Sudikerta Turun Temui Petani di Jembrana
Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Bali, I Ketut Sudikerta menyerap aspirasi masyarakat Jembrana.
DENPASAR, NusaBali
Selama menjabat sebagai Wakil Gubernur Bali mendampingi Made Mangku Pastika, Sudikerta menilai jika pembangunan di Jembrana diakuinya belum optimal. Sudikerta mengaku sudah sering mengunjungi Jembrana. Bukan baru saat karena ingin tampil di event politik menjelang Pilgub Bali.
Sejak menjabat sebagai Wakil Gubernur Bali periode sebelumnya, Sudikerta juga sudah berkunjung ke Jembrana. "Saya akhirnya tahu, bahwa Jembrana harus dibangun dan dikembangkan berdasarkan atau sesuai potensi lokalnya. Harus tahu dulu apa yang ada di Jembrana, potensinya apa dan itulah yang harus dikembangkan," ujarnya di Denpasar, Rabu (28/2).
Menurutnya, potensi yang ada di Jembrana itu terdiri dari pertanian, peternakan, perikanan atau nelayan baru UKM. "Jembrana sesungguhnya menyimpan sejumlah potensi yang bisa dikembangkan, terutama pertanian," ujarnya.
Untuk sektor pertanian, yang perlu dikembangkan adalah pengolahan pasca panen. Teknologi pasca panen sangat dibutuhkan agar harga yang dijual petani semakin mahal. Petani harus menjual produk yang diolah terlebih dahulu bukan habis panen langsung dijual. Petani harus dilatih, harus difasilitasi, entah melalui kursus atau dilatih di balai latihan.
Selain itu, untuk padi misalnya, pemerintah perlu membangun gudang, membangun penggilingan baik berskala kecil rumah tangga maupun berskala besar. “Hal ini perlu karena petani tidak hanya menjual gabahnya saja, tetapi bisa menjual beras dan dedak sekaligus,” ujar politisi asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung ini.
Untuk petani yang mengolah lahan di jalur hijau, pemerintah akan mengupayakan untuk menggratiskan pajaknya. Hal ini bertujuan untuk melindungi petani yang ada di jalur hijau, yang lahannya tinggal sedikit, sehingga mereka tidak menjual tanahnya kepada investor. Jangan sampai petani yang lahannya sedikit dibebani dengan pajak yang berat. Dikhawatirkan, kondisi ini membuat petani menjual lahannya kepada invetor.
Hal yang sama juga terjadi pada nelayan. Banyak nelayan yang tidak produktif karena cuaca dan sebagainya. Pendapatan mereka berkurang, alat tangkapnya kurang canggih. "Saya pastikan, dalam program Nawacandra nanti, petani dan nelayan ini akan dibagikan kartu tani Nawacandra. Mereka akan disupport bibit, alat tangkap, asuransi dan sebagainya," mantan Wakil Bupati Badung ini.
Potensi yang sama juga terjadi di bidang UKM. Jembrana bila dikembangkan dari UKM nya cukup luar biasa. Namun masalah yang dihadapi masih sama, yakni akses permodalan, pemasaran, teknologi dan kualitas SDM. "Sekarang era digital, semua serba online. UKM harus berkembang sesuai zamannya," ujarnya. Pemerintah akan melakukan pemberdayaan UKM melalui peningkatan kualitas SDM yang terampil, terdidik dan terlatih. *nat
Selama menjabat sebagai Wakil Gubernur Bali mendampingi Made Mangku Pastika, Sudikerta menilai jika pembangunan di Jembrana diakuinya belum optimal. Sudikerta mengaku sudah sering mengunjungi Jembrana. Bukan baru saat karena ingin tampil di event politik menjelang Pilgub Bali.
Sejak menjabat sebagai Wakil Gubernur Bali periode sebelumnya, Sudikerta juga sudah berkunjung ke Jembrana. "Saya akhirnya tahu, bahwa Jembrana harus dibangun dan dikembangkan berdasarkan atau sesuai potensi lokalnya. Harus tahu dulu apa yang ada di Jembrana, potensinya apa dan itulah yang harus dikembangkan," ujarnya di Denpasar, Rabu (28/2).
Menurutnya, potensi yang ada di Jembrana itu terdiri dari pertanian, peternakan, perikanan atau nelayan baru UKM. "Jembrana sesungguhnya menyimpan sejumlah potensi yang bisa dikembangkan, terutama pertanian," ujarnya.
Untuk sektor pertanian, yang perlu dikembangkan adalah pengolahan pasca panen. Teknologi pasca panen sangat dibutuhkan agar harga yang dijual petani semakin mahal. Petani harus menjual produk yang diolah terlebih dahulu bukan habis panen langsung dijual. Petani harus dilatih, harus difasilitasi, entah melalui kursus atau dilatih di balai latihan.
Selain itu, untuk padi misalnya, pemerintah perlu membangun gudang, membangun penggilingan baik berskala kecil rumah tangga maupun berskala besar. “Hal ini perlu karena petani tidak hanya menjual gabahnya saja, tetapi bisa menjual beras dan dedak sekaligus,” ujar politisi asal Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung ini.
Untuk petani yang mengolah lahan di jalur hijau, pemerintah akan mengupayakan untuk menggratiskan pajaknya. Hal ini bertujuan untuk melindungi petani yang ada di jalur hijau, yang lahannya tinggal sedikit, sehingga mereka tidak menjual tanahnya kepada investor. Jangan sampai petani yang lahannya sedikit dibebani dengan pajak yang berat. Dikhawatirkan, kondisi ini membuat petani menjual lahannya kepada invetor.
Hal yang sama juga terjadi pada nelayan. Banyak nelayan yang tidak produktif karena cuaca dan sebagainya. Pendapatan mereka berkurang, alat tangkapnya kurang canggih. "Saya pastikan, dalam program Nawacandra nanti, petani dan nelayan ini akan dibagikan kartu tani Nawacandra. Mereka akan disupport bibit, alat tangkap, asuransi dan sebagainya," mantan Wakil Bupati Badung ini.
Potensi yang sama juga terjadi di bidang UKM. Jembrana bila dikembangkan dari UKM nya cukup luar biasa. Namun masalah yang dihadapi masih sama, yakni akses permodalan, pemasaran, teknologi dan kualitas SDM. "Sekarang era digital, semua serba online. UKM harus berkembang sesuai zamannya," ujarnya. Pemerintah akan melakukan pemberdayaan UKM melalui peningkatan kualitas SDM yang terampil, terdidik dan terlatih. *nat
Komentar