Banjar Ciledug Usung 'Amerih Tirta Amerta'
Ingatkan Manusia Punya Sifat Rakus
JAKARTA, NusaBali
Seperti banjar lain di provinsi Banten, kaum muda mudi banjar Ciledug yang tergabung dalam Sekaa Teruna Teruni Hindu Dharma (STHD) Ciledug membuat ogoh-ogoh untuk perlombaan yang berlangsung pada Jumat (16/3) di Jaba Sisi Pura Eka Wira Anantha, Serang, Banten. Mereka menampilkan ogoh-ogoh Amerih Tirta Amerta.
"Tahun ini, STHD Ciledug mengangkat tema ogoh-ogoh Amerih Tirta Amerta," ujar pembuat ogoh-ogoh dari banjar Ciledug, Ketut Dana kepada NusaBali, Kamis (7/3).
Mantan Ketua STHD Ciledug ini menjelaskan, pada zaman Satyayuga (dalam kitab Adi Parwa) terdapat lautan ksera (lautan susu) yang konon dalam dasar laut terdapat harta karun dan tirta amertha (air suci) yang bisa membuat peminumnya menjadi hidup abadi.
Para dewa dan asura (raksasa) berlomba-lomba ingin mendapatkan tirta amertha. Sejatinya tirta amertha diperuntukan untuk para dewa. Namun raksasa yang punya sifat rakus ingin hidup abadi pula. Para raksaksa pun merebut tirta amerta dari tangan para dewa untuk bisa hidup abadi. Intinya, kata Ketut Dana, setiap mahluk hidup mempunyai sifat loba (rakus).
Termasuk manusia yang punya sifat tersebut, karena mereka tidak pernah merasakan puas dengan apa yang di milikinya. "Oleh karena itu, kami mengambil tema Amerih Tirta Amerta agar menjadi renungan setiap insan di muka bumi ini," papar Ketut Dana. Ketut Dana menjelaskan, makna tirta amerta melambangkan sebagai kemakmuran.
Ia berharap juga, semua mahkuk hidup di muka bumi pada tahun ini mendapat kemakmuran. Ogoh-ogoh, Ketut Dana kerjakan bersama lima orang lainnya di Pura Dharma Sidhi, Ciledug. Mereka mengerjakan awal Februari.
Berhubung yang mengerjakan ogoh-ogoh masih sekolah, kuliah dan kerja, mereka mengerjakan sepulang dari aktivitas tersebut pada jam 18.00-23.00 WIB bagi yang sempat.
"Saat ini tinggal finishing saja," kata Ketut Dana tanpa mau menyebut berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat ogoh-ogoh. Bahan ogoh-ogoh dari styrofoam. Nantinya pengusung ogoh-ogoh 50 orang. Lalu mereka mengerahkan 35 penari dan 28 orang penabuh yang berasal dari kalangan STHD Ciledug dan anak-anak pasraman.
Terkait ogoh-ogoh dari banjar lainnya, Ketut Dana mengatakan, ia sudah melihat buatan beberapa banjar semisal ogoh-ogoh banjar Tangsel, Mertasari dan Serang. Menurutnya, ogoh-ogoh buatan dari banjar tersebut bagus. Ia tidak menganggap mereka sebagai pesaing. Untuk itu, ia tidak terlalu memasang target juara.
"Saya tidak memikirkan juara berapa, karena ini adalah karya seni sehingga yang terpenting adalah menampilkan yang terbaik. Lagipula lomba ogoh-ogoh diadakan agar kami yang merantau tidak lupa dengan warisan leluhur serta untuk menjalin silaturahmi," jelasnya. Tahun 2017 kemarin, ogoh-ogoh banjar Ciledug sendiri meraih juara harapan dua dari enam banjar. *k22
Seperti banjar lain di provinsi Banten, kaum muda mudi banjar Ciledug yang tergabung dalam Sekaa Teruna Teruni Hindu Dharma (STHD) Ciledug membuat ogoh-ogoh untuk perlombaan yang berlangsung pada Jumat (16/3) di Jaba Sisi Pura Eka Wira Anantha, Serang, Banten. Mereka menampilkan ogoh-ogoh Amerih Tirta Amerta.
"Tahun ini, STHD Ciledug mengangkat tema ogoh-ogoh Amerih Tirta Amerta," ujar pembuat ogoh-ogoh dari banjar Ciledug, Ketut Dana kepada NusaBali, Kamis (7/3).
Mantan Ketua STHD Ciledug ini menjelaskan, pada zaman Satyayuga (dalam kitab Adi Parwa) terdapat lautan ksera (lautan susu) yang konon dalam dasar laut terdapat harta karun dan tirta amertha (air suci) yang bisa membuat peminumnya menjadi hidup abadi.
Para dewa dan asura (raksasa) berlomba-lomba ingin mendapatkan tirta amertha. Sejatinya tirta amertha diperuntukan untuk para dewa. Namun raksasa yang punya sifat rakus ingin hidup abadi pula. Para raksaksa pun merebut tirta amerta dari tangan para dewa untuk bisa hidup abadi. Intinya, kata Ketut Dana, setiap mahluk hidup mempunyai sifat loba (rakus).
Termasuk manusia yang punya sifat tersebut, karena mereka tidak pernah merasakan puas dengan apa yang di milikinya. "Oleh karena itu, kami mengambil tema Amerih Tirta Amerta agar menjadi renungan setiap insan di muka bumi ini," papar Ketut Dana. Ketut Dana menjelaskan, makna tirta amerta melambangkan sebagai kemakmuran.
Ia berharap juga, semua mahkuk hidup di muka bumi pada tahun ini mendapat kemakmuran. Ogoh-ogoh, Ketut Dana kerjakan bersama lima orang lainnya di Pura Dharma Sidhi, Ciledug. Mereka mengerjakan awal Februari.
Berhubung yang mengerjakan ogoh-ogoh masih sekolah, kuliah dan kerja, mereka mengerjakan sepulang dari aktivitas tersebut pada jam 18.00-23.00 WIB bagi yang sempat.
"Saat ini tinggal finishing saja," kata Ketut Dana tanpa mau menyebut berapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat ogoh-ogoh. Bahan ogoh-ogoh dari styrofoam. Nantinya pengusung ogoh-ogoh 50 orang. Lalu mereka mengerahkan 35 penari dan 28 orang penabuh yang berasal dari kalangan STHD Ciledug dan anak-anak pasraman.
Terkait ogoh-ogoh dari banjar lainnya, Ketut Dana mengatakan, ia sudah melihat buatan beberapa banjar semisal ogoh-ogoh banjar Tangsel, Mertasari dan Serang. Menurutnya, ogoh-ogoh buatan dari banjar tersebut bagus. Ia tidak menganggap mereka sebagai pesaing. Untuk itu, ia tidak terlalu memasang target juara.
"Saya tidak memikirkan juara berapa, karena ini adalah karya seni sehingga yang terpenting adalah menampilkan yang terbaik. Lagipula lomba ogoh-ogoh diadakan agar kami yang merantau tidak lupa dengan warisan leluhur serta untuk menjalin silaturahmi," jelasnya. Tahun 2017 kemarin, ogoh-ogoh banjar Ciledug sendiri meraih juara harapan dua dari enam banjar. *k22
1
Komentar