Aci Ngasanga, Barong Celeng Dilempar ke Atap Pura
Krama Desa Pakraman Selat, Kecamatan Selat, Karangasem menggelar Aci Ngasanga di Pura Bale Agung, desa setempat pada Sukra Umanis Klawu, Jumat (2/3).
AMLAPURA, NusaBali
Aci Ngasanga ditandai menarikan Barong Celeng yang bermakna syukur atas kemakmuran yang diberkati Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Ritual itu juga berarti agar di kemudian hari kembali dikaruniai kesuburan. Di akhir acara, Barong Celeng dilempar ke atap Bale Agung.
Aci Ngasanga dilaksanakan setiap setahun sekali, 12 hari setelah Usaba Dimel di Pura Dalem. Aci Ngasanga menghadirkan seluruh krama ari 15 banjar adat dan 3 dadia. Khusus untuk krama yang naur sesangi (bayar kaul) saat puncak Usaba Dimel pada Redite Wage Wayang, Minggu (18/2), kali ini menggelar upacara pangelemek di Pura Dalem. Upacara itu sebenarnya mulai pagi, seluruh krama Desa Pakraman Selat tedun (berkumpul) melakukan persiapan di Bale Agung dengan melakukan olahan, memasak nasi, dan menata banten kawas (kemasan nasi berisi aneka olahan) di Bale Agung.
Aci Ngasanga dimulai pukul 15.00 Wita. Segenap prajuru desa duduk di Bale Agung membawa kawas. Menyusul Jro Sedahan Desa nabuhin (memercikkan) aneka minuman berisi tuak, arak, dan air suci ke banten kawas yang dipegang prajuru. Selanjutnya Jro Sedahan Desa mapuja di hadapan palinggih Ida Bhatara Sanga yang divisualkan dibuat dengan kayu sakti (dapdap). Acara berikutnya, barong celeng (babi) yang dibuat khusus untuk ritual sebagai lambang intisari dari berkah Sang Maha Pemurah, disaluk (dimasukkan ke kepala) prajuru Desa Pakraman Selat, termasuk saya (juru arah) secara bergantian, hingga terakhir disaluk krama yang hendak ngayah menarikan barong celeng itu.
Krama terakhir yang menarikan Barong Celeng dikelilingkan dalam upacara mapurwa daksina tiga kali di Bale Agung. Selama keliling tiga kali, krama boleh menggoda penari Barong Celeng dengan melempari atau cara lainnya asalkan tidak mengenai kepala babi itu. Jika kepala babi kena lempar krama kena denda. Di akhir acara, Barong Celeng dilempar ke atap Bale Agung, selama tiga kali hingga nyangkut di atap bangunan. Hanya sekali lempar dilakukan saya (juru arah) I Wayan Suarta, Barong Celeng nyangkut di atap Bale Agung, pertanda di kemudian hari krama kembali diberkati kemakmuran. “Aci Ngasanga ini ditandai turunnya Ida Bhatara Sanga yang hendak memberkati kesejahteraan,” jelas Bendesa Pakraman Selat, Jro Mangku Gede Mustika.
Panyarikan Desa Pakraman Selat, Jro Mangku Gede Nyoman Winata juga mengatakan, berkah kemakmuran dimohon setiap tahun. Sebagai bukti, telah mampu menggelar upacara Usaba Dimel. Harapan selanjutnya agar kemakmuran berkesinambungan didapatkan sehingga aci terus berjalan. “Berkah kemakmuran itulah kami dapatkan setiap tahun, makanya mampu melaksanakan beragam aci di sini,” katanya. *k16
Aci Ngasanga dilaksanakan setiap setahun sekali, 12 hari setelah Usaba Dimel di Pura Dalem. Aci Ngasanga menghadirkan seluruh krama ari 15 banjar adat dan 3 dadia. Khusus untuk krama yang naur sesangi (bayar kaul) saat puncak Usaba Dimel pada Redite Wage Wayang, Minggu (18/2), kali ini menggelar upacara pangelemek di Pura Dalem. Upacara itu sebenarnya mulai pagi, seluruh krama Desa Pakraman Selat tedun (berkumpul) melakukan persiapan di Bale Agung dengan melakukan olahan, memasak nasi, dan menata banten kawas (kemasan nasi berisi aneka olahan) di Bale Agung.
Aci Ngasanga dimulai pukul 15.00 Wita. Segenap prajuru desa duduk di Bale Agung membawa kawas. Menyusul Jro Sedahan Desa nabuhin (memercikkan) aneka minuman berisi tuak, arak, dan air suci ke banten kawas yang dipegang prajuru. Selanjutnya Jro Sedahan Desa mapuja di hadapan palinggih Ida Bhatara Sanga yang divisualkan dibuat dengan kayu sakti (dapdap). Acara berikutnya, barong celeng (babi) yang dibuat khusus untuk ritual sebagai lambang intisari dari berkah Sang Maha Pemurah, disaluk (dimasukkan ke kepala) prajuru Desa Pakraman Selat, termasuk saya (juru arah) secara bergantian, hingga terakhir disaluk krama yang hendak ngayah menarikan barong celeng itu.
Krama terakhir yang menarikan Barong Celeng dikelilingkan dalam upacara mapurwa daksina tiga kali di Bale Agung. Selama keliling tiga kali, krama boleh menggoda penari Barong Celeng dengan melempari atau cara lainnya asalkan tidak mengenai kepala babi itu. Jika kepala babi kena lempar krama kena denda. Di akhir acara, Barong Celeng dilempar ke atap Bale Agung, selama tiga kali hingga nyangkut di atap bangunan. Hanya sekali lempar dilakukan saya (juru arah) I Wayan Suarta, Barong Celeng nyangkut di atap Bale Agung, pertanda di kemudian hari krama kembali diberkati kemakmuran. “Aci Ngasanga ini ditandai turunnya Ida Bhatara Sanga yang hendak memberkati kesejahteraan,” jelas Bendesa Pakraman Selat, Jro Mangku Gede Mustika.
Panyarikan Desa Pakraman Selat, Jro Mangku Gede Nyoman Winata juga mengatakan, berkah kemakmuran dimohon setiap tahun. Sebagai bukti, telah mampu menggelar upacara Usaba Dimel. Harapan selanjutnya agar kemakmuran berkesinambungan didapatkan sehingga aci terus berjalan. “Berkah kemakmuran itulah kami dapatkan setiap tahun, makanya mampu melaksanakan beragam aci di sini,” katanya. *k16
Komentar