipuput Ida Pedanda Gede Peling Pinatih dari Gria Carik, Banjar Punia, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen.
Sebelum diupacarai, seluruh hewan kurban terlebih dahulu dihias kain putih kuning. Hewan kurban kemudian dilukat dan disupat menggunakan tirta bertujuan untuk menyucikan kurban sebelum disembelih. Selanjutnya Ida Pedanda mapuja, melepas prani seluruh kurban, yang bermakna menghaturkan arwahnya kembali ke Maha Pencipta. Pangayah lanang dan istri terlibat di upacara mapepada dengan mengelilingi pelataran pura sambil menggiring seluruh kurban sebanyak tiga kali.
Wewalungan atau hewan kurban sesungguhnya dibunuh duakali. Pertama dibunuh melalui proses supat dan lukat. Kedua secara fisik dengan cara disembelih untuk digunakan pelengkap banten caru Bhuta Yadnya kaitan nyomia (meneralisir) bhuta kala dan pelengkap banten untuk Dewa Yadnya. Wewalungan juga merupakan persembahan unsur sarwa prani yang merupakan isi semesta.
Dihaturkan dalam bentuk yadnya dengan harapan kembali dianugerahi kemakmuran. “Tujuan menyucikan kurban agar arwahnya kelak menitis kembali pada tingkatan lebih tinggi,” jelas Pedanda Peling Pinatih. Upacara mapepada wawalungan juga disertai ngewangsuh beras catur (membersihkan) di pasucian, dilakukan pangayah istri secara khusus. Juga dilakukan nguntek catur. *k16
Komentar