PHRI Luruskan Istilah ‘Paket Nyepi’
Kalangan pengusaha pariwisata mempersiapkan ‘Paket Nyepi’ terkait dengan perayaan hari raya Nyepi, pada Sabtu (17/3) mendatang.
DENPASAR, NusaBali
‘Paket Nyepi’ maksudnya, adalah pelayanan wisatawan yang tinggal di hotel selama pelaksanaan hari Nyepi, yang di antaranya ditandai penghentian aktivitas seharian. Wakil Ketua PHRI Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya menyatakan, sesungguhnya tidak ada yang namanya ‘Paket Nyepi’ terkait pariwisata. “Bagaimana namanya paket, kan tidak boleh keluar hotel atau bepergian,” ujar Gung Rai Surya, sapaan pelaku pariwisata yang juga Ketua PHRI Kabupaten Badung, Senin (5/3).
Yang ada, lanjutnya, adalah pelayanan khusus kepada wisatawan maupun tamu yang menginap di hotel, selama pelaksanaan Nyepi. “Bagaimana mempersiapkan menu dan fasilitas lainnya. Restoran kan jelas juga tidak operasional maksimal,” ungkap Gung Rai Surya.
Hal senada disampaikan kalangan praktisi pariwisata lain. “Kalau Nyepi itu kan sudah rutin,” ujar I Made Ramia Adnyana, General Manager Hotel Sovereign di Kuta.
Diakui Ramia, memang banyak wisatawan yang sengaja berwisata ke Bali pada jelang Nyepi, ingin menikmati suasana dan merasakan suasana Nyepi atau Silent Day, yang hanya ada di Bali. “Mereka yang sudah merasakan tahun sebelumnya, biasanya ingin mengulangi lagi,” kata Ramia Adnyana.
Di Hotel Souvereign menurut Ramia Adnyana, layanan khusus selama Nyepi, 2 hari dan 3 malam dengan tarif Rp 1.630.000. Bookingan kamar pada hari-hari yang berdekatan dan saat Nyepi, menurut Ramia Adnyana sudah mencapai 70 persen.
Sementara kalangan biro perjalanan wisata atau travel mengaku, berhati-hati mencantumkan istilah ‘paket Nyepi’ dalam agenda tur mereka. Kekhawatiran itu dipicu ancaman macet, pada saat hari Pangerupukaan saat pengarakan ogoh-ogoh. “Kalau sengaja mencantumkan dalam paket tur harus berhati-hati,” ujar Ketua Asita Bali I Ketut Ardana. Karena salah-salah macet pada saat pangerupukan, bisa juga mengundang keluhan wisatawan.
Karenanya, kalau pun harus disebut paket tur yang bertalian dengan Nyepi, kalangan travel kata Ardana, melakukan secara opsional. “Misalnya pas setelah dekat hotel, ada pengarakan ogoh-ogoh, barulah ditawarkan,” ungkap Ardana.
Namun tidak semua wisman di Bali, tertarik menikmati suasana Nyepi dengan tinggal seharian di hotel. Ada juga yang memilih ke luar. “Sleep out. Seperti ke Banyuwangi maupun ke Lombok,” tambah Gung Rai Surya. “Perkiraanya sekitar 5 persen. Dari pengalaman selama ini, biasanya mereka balik ke Bali setelah Nyepi,” ungkapnya. *k17
Yang ada, lanjutnya, adalah pelayanan khusus kepada wisatawan maupun tamu yang menginap di hotel, selama pelaksanaan Nyepi. “Bagaimana mempersiapkan menu dan fasilitas lainnya. Restoran kan jelas juga tidak operasional maksimal,” ungkap Gung Rai Surya.
Hal senada disampaikan kalangan praktisi pariwisata lain. “Kalau Nyepi itu kan sudah rutin,” ujar I Made Ramia Adnyana, General Manager Hotel Sovereign di Kuta.
Diakui Ramia, memang banyak wisatawan yang sengaja berwisata ke Bali pada jelang Nyepi, ingin menikmati suasana dan merasakan suasana Nyepi atau Silent Day, yang hanya ada di Bali. “Mereka yang sudah merasakan tahun sebelumnya, biasanya ingin mengulangi lagi,” kata Ramia Adnyana.
Di Hotel Souvereign menurut Ramia Adnyana, layanan khusus selama Nyepi, 2 hari dan 3 malam dengan tarif Rp 1.630.000. Bookingan kamar pada hari-hari yang berdekatan dan saat Nyepi, menurut Ramia Adnyana sudah mencapai 70 persen.
Sementara kalangan biro perjalanan wisata atau travel mengaku, berhati-hati mencantumkan istilah ‘paket Nyepi’ dalam agenda tur mereka. Kekhawatiran itu dipicu ancaman macet, pada saat hari Pangerupukaan saat pengarakan ogoh-ogoh. “Kalau sengaja mencantumkan dalam paket tur harus berhati-hati,” ujar Ketua Asita Bali I Ketut Ardana. Karena salah-salah macet pada saat pangerupukan, bisa juga mengundang keluhan wisatawan.
Karenanya, kalau pun harus disebut paket tur yang bertalian dengan Nyepi, kalangan travel kata Ardana, melakukan secara opsional. “Misalnya pas setelah dekat hotel, ada pengarakan ogoh-ogoh, barulah ditawarkan,” ungkap Ardana.
Namun tidak semua wisman di Bali, tertarik menikmati suasana Nyepi dengan tinggal seharian di hotel. Ada juga yang memilih ke luar. “Sleep out. Seperti ke Banyuwangi maupun ke Lombok,” tambah Gung Rai Surya. “Perkiraanya sekitar 5 persen. Dari pengalaman selama ini, biasanya mereka balik ke Bali setelah Nyepi,” ungkapnya. *k17
Komentar