Sekaa Manyi Sangkan Gunung Khawatir Tersambar Petir
Sekaa Manyi Sangkan Gunung dari Banjar/Desa Sangkan Gunung, Kecamatan Sidemen, Karangasem trauma dengan peristiwa satu keluarga terdiri dari 9 orang tersambar petir saat memanen kacang tanah di Banjar/Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Karangasem, Minggu (25/2).
AMLAPURA, NusaBali
Di saat cuaca tak menentu mereka pun cemas potong padi. Sebagai langkah antisipasi saat hujan, mereka pilih berhenti beraktivitas karena rawan tersambar petir di lahan terbuka di ketinggian.
Kelian Sekaa Manyi Sangkan Gunung, I Made Sepi, mengaku selalu berpindah tempat, tergantung pesanan potong padi. “Kalau hujan turun, kami cepat-cepat berteduh ke gubuk terdekat,” ungkap Made Sepi saat padi di Subak Hyang Taluh, Banjar Sidha Karya, Desa/Kecamatan Sidemen, Selasa (27/2). Dikatakan, Sekaa Manyi Sangkan Gunung beranggotan 14 orang. Anggota Sekaa Manyi Sangkan Gunung, Ni Kadek Sukerni, bersyukur selalu dalam lindungan Tuhan saat bekerja.
Mereka pun mengaku khawatir dengan cuaca tak menentu saat bekerja di tengah sawah. Apalagi ada korban satu keluarga tersambar petir saat panen kacang tanah. Sukerni mengaku berangkat pukul 07.00 Wita, memulai potong padi pukul 07.30 Wita dan pulang pukul 17.00 Wita atau pukul 18.00 Wita. Sehingga seharian di sawah. Upahnya tergantung kondisi padi. Jika hasilnya bagus, buahnya lebat perbandingannya 7 kampil berbanding 1 kampil. “Jika padinya rusak, perbandingannya 4 kampil dengan 1 kampil. artinya satu kampil untuk buruh,” katanya.
Mereka rata-arta pulang membawa upah per orang, 1,5 ember. Jika dijual Rp 70.000. Walau hasilnya kurang memuaskan, tetap disyukuri, terpenting pulang dalam keadaan selamat. Menurut mereka, sebelum melakukan aktivitas potong padi rata-rata bangun pukul 04.00 Wita, langsung memasak. Masakan itu untuk bekal ke sawah dan untuk sarapan anak-anak sebelum berangkat ke sekolah. *k16
Di saat cuaca tak menentu mereka pun cemas potong padi. Sebagai langkah antisipasi saat hujan, mereka pilih berhenti beraktivitas karena rawan tersambar petir di lahan terbuka di ketinggian.
Kelian Sekaa Manyi Sangkan Gunung, I Made Sepi, mengaku selalu berpindah tempat, tergantung pesanan potong padi. “Kalau hujan turun, kami cepat-cepat berteduh ke gubuk terdekat,” ungkap Made Sepi saat padi di Subak Hyang Taluh, Banjar Sidha Karya, Desa/Kecamatan Sidemen, Selasa (27/2). Dikatakan, Sekaa Manyi Sangkan Gunung beranggotan 14 orang. Anggota Sekaa Manyi Sangkan Gunung, Ni Kadek Sukerni, bersyukur selalu dalam lindungan Tuhan saat bekerja.
Mereka pun mengaku khawatir dengan cuaca tak menentu saat bekerja di tengah sawah. Apalagi ada korban satu keluarga tersambar petir saat panen kacang tanah. Sukerni mengaku berangkat pukul 07.00 Wita, memulai potong padi pukul 07.30 Wita dan pulang pukul 17.00 Wita atau pukul 18.00 Wita. Sehingga seharian di sawah. Upahnya tergantung kondisi padi. Jika hasilnya bagus, buahnya lebat perbandingannya 7 kampil berbanding 1 kampil. “Jika padinya rusak, perbandingannya 4 kampil dengan 1 kampil. artinya satu kampil untuk buruh,” katanya.
Mereka rata-arta pulang membawa upah per orang, 1,5 ember. Jika dijual Rp 70.000. Walau hasilnya kurang memuaskan, tetap disyukuri, terpenting pulang dalam keadaan selamat. Menurut mereka, sebelum melakukan aktivitas potong padi rata-rata bangun pukul 04.00 Wita, langsung memasak. Masakan itu untuk bekal ke sawah dan untuk sarapan anak-anak sebelum berangkat ke sekolah. *k16
Komentar