ABG Pemeran Rangda Meninggal Usai Pentas Calonarang
Anak baru gede (ABG) pemeran Rangda dalam kesenian Calonarang, I Komang Ngurah Trisna Para Merta, 14, meninggal secara tragis, Rabu (14/10) malam.
“Kemarin (Rabu) cucu saya sudah sempat di-rontgen. Dari situ diketahui luka tusuk keris sebetulnya tidak seberapa, tidak sampai tembus ke lambung. Dari hasil pemeriksaan dokter, juga dikatakan memang penyakit asam lambungnya kambuh. Sebelum kejadian, cucu saya ini juga sudah sering bolak balik masuk RS karena penyakit asam lambungnya,” papar Ajik Meong saat ditemui NusaBali di rumah duka di Desa Pakraman Tegalcangkring, Kamis kemarin.
Ajik Meong menyebutkan, cucunya yang tewas pasca tertusuk keris saat pentas Ca-lonarang selama ini memiliki bakat di berbergai bidang seni lain. Selain bakat menari, korban Ngurah Trisna Para Marta juga bisa melawak, menguasai senit tabuh baleganjur, hingga drama. Sedangkan khusus untuk memerankan tapakan Rangda, sudah hampir setahun dilakoni korban.
Keputusan untuk memakaikan tapakan Rangda itu, kata Ajik Meong, juga tidak terlepas dari petunjuk niskala. Kisahnya, ketika masih duduk di Kelas II SMP setahun lalu, korban sering mengalami kerauhan (kesurupan) dan itu diyakini karena diminta untuk memakai takapan Rangda. Menurut Ajik Meong, tapakan Rangda yang dipakai cucunya merupakan milik keluarga.
Tapakan Rangda tersebut dibuat sendiri oleh ayah korban, Jro Mangku Ketut Gayada, yang merupakan pamangku Pura Penataran Dang Kahyangan Rambutsiwi. “Ya, cucu saya sering kerauhan, disuruh ngiring. Pas kerauhan, dia terus bilang tapakan Rangda. Setelah ditanyakan kepada orang pintar, memang cucu saya ini disuruh untuk memakai tapakan Rangda, maka dibuatkanlah oleh ayahnya,” kenang Ajik Meong.
Karena keyakinan itu pula, maka atas persetujuan keluarga besar, korban Ngurah Trisna Para Marta diputuskan untuk tidak melanjutkan sekolah lagi saat naik ke Kelas III SMP, empat bulan lalu. Salah satu alasannya, agar bisa ngayah di beberapa kegiatan seperti saat pujawali di Pura Puseh dan Pura Dalem, Desa Pakraman Tegalcangkring.
Kemudian, diputuskan untuk membuat Grup Kesenian Calonarang, yang anggota sekaa-nya krama gabungan dari berbagai desa di Jembrana. Mereka sudah sempat 10 kali pentas, sebelum tragedi maut saat pementasan Calonarang di Pura Jati Luwih, Senin malam.
“Sudah 10 kali sempat pentas. Memang tumben cucu saya sampai terluka begitu. Tapi, saya mewakili keluarga, menegaskan bahwa informasi yang simpang siur di luar, bilang kalau meninggalkan karena luka tusuk, itu tidak benar. Yang benar, cucu saya meninggal karena asam lambungnya kumat. Tidak ada sangkut paut sama luka tusuk kemarin,” tegas Ajik meong.
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Jembrana, AKP I Gusti Made Sudarma Putra, menyatakan jenazah korban Ngurah Trisna Para Marta dikirim ke RS Sanglah untuk diotopsi, atas persetujuan pihak keluarga. Selain memintakan otopsi jenazah, jajaran kepolisian juga telah memeriksa saksi-saksi.
Selanjutnya...
Komentar