Pura di Atas Goa Jepang Terancam Longsor
Tebing Goa Jepang di Desa/Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, kian tergerus longsor terutama tebing di sisi utara.
SEMARAPURA, NusaBali
Di atas Goa Jepang itu juga terdapat sebuah Pura Dadia yang senderannya nyaris tergerus longsor. Di satu sisi krama pangempon pura maupun pemerintah sejauh ini belum bisa melakukan upaya perbaikan.Karena tebing tersebut masuk dalam dalam situs bersejarah yang akan ditetapkan sebagai cagar budaya. Pantauan NusaBali, Jumat (2/3) pagi, tebing di sisi utara Goa Jepang tergerus longsor. Sebuah Pura Dadia yang diempon oleh krama Banjar Koripan Tengah, Desa Banjarangkan tersebut, mulai terkikis pada senderannya. Sehingga krama pangempon merasa was-was dikhawatirkan longsor semakin parah. Untuk itu krama sudah menyampaikan masalah ini kepada prajuru adat maupun aparat desa untuk diteruskan kepada dinas terkait.
Kelian Banjar Dinas Koripan Tengah, Desa Banjarangkan, Putu Pasek Sudarta, saat dihubungi, tidak menampik hal tersebut. Pihaknya juga sudah sudah menerima laporan dari krama pengempon, hal itu sudah disampaikan kepada aparat desa. “Krama merasa was-was, karena longsor sudah mencapai pada senderan pura,” ujarnya kepada NusaBali. Dalam hal ini pihaknya dan krama juga tidak bisa berbuat banyak, karena Goa Jepang merupakan situs bersejarah. Kalau dibuatkan semacam senderan agar kondisinya aman juga belum berani. Jadi masyrakat saat ini hanya bisa menunggu tindak lanjut dari dinas terkait.
Keepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Permukiman Kabupaten Klungkung I Gusti Nyoman Supartana mengatakan, penataan pada tahun 2017 baru dilakukan di areal parkir. Mengenai penataan yang menyentuh langsung ke Goa Jepang belum bisa dilakukan, karena tengah dikaji oleh pihak yang berwenang. “Kami masih menunggu hasil kajian itu,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Goa Jepang di Desa/Kecamatan Banjarangkan dibuat oleh tentara Jepang pada tahun 1941-1942. Tujuannya adalah sebagai lokasi perlindungan dalam upaya mempertahankan diri dari serangan tentara sekutu di masa perang dunia kedua. Goa yang dibangun di sebelah barat Tukad Bubuh ini memiliki 16 lobang dengan kedalaman mencapai 14 meter yang saling dihubungkan oleh sebuah lorong memanjang dari utara ke selatan.*wan
Kelian Banjar Dinas Koripan Tengah, Desa Banjarangkan, Putu Pasek Sudarta, saat dihubungi, tidak menampik hal tersebut. Pihaknya juga sudah sudah menerima laporan dari krama pengempon, hal itu sudah disampaikan kepada aparat desa. “Krama merasa was-was, karena longsor sudah mencapai pada senderan pura,” ujarnya kepada NusaBali. Dalam hal ini pihaknya dan krama juga tidak bisa berbuat banyak, karena Goa Jepang merupakan situs bersejarah. Kalau dibuatkan semacam senderan agar kondisinya aman juga belum berani. Jadi masyrakat saat ini hanya bisa menunggu tindak lanjut dari dinas terkait.
Keepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Kawasan Permukiman Kabupaten Klungkung I Gusti Nyoman Supartana mengatakan, penataan pada tahun 2017 baru dilakukan di areal parkir. Mengenai penataan yang menyentuh langsung ke Goa Jepang belum bisa dilakukan, karena tengah dikaji oleh pihak yang berwenang. “Kami masih menunggu hasil kajian itu,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Goa Jepang di Desa/Kecamatan Banjarangkan dibuat oleh tentara Jepang pada tahun 1941-1942. Tujuannya adalah sebagai lokasi perlindungan dalam upaya mempertahankan diri dari serangan tentara sekutu di masa perang dunia kedua. Goa yang dibangun di sebelah barat Tukad Bubuh ini memiliki 16 lobang dengan kedalaman mencapai 14 meter yang saling dihubungkan oleh sebuah lorong memanjang dari utara ke selatan.*wan
1
Komentar