PPTI Bali Sosialisasi TB Melalui Siswa SMK
Dalam Satu Rumah, Pengidap TB Bisa Menulari 10-15 Orang
DENPASAR, NusaBali
Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) wilayah Bali memberikan sosialisasi penyakit Tuberkulosis (TB) kepada siswa SMKN 4 Denpasar, Jumat (2/3) di ruang pertemuan sekolah, Jalan Drupadi Denpasar. Dengan sosialisasi ini diharapkan siswa mampu mengantisipasi diri dan menjadi penyambung informasi kepada masyarakat sekitar mereka masing-masing khususnya dalam lingkup keluarga.
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, saat ini pengidap TB di Bali mencapai 3.000 orang hingga akhir Desember 2017 lalu. Dari estimasi 13 ribu orang yang dicurigai terjangkit TB di Bali, penemuan kasus ini masih tergolong sedikit karena belum terbukanya masyarakat terhadap penyakit TB yang saat ini terus menyebar.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Gede Wira Sunetra di sela-sela mengisi sosialisasi mengatakan, saat ini masyarakat penderita TB cenderung menutup diri. Sehingga hingga sekarang kasus TB yang ditemukan di Bali masih tergolong sedikit dibandingkan kasus yang ada dan belum ditemukan.
Dari estimasi 13 ribu orang yang dicurigai saat ini, kata dr Wira, baru terdeteksi sekitar 3.000 orang penderita TB. Sisanya masih dalam tahap penjajakan dan menyadarkan mereka melalui sosialisasi bahwa penyakit tersebut bisa disembuhkan. "Saat ini kesadaran penderita TB cenderung menutup diri. Seharusnya mereka berani memeriksakan diri ketika terkena batuk berkepanjangan," ujarnya.
Kata dr Wira, dengan upaya sosialisasi yang dilakukan PPTI saat ini kepada siswa, mereka diharapkan menjadi kepanjangan tangan untuk menyebarkan informasi. Dengan pengetahuan mereka, jika nantinya menemukan keluarga atau tetangga yang terjangkit gejala-gejala TB paling tidak bisa memberi informasi dan mengajaknya ke Puskesmas untuk memeriksakan diri.
Kata dr Wira, untuk saat ini pihaknya menerapkan sistem ketok pintu, yakni memberikan informasi melalui rumah ke rumah salah satunya memanfaatkan siswa dan ibu PKK untuk menyebarkan informasi di lingkungan mereka. Karena saat ini penyakit TB juga sangat rentan kaitannya terhadap virus HIV-AIDS yang bisa menular kesiapan saja.
"Sistem ini diberlakukan karena dicurigai dalam satu rumah jika ada satu orang pengidap TB dapat melakukan penyebaran hingga 10-15 orang. Maka dari itu, ketika nanti ada ditemukan satu orang dalam satu rumah mengidap TB kami juga harus memeriksa seluruh anggota keluarganya bahkan sampai ke tetangganya," ungkapnya.
Sementara Ketua PPTI Bali, I Gusti Bagus Puspa Negara mengatakan, program sosialisasi menyasar anak sekolah di Bali dilakukan setiap tahunnya. Kali ini, pihaknya menyasar SMKN 4 Denpasar untuk mengajak siswa memahami gejala TB yang terus menyebar di Bali. Dengan diberikannya pengetahuan tersebut, siswa dapat memahami sejak dini penyakit TB baik dari kemunculan, gejala, penyebaran hingga pengobatannya. "Ini setiap tahun dilakukan menyasar anak SMA. Selain program tahunan PPTI Bali juga sebagai peringatan HUT ke-50 tahun PPTI Bali. Dengan memberikan sosialisasi ini kami berharap seluruh penderita TB yang ada di Bali bisa terobati sejak dini," ujarnya. *m
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, saat ini pengidap TB di Bali mencapai 3.000 orang hingga akhir Desember 2017 lalu. Dari estimasi 13 ribu orang yang dicurigai terjangkit TB di Bali, penemuan kasus ini masih tergolong sedikit karena belum terbukanya masyarakat terhadap penyakit TB yang saat ini terus menyebar.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr Gede Wira Sunetra di sela-sela mengisi sosialisasi mengatakan, saat ini masyarakat penderita TB cenderung menutup diri. Sehingga hingga sekarang kasus TB yang ditemukan di Bali masih tergolong sedikit dibandingkan kasus yang ada dan belum ditemukan.
Dari estimasi 13 ribu orang yang dicurigai saat ini, kata dr Wira, baru terdeteksi sekitar 3.000 orang penderita TB. Sisanya masih dalam tahap penjajakan dan menyadarkan mereka melalui sosialisasi bahwa penyakit tersebut bisa disembuhkan. "Saat ini kesadaran penderita TB cenderung menutup diri. Seharusnya mereka berani memeriksakan diri ketika terkena batuk berkepanjangan," ujarnya.
Kata dr Wira, dengan upaya sosialisasi yang dilakukan PPTI saat ini kepada siswa, mereka diharapkan menjadi kepanjangan tangan untuk menyebarkan informasi. Dengan pengetahuan mereka, jika nantinya menemukan keluarga atau tetangga yang terjangkit gejala-gejala TB paling tidak bisa memberi informasi dan mengajaknya ke Puskesmas untuk memeriksakan diri.
Kata dr Wira, untuk saat ini pihaknya menerapkan sistem ketok pintu, yakni memberikan informasi melalui rumah ke rumah salah satunya memanfaatkan siswa dan ibu PKK untuk menyebarkan informasi di lingkungan mereka. Karena saat ini penyakit TB juga sangat rentan kaitannya terhadap virus HIV-AIDS yang bisa menular kesiapan saja.
"Sistem ini diberlakukan karena dicurigai dalam satu rumah jika ada satu orang pengidap TB dapat melakukan penyebaran hingga 10-15 orang. Maka dari itu, ketika nanti ada ditemukan satu orang dalam satu rumah mengidap TB kami juga harus memeriksa seluruh anggota keluarganya bahkan sampai ke tetangganya," ungkapnya.
Sementara Ketua PPTI Bali, I Gusti Bagus Puspa Negara mengatakan, program sosialisasi menyasar anak sekolah di Bali dilakukan setiap tahunnya. Kali ini, pihaknya menyasar SMKN 4 Denpasar untuk mengajak siswa memahami gejala TB yang terus menyebar di Bali. Dengan diberikannya pengetahuan tersebut, siswa dapat memahami sejak dini penyakit TB baik dari kemunculan, gejala, penyebaran hingga pengobatannya. "Ini setiap tahun dilakukan menyasar anak SMA. Selain program tahunan PPTI Bali juga sebagai peringatan HUT ke-50 tahun PPTI Bali. Dengan memberikan sosialisasi ini kami berharap seluruh penderita TB yang ada di Bali bisa terobati sejak dini," ujarnya. *m
Komentar