Komisi I ‘Bergolak’ Urusan Galian C
“Harga di galian C itu harganya Rp 1,1 juta per truk. Harga itu harga pasaran. Jangan menuding ada mafia” (Anggota Komisi I, Oka Antara)
Kresna Budi Minta Ada Penetapan Tarif Resmi
DENPASAR,NusaBali
Komisi I DPRD Bali membidangi Hukum, Perundang-Undangan, Aparatur Sipil Negara (ASN), ‘ribut’ masalah pasir galian C. Sesama anggota Komisi I saling curiga ada kepentingan politik dibalik ribut-ribut galian C. Hal itu bermula dari informasi adanya mafia galian C di Kabupaten Karangasem hingga harga pasir melambung, yang di-share oleh anggota Komisi I DPRD Bali dari Fraksi Golkar Ida Gede Komang Kresna Budi. Informasi yang juga akhirnya dimuat di sejumlah media itu pun memantik gerah anggota Komisi I DPRD Bali lainnya.
Gara-gara informasi yang menuding ada mafia galian C itu rupanya membuat gerah pengusaha galian C. Kamis (1/3) pagi kemarin, mereka mengadu dengan mendatangi anggota Komisi I DPRD Bali dapil Karangasem Nyoman Oka Antara (Fraksi PDI Perjuangan) dan I Gusti Putu Wijera (Fraksi Demokrat) di Gedung Dewan Bali, Jalan Kusuma Atmaja, Niti Mandala, Denpasar.
Para pengusaha galian C yang tergabung dalam Asosiasi Pratiwi Agung dipimpin Nengah Subrata protes dengan pernyataan Kresna Budi. “Kami ingin klarifikasi soal pernyataan anggota Komisi I DPRD Bali Kresna Budi, kami pikir wakil rakyat mengayomi. Keberadaan kami bukan mafia, keberadaan kami sudah ada kesepakatan antara pengusaha, sopir dan desa adat,” ujar Subrata.
Akibatnya sesama anggota Komisi I DPRD Bali ini pun saling sodok. Oka Antara mengatakan pernyataan Kresna Budi sangat merugikan pengusaha Asosiasi Galian C, karena menyebut dan mengatakan ada mafia bermain sehingga harga pasir di galian C mahal. “Harga di galian C itu harganya Rp 1,1 juta per truk. Harga itu harga pasaran. Jangan menuding ada mafia,” ujar Oka Antara.
Kata Oka Antara, kalaupun ada pasir harganya mahal, itu terjadi ketika erupsi Gunung Agung terjadi. Saat itu material pasir memang sulit diperoleh karena situasi bencana alam dan status awas Gunung Agung. “Sekarang harganya itu tak lebih dari Rp 1,1 juta sampai Rp 1,2 juta per truk. Kalau sekarang ada tudingan, ada mafia harus dibuktikan. Yang mana mafianya. Orang harga yang ditetapkan dengan kesepakatan kok. Ngawur itu rekan kita (Kresna Budi)?” sodok Oka Antara, lagi.
Sementara Gusti Putu Wijera juga bersikap bahwa masalah harga pasir galian C tidak sampai menimbulkan ketidakharmonisan dan situasi tak kondusif di Karangasem. “Nanti kami di Komisi I akan membahas masalah ini, kita berharap situasi harus kondusif. Kita tidak mau dikaitkan dengan politik juga,” ujar mantan Wakil Bupati Karangasem ini.
Sementara Kresna Budi yang tidak hadir ketika dalam pengaduan soal mafia galian C kemarin membantah dirinya menuding Asosiasi Galian C sebagai mafia. “Saya memang ada menyampaikan pernyataan soal mafia galian C. Tetapi saya sampaikan oknum. Itu ada oknum, bukan Asosiasi Galian C. Saya tidak menyebut salah satu pihak. Jangan salah itu,” ujar Kresna Budi.
Dirinya tidak hadir di DPRD Bali Kamis kemarin karena sedang melaksanakan masa reses di Kabupaten Buleleng. “Saya reses makanya saya tidak ada di DPRD Bali. Tetapi apa yang saya sampaikan soal harga pasir galian C itu ada bukti otentik. Di Buleleng harganya sampai Rp 2 juta per truk pasir. Bahkan sampai ada demo ke Pemkab Buleleng oleh masyarakat karena mahal harga pasir. Saya meneruskan aspirasi rakyat kok, bukan keinginan sendiri. Soal siapa yang bermain , saya tak menuduh siapa-siapa. Saya menyebut oknum dan saya memang meminta Polda Bali mengusut,” tegas politisi Golkar asal Desa Liligundi Kecamatan Buleleng, Kabupaten ini.
Kresna Budi pun meminta ada kordinasi oleh pemerintah Kabupaten Karangasem dan Provinsi Bali supaya ada regulasi dan penetapan tarif resmi saja untuk harga galian C yang diatur oleh Undang-Undang Minerba (mineral bukan logam) itu. “Ini perlu pengaturan dengan tarif resmi,” tegas Kresna Budi. *nat
Komentar