nusabali

Koster Blusukan ke Pasar Tradisional di Denpasar

  • www.nusabali.com-koster-blusukan-ke-pasar-tradisional-di-denpasar

Calon Gubernur (Cagub) Bali nomor urut 1, Wayan Koster mengisi masa kampanye pada, Minggu (4/3) dengan blusukan ke pasar-pasar tradisional di Kota Denpasar.

Harus Direvitalisasi dan Difasilitasi Akses Permodalan

DENPASAR, NusaBali
Ada dua pasar yang dikunjungi Koster Bali Satu (KBS), yakni Pasar Umanyar (Pasar Batu Kandik) dan Pasar Poh Gading, Denpasar Utara. Ia berkeliling dan menyempatkan diri berbincang dengan pedagang pasar. Tak lupa, Koster juga memborong sejumlah barang dagangan yang dijajakan pedagang.

Pada kesempatan itu, Cagub yang diusung PDIP-Hanura-PKPI-PAN-PKB-PPP ini turun didampingi Sekretaris DPD PDIP Bali IGN Jaya Negara, Ketua Tim Pemenangan KBS-Ace Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede, serta sejumlah anggota Fraksi PDIP DPRD Bali dan DPRD Kota Denpasar. Di sela-sela kunjungan, KBS menyebut pasar tradisional di Bali tak hanya memiliki sisi ekonomis belaka, namun juga punya nilai sosial-kemasyarakatan.

Oleh karena peran penting pasar tradisional ini, Koster yang berpasangan dengan Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) ingin agar pasar tradisional ditata dengan baik. Selain itu, pasar tradisional juga mesti difasilitasi akses permodalan untuk membangun sejumlah sarana fasilitas pendukungnya. "Supaya pasarnya layak dijadikan tempat berjualan. Jadi untuk kebutuhan masyarakat agar nyaman berbelanja, bersih, tidak bau, rapi, tertib maka harus ada penataan pasar tradisional di seluruh Bali, terkhusus di Kota Denpasar," ujarnya.

Selain penataan, Koster menilai pasar tradisional kini dihadapi persoalan serius, yakni persaingan dengan pasar modern. " Menurut saya itu adalah praktik ekonomi kapitalis," tegasnya. Menurut Koster, pasar modern bisa saja mengikis kebiasaan dan interaksi sosial dalam konteks menyama braya yang telah lama hidup di Bali, selain mengganggu roda ekonomi masyarakat desa. Sebab, pasar-pasar tradisional di Bali, khususnya di Kota Denpasar, banyak yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat melalui lembaga desa adat.

Setelah mengunjungi Pasar Batu Kandik dan Pasar Poh Gading, ada beberapa hal menarik yang menurutnya patut mendapat prioritas. "Dari dua pasar yang saya kunjungi, saya menemukan satu hal yang sangat luar biasa, di mana pedagang secara swadaya membangun pasarnya dengan biaya per orang mencapai Rp 20 juta," katanya. Hanya saja, jika anggaran untuk revitalisasi pasar tradisional berkisar Rp 2 hingga 5 miliar, Koster menilai tak perlu masyarakat merogoh kocek pribadi. Pemerintah daerah menurutnya bisa berperan aktif menyiapkan anggarannya.

Di sisi lain, Koster menyebut ada program dari dua kementerian, yakni Kementerian Perdagangan dan Kementerian Koperasi dan UKM yang bisa dimanfaatkan untuk merevitalisasi pasar tradisional. "Dana kementerian itu disalurkan untuk kepentingan revitalisasi pasar tradisional dengan anggaran Rp 1 miliar," ujarnya.

Koster ingin seluruh pasar tradisional di Bali dan Kota Denpasar khususnya mendapat perhatian serius dalam hal pembenahan. Tujuannya agar masyarakat yang belanja bisa nyaman. *

Komentar