Disbud Latih Generasi Muda Nyurat Lontar
Murid-murid SMPN 1 Abiansemal antusias mengikuti pelatihan penyuratan lontar, Selasa (6/3).
Di Badung, Total Ada 375 Lontar yang Telah Digitalisasi
MANGUPURA, NusaBali
Pelatihan diprakarsai Dinas Kebudayaan (Disbud) Badung bertujuan melestarikan nilai-nilai seni budaya leluhur yang teramat luhur dan sakral kepada generasi muda.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung Ida Bagus Anom Bhasma, mengatakan pelatihan penyuratan lontar merupakan wujud nyata dari visi misi pemerintah dalam pelestarian adat, budaya, dan agama. “Karena begitu kita menyelamatkan budaya berarti kita telah dapat menunjukkan jati diri kita di bidang budaya yang merupakan identitas penting bangsa,” ujarnya.
Pelatihan penyuratan lontar sengaja menyasar kalangan generasi muda terutama pelajar. Sebab, menurut Anom Bhasma, pelatihan penyuratan lontar menyasar generasi muda agar mereka mendapatkan pelatihan bahasa Bali dengan dwi aksara, sehingga yang belum bisa membaca tulisan Bali secara otomatis akan dapat mempelajari bahasa Bali.
“Sejalan dengan program pelatihan-pelatihan ini, Pemkab Badung juga mencanangkan TK bernuansa Hindu, sehingga dari anak-anak TK, SD, SMP, dan SMA terus diajarkan bahasa Bali. Sehingga bahasa Bali yang dikhawatirkan akan punah dapat dipertahankan di Kabupaten Badung,” katanya.
Kabid Dokumentasi Kebudayaan Dinas Kebudayaan Badung Ni Wayan Arsini menambahkan, pelatihan yang dilakukan juga untuk persiapan mengikuti lomba penyuratan lontar. “Ini untuk persiapan juga karena akan ada lomba penyuratan, lomba tingkat kabupaten maupun provinsi,” tandasnya.
Kegiatan penyuratan lontar yang digalakkan pemerintah mendapat apresiasi dari Ketua Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Kabupaten Badung IB Anom. “Program pelatihan seperti ini sangat bagus bagi generasi muda. Kami tentu saja mendukung,” ujarnya.
IB Anom yang juga Bendesa Adat Mengwi melanjutkan, anak-anak muda di desanya bahkan kini diajak terlibat. “Di Mengwi berbagai kegiatan yang dilaksanakan dalam pasraman juga melakukan lomba-lomba penyuratan lontar dan lain sebagainya. Ini sudah kami lakukan untuk mendukung program pemerintah,” katanya.
Anom Bhasma menyampaikan, sebagai bentuk pelestarian terhadap warisan leluhur, selain melakukan pelatihan penyuratan lontar, pemerintah juga melakukan digitalisasi lontar memakai komputer. Melalui program digitalisasi ini, pihaknya kini tak perlu cemas lagi lontar-lontar akan rusak.
Seperti diketahui, dalam program digitalisasi, lontar sekaligus diterjemahkan ke dalam tiga bahasa, yakni bahasa Bali, Jawa kuno, dan bahasa Indonesia. Bahkan tidak hanya itu, lontar yang berhasil dikumpulkan disalin kembali ke dalam daun lontar. Lalu kemudian dibagikan kepada bendesa adat se–Kabupaten Badung dan juga para sulinggih. Karena terjemahan lontar-lontar ini sangat berguna bagi masyarakat. Sampai sekarang dengan upaya keras dari Disbud Badung, total sudah ada 375 lontar yang telah digitalisasi. Kini seluruh lontar yang digitalisasitersimpan di perpustakaan lontar di kantor Disbud Badung.
Untuk melanjutkan program digitalisasi lontar, tahun 2018 pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 135 juta. Anggaran tersebut untuk jasa konsultasi pembuatan digitalisasi lontar. *asa
1
Komentar