Ambulans Krama Badung Sehat Siaga di Tiap Desa saat Nyepi
Ambulans Krama Badung Sehat disiagakan di masing-masing desa di wilayah Kecamatan Kuta Selatan selama pelaksanaan Catur Brata Penyepian, Sabtu (17/3).
MANGUPURA, NusaBali
Hal itu sesuai hasil rapat koordinasi Muspika Kecamatan Kuta Selatan, bersama tokoh masyarakat, adat, budaya, pengurus FKUB, pengurus rumah ibadah, manajemen rumah sakit se-Kecamatan Kuta Selatan, imigrasi, dan kepolisian.
Camat Kuta Selatan Made Widiana saat dikonfirmasi, Selasa (6/3), mengungkapkan guna menjaga kekhusyukan saat Nyepi berlangsung, terkait keamanan dan kenyamanan pihaknya menyiapkan langkah-langkah. Sementara terkait ritual keagamaan dari pelaksanaan Nyepi, dirinya menyerahkan kepada bendesa adat untuk mengaturnya.
Jika ada masyarakat yang sakit pihaknya telah menginstruksikan untuk menyiagakan ambulans Krama Badung Sehat yang ada di masing-masing desa. Untuk memberikan pelayanan yang maksimal, para pecalang telah membagi tugas piket. Apabila ada warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan agar minta bantuan pecalang untuk memanggil ambulans desa, supaya diantar ke rumah sakit atau puskemas untuk penanganan lebih lanjut.
“Hari ini (kemarin) telah melakukan rakor terkait pelaksanaan Hari Raya Nyepi tahun ini dengan stakeholder. Bahkan kami melibatkan pihak imigrasi untuk memberikan sosialisasi kepada wisatawan yang tinggal di rumah warga. Kalau ada yang sakit dan hendak dibawa ke rumah sakit atau puskesmas, segera koordinasi dengan pecalang setempat untuk ditangani. Dalam ambulans itu sudah ada pecalang yang ikut mengantar. Itulah salah satu yang kami tekankan. Jangan sampai ada yang ngantar sendiri ke rumah sakit,” ungkap Widiana.
Widiana juga mengajak masyarakat, khususnya krama adat di masing-masing desa adat atau banjar untuk tetap menjaga kesejukan terutama pada saat pangerupukan. Setelah selesai pengarakan ogoh-ogoh diharapkan agar ogoh-ogoh ditempatkan dengan baik sesuai dengan kesepakatan masing-masing desa adat. Intinya jangan sampai ditempatkan di jalan yang bisa mengganggu pengguna jalan. Selanjutnya sekaa teruna ataupun masyarakat sedapat mungkin itu menggunakan media balai banjar sebagai tempat berkumpul pasca–pangerupukan.
“Saat pangerupukan saya meminta kepada seluruh bendesa adat dibantu oleh pecalang agar mengkoordinasikan keamanan kepada pihak keamanan yang ada di tingkat desa, supaya berjalan sesuai dengan tatanan adat dan agama Hindu. Artinya supaya tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan terkait dengan pangerupukan. Saya mengajak anak muda agar tak menggunakan jalan sebagai tempat kumpul. Apalagi sambil minum minuman beralkohol di pinggir jalan, itu bisa memantik situasi yang tak aman,” ujarnya. *p
Camat Kuta Selatan Made Widiana saat dikonfirmasi, Selasa (6/3), mengungkapkan guna menjaga kekhusyukan saat Nyepi berlangsung, terkait keamanan dan kenyamanan pihaknya menyiapkan langkah-langkah. Sementara terkait ritual keagamaan dari pelaksanaan Nyepi, dirinya menyerahkan kepada bendesa adat untuk mengaturnya.
Jika ada masyarakat yang sakit pihaknya telah menginstruksikan untuk menyiagakan ambulans Krama Badung Sehat yang ada di masing-masing desa. Untuk memberikan pelayanan yang maksimal, para pecalang telah membagi tugas piket. Apabila ada warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan agar minta bantuan pecalang untuk memanggil ambulans desa, supaya diantar ke rumah sakit atau puskemas untuk penanganan lebih lanjut.
“Hari ini (kemarin) telah melakukan rakor terkait pelaksanaan Hari Raya Nyepi tahun ini dengan stakeholder. Bahkan kami melibatkan pihak imigrasi untuk memberikan sosialisasi kepada wisatawan yang tinggal di rumah warga. Kalau ada yang sakit dan hendak dibawa ke rumah sakit atau puskesmas, segera koordinasi dengan pecalang setempat untuk ditangani. Dalam ambulans itu sudah ada pecalang yang ikut mengantar. Itulah salah satu yang kami tekankan. Jangan sampai ada yang ngantar sendiri ke rumah sakit,” ungkap Widiana.
Widiana juga mengajak masyarakat, khususnya krama adat di masing-masing desa adat atau banjar untuk tetap menjaga kesejukan terutama pada saat pangerupukan. Setelah selesai pengarakan ogoh-ogoh diharapkan agar ogoh-ogoh ditempatkan dengan baik sesuai dengan kesepakatan masing-masing desa adat. Intinya jangan sampai ditempatkan di jalan yang bisa mengganggu pengguna jalan. Selanjutnya sekaa teruna ataupun masyarakat sedapat mungkin itu menggunakan media balai banjar sebagai tempat berkumpul pasca–pangerupukan.
“Saat pangerupukan saya meminta kepada seluruh bendesa adat dibantu oleh pecalang agar mengkoordinasikan keamanan kepada pihak keamanan yang ada di tingkat desa, supaya berjalan sesuai dengan tatanan adat dan agama Hindu. Artinya supaya tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan terkait dengan pangerupukan. Saya mengajak anak muda agar tak menggunakan jalan sebagai tempat kumpul. Apalagi sambil minum minuman beralkohol di pinggir jalan, itu bisa memantik situasi yang tak aman,” ujarnya. *p
Komentar