Datangi Posko Pasebaya, Mangku Bon Dihadiahi Seragam
Posko Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung kedatangan tokoh spritual nyentrik, Jro Mangku Bon, 72, Minggu (4/3).
AMLAPURA, NusaBali
Pamangku yang terkenal pemberani naik turun Gunung Agung saat status awas ini datang diantar Perbekel Desa Ban, Kecamatan Kubu, I Wayan Potag. Hanya saja, pamangku yang fotonya viral di media sosial ini datang tanpa ‘tongkat sakti’ yang jadi ciri khasnya. Pamangku asal Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem ini pun dihadiahi seragam Pasebaya Gunung Agung.
Kedatangan Mangku Bon diantar Perbekel Desa Ban Wayan Potag diterima oleh Ketua Pasebaya Gunung Agung, I Gede Pawana. Dalam kunjungannya, Mangku Bon mengaku penasaran dengan Relawan Pasebaya yang gencar mengedukasi masyarakat agar menjauhi Gunung Agung sejak status awas hingga turun jadi siaga. Mangku Bon yang datang tanpa alas kaki dengan mengenakan kain coklat ini juga menceritakan tujuannya mendaki Gunung Agung saat erupsi. “Saya tidak mencari sensasi. Tetapi untuk mengambil benang Tridatu dan mengambil air suci yang menetes dari tebing Gunung Agung,” ungkapnya.
Mangku Bon mengaku selama ini telah 33 kali mendaki Gunung Agung. Khusus saat Gunung Agung berstatus awas baru mendaki sebanyak 4 kali. Dikatakan, sejak tahun 1963 hingga tahun 2018 ini ada perbedaan terkait erupsi Gunung Agung. Tahun 1963 sebelum terjadi letusan besar ditandai rentetan gempa besar. Kali ini sejak Jumat 22 September 2017, belum pernah ada gempa sedahsyat tahun 1963. Itu artinya, belum tentu Gunung Agung meletus. “Makanya kami tetap tinggal di rumah tidak pernah mengungsi,” ujar Mangku Bon.
Mangku Bon yang tinggal di Banjar Pucang berjarak sekitar 3 kilometer dari kawah Gunung Agung. Padahal tinggal 3 kilometer dari kawah Gunung Agung yang merupakan kawasan rawan bencana (KRB III) rawan kena hujan abu, hujan pasir, dan gas beracun. Sementara Gede Pawana berterima kasih atas kunjungan Mangku Bon. “Sedapat mungkin untuk sementara agar dihentikan mendaki Gunung Agung karena merupakan larangan pemerintah,” pinta Gede Pawana. Permintaan itu pun dituruti Mangku Bon. *k16
Pamangku yang terkenal pemberani naik turun Gunung Agung saat status awas ini datang diantar Perbekel Desa Ban, Kecamatan Kubu, I Wayan Potag. Hanya saja, pamangku yang fotonya viral di media sosial ini datang tanpa ‘tongkat sakti’ yang jadi ciri khasnya. Pamangku asal Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem ini pun dihadiahi seragam Pasebaya Gunung Agung.
Kedatangan Mangku Bon diantar Perbekel Desa Ban Wayan Potag diterima oleh Ketua Pasebaya Gunung Agung, I Gede Pawana. Dalam kunjungannya, Mangku Bon mengaku penasaran dengan Relawan Pasebaya yang gencar mengedukasi masyarakat agar menjauhi Gunung Agung sejak status awas hingga turun jadi siaga. Mangku Bon yang datang tanpa alas kaki dengan mengenakan kain coklat ini juga menceritakan tujuannya mendaki Gunung Agung saat erupsi. “Saya tidak mencari sensasi. Tetapi untuk mengambil benang Tridatu dan mengambil air suci yang menetes dari tebing Gunung Agung,” ungkapnya.
Mangku Bon mengaku selama ini telah 33 kali mendaki Gunung Agung. Khusus saat Gunung Agung berstatus awas baru mendaki sebanyak 4 kali. Dikatakan, sejak tahun 1963 hingga tahun 2018 ini ada perbedaan terkait erupsi Gunung Agung. Tahun 1963 sebelum terjadi letusan besar ditandai rentetan gempa besar. Kali ini sejak Jumat 22 September 2017, belum pernah ada gempa sedahsyat tahun 1963. Itu artinya, belum tentu Gunung Agung meletus. “Makanya kami tetap tinggal di rumah tidak pernah mengungsi,” ujar Mangku Bon.
Mangku Bon yang tinggal di Banjar Pucang berjarak sekitar 3 kilometer dari kawah Gunung Agung. Padahal tinggal 3 kilometer dari kawah Gunung Agung yang merupakan kawasan rawan bencana (KRB III) rawan kena hujan abu, hujan pasir, dan gas beracun. Sementara Gede Pawana berterima kasih atas kunjungan Mangku Bon. “Sedapat mungkin untuk sementara agar dihentikan mendaki Gunung Agung karena merupakan larangan pemerintah,” pinta Gede Pawana. Permintaan itu pun dituruti Mangku Bon. *k16
1
Komentar