Besok Serahkan Piala Presiden ke Istana, Kemarin Minta Koreksi Bupati
Selama sebulan kerjakan trofi Piala Presiden berbahan Kayu Jati dengan tinggi 50 cm dan berat 15 kg, IB Ketut Lasem selalu hindari memahat saat rahina Saniscara dan Radite.
Memahat trofi Piala Presiden, kata seniman IB Ketut Lasem, punya tingkat kesulitan tersendiri. Salah satunya, meniru piala dari bentuk gambar komputer ke bentuk patung multi-dimensi. Soalnya, gambar itu tanpa menggunakan skala komposisi sebagaimana gambar arsitek umumnya. Gambar trofi Piala Presiden diberikan oleh pihak Istana Kepresidenan kepada sang seniman.
“Jujur, saya sempat lama menentukan komposisi untuk membuat keserasian antara tinggi, lebar, dan besaran ornamaen pada trofi Piala Presiden ini. Saya sempat mikir gambar ini samapi lima hari. Syukurlah, saya akhirnya bisa membangun komposisi piala ini jadi begini,” jelas ayah empat anak dari pernikahannya dengan Ida Ayu Ketut Werdi ini.
IB Ketut Lasem mengakui, selama proses pengerjaan trofi Piala Presiden sejak sebulan lalu ini, dirinya dibantu salah satu anaknya yang juga seniman patung, IB Nyoman Mahayana SSn, 42. Pihaknya pantang mengerjakan trofi Piala Presiden pada rahina Saniscara (Sabtu) dan Radite (Minggu). Namun, IB Ketut Lasem enggan menjelaskan lebih rinci alasan pantangan kerja di dua hari tersebut.
“Ya.., mulailah mematung dengan wawaran (hitungan hari baik menurut kalender Bali) saat Was. Was itu bisa berarti sembuh dari luka. Keyakinan saya, jika sudah sembuh, maka semuanya akan sehat, lancar, mulus, dan tak terganggu oleh apa pun,” jelasnya.
Pematung IB Ketut Lasem mengaku sangat tertatang dalam pembuatan trofi Piala Presiden berbahan kayu Jati ini. Baginya, tantangan ini bukan hanya mempertaruhkan namanya sebagai seniman patung, tapi juga mempertaruhkan citra seniman Bali secara keseluruhan. Apalagi, dia tahu Presiden Jokowi orang yang mengngerti masalah kayu.
“Bahan kayu untuk trofi Piala Presiden yang diinginkan Jokowi ini tentu untuk mewakili kayun (pikiran). Pikiran itu diwujudkan menjadi nilai-nilai kebersamaan, semangat, perjuangan, kegotong-royongan, bahkan kemenangan bersama yang ada dalam sepakbola,” jelas seniman patung berusia 73 tahun ini.
Selain itu, kata IB Ketut Lasem, kayu memiliki ‘jiwa’, sebagaimana manusia punya roh yang memberikan kekuatan untuk hidup. Keyakinannya itu diperdalam dengan cerita-cerita bernapaskan Hindu (Bali), seperti Tantri, Taru Pramana, dan lainnya. “Kalau boleh saya katakan, setiap kayu itu sudah bercerita tentang ‘dirinya’, bahwa ia bermanfaat untuk kehidupan di alam ini,” tandas IB Kertut Lasem.
Seniman IB Ketut Lasem mengaku belum tahu, berapa dirinya akan menerima ongkos dari pembuatan trofi Piala Presiden berbahan Kayu Jati ini. “Saya berkarya tidak semata-mata demi uang. Saya yakini hidup lebih bernilai karena ada kesan dan perhatian,” jelas seniman yang belum pernah mengantongi penghargaan dari pemerintah ini.
Sementara itu, Bupati Agung Bharata kemarin memberikan masukan agar pematung IB Ketut Lasem mencat bagian motif Bintang pada bola Piala Presiden dengan prada (cat emas). “Secara keseluruhan, garapan Piala Presiden ini sudah bagus. Tinggal kasi prada bagian Bintang-bintang pada bolanya,” jelas Bupati Agung Bharata.
1
2
Komentar