Wayan Koster Siap Fasilitasi Pembangunan Kawasan Terpadu di Pantai Pemelisan Sesetan
Membuktikan komitmennya menjaga kelestarian alam, adat dan budaya Bali, Calon Gubernur (Cagub) Bali nomor urut 1, Wayan Koster siap membantu berbagai kendala dari permasalahan dihadapi masyarakat Desa Adat Sesetan, Kota Denpasar terkait penataan dan kesulitan akses di kawasan Pantai Pemelisan yang sekaligus tempat muara aliran Tukad Rangda.
DENPASAR, NusaBali
Padahal kawasan tersebut, sudah sejak dahulu menjadi kawasan suci yang digunakan oleh warga Desa Adat Sesetan dan sekitarnya sebagai tempat melasti dan penganyutan (membuang sisa abu pembakaran jenasah), juga tambatan kapal nelayan tradisional.
Hal itu terungkap saat dialog Cagub Wayan Koster dengan warga serta tokoh masyarakat se-Desa Sesetan, Selasa (6/3) di Sesetan, Kota Denpasar. Tokoh masyarkat Desa Adat Sesetan Nyoman Nirka menuturkan, bahwa tempat ini selain sebagai kawasan suci dan lahan ekonomi bagi nelayan warga Sesetan, juga mempunyai kaitan dengan sejarah Kampung Bugis. "Di sini dulu adalah dermaga tradisional yang dijadikan para nelayan untuk menambatkan perahu, juga tempat penyeberangan bagi masyarakat Bali yang nangkil ke Pura Sakenan, sebelum Pulau Serangan direklamasi. Di tempat ini pula dulunya orang-orang Bugis mendarat mengikuti aliran Tukad Rangda," jelasnya.
Hanya saja, lanjutnya, seiring waktu kawasan ini mengalami perubahan yang cenderung merusak kelestarian lingkungan alam sekitarnya. Bahkan menjadi tempat pembuangan sampah. Aliran sungai Tukad Rangda dan Pantai Pemelisan mengalami pendangkalan. "Akibatnya kalau hujan, warga Sidakarya mengalami kebanjiran," terangnya. Melihat kondisi ini, pihaknya kemudian bersama Desa Adat Sesetan mengambil langkah penataan serta pengerukan Tukad Rangda dan pesisir Pantai Pemelisan. "Sekarang kalau air surut seperti saat ini, kedalamannya mencapai dua setengah meter. Dan saudara-saudara kami di Sidakarya sudah tidak kebanjiran lagi," ujarnya.
Selain itu untuk menjaga kelesatarian lingkungan alam sekitar sebagai hutan bakau, pihaknya telah menanam berbagai tanaman. "Kami tata sendiri dengan biaya sendiri, termasuk membangun bale piasan ini yang digunakan sebagai tempat banten bagi krama yang sedang melakukan upacara nganyut. Kami juga buatkan toilet. Tanami pohon beringin agar krama tidak ngangget daun bingin ke jalan raya lagi," sebutnya. Penataan ini juga dimaksudkan pihaknya guna menjadikan kawasan tersebut sebagai destinasi wisata, selain tentunya tetap menjadikannya kawasan suci. "Tujuannya agar warga kami terutama yang berpendidikan rendah bisa punya pekerjaan, baik sebagai nelayan atau penambat kapal. Juga adanya pemasukan ke kas desa adat, karena kebutuhan biaya untuk yang terkait parahyangan cukup besar. Hampir Rp 2 miliar per tahun," jelasnya.
Namun untuk merealisasi itu semua, pihaknya terkendala sejumlah kebijakan pemerintah. Salah satunya untuk membangun akses jalan, pihaknya memerlukan izin menggunakan lahan Tahura yang berada di bawah Kementeria Kehutanan. Maupun Balai Sungai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida. "Kami sudah berulangkali berkoordinasi, namun sampai sekarang permasalahannya belum juga selesai. Yang di atas, orangnya baik-baik dan siap bantu. Tapi yang di bawah seperti mempersulit. Kok kami dipersulit. Padahal kami tidak minta uang pemerintah," sesalnya. Maka itu pihaknya bersama sejumlah tokoh masyarakat setempat berharap agar Cagub Wayan Koster yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, PAN, PPP, PKB dan PKPI, bersedia membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. "Kami minta Pak Koster bisa membantu menyelesaikan permasalahan kami ini," pintanya.
Menyikapi aspirasi tersebut, Koster bersedia membantu menuntaskannya ketika sudah terpilih pada 27 Juni 2018 nanti. "Saya yang pertama pasang badan kalau ada yang mengahalangi, apalagi ini terkait menjaga kelestarian kawasan suci serta adat budaya Bali," tegasnya. Sebab hal itu lanjut Koster sesuai dengan kosep pembangunan Bali Koster-Ace yakni "Nangun Sad Kertih Loka Bali.” Dimana dalam konsep ini adalah bertujuan menjaga keseimbangan alam Bali, menjaga kelestarian adat, seni dan budayanya untuk kesejahteraan masyarakat Bali. "Nanti kita bantu kembangkan juga menjadi sebuah kawasan ekonomi terpadu pesisir pantai. Nanti bila perlu saya undang Menteri Kelautan kemari," katanya.
Dengan begitu menurut pihaknya, kelestarian alamnya terjaga, juga kelestarian adat seni dan budaya Bali terus terawat dengan baik "Selain itu juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tegasnya. Selanjutnya semua warga yang hadir bertekad memenangkan dan memilih Koster-Ace pada Pilgub Bali 2018 ini. "Apalagi Pak Koster sudah terbukti banyak membantu krama adat di sini melalui bantuan pembangunan wantilan serta seperangkat alat gong," ungkap Ketut Sudiarta, salah seorang tokoj warga setempat.
Hadir pula dalam simakrama tersebut Selain itu pula Ketua Tim Pemenangan Koster-Ace Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Sekretaris DPC PDIP Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa, Bendahara DPC PDIP Denpasar Ketut Suteja Kumara, Anggota FPDI Perjuangan DPRD Bali IGK Budiartha dan anggota Fraksi PDIP DPRD Denpasar serta sejumlah tokoh masyarakat Desa Sesetan dan Sidakarya. *
Hal itu terungkap saat dialog Cagub Wayan Koster dengan warga serta tokoh masyarakat se-Desa Sesetan, Selasa (6/3) di Sesetan, Kota Denpasar. Tokoh masyarkat Desa Adat Sesetan Nyoman Nirka menuturkan, bahwa tempat ini selain sebagai kawasan suci dan lahan ekonomi bagi nelayan warga Sesetan, juga mempunyai kaitan dengan sejarah Kampung Bugis. "Di sini dulu adalah dermaga tradisional yang dijadikan para nelayan untuk menambatkan perahu, juga tempat penyeberangan bagi masyarakat Bali yang nangkil ke Pura Sakenan, sebelum Pulau Serangan direklamasi. Di tempat ini pula dulunya orang-orang Bugis mendarat mengikuti aliran Tukad Rangda," jelasnya.
Hanya saja, lanjutnya, seiring waktu kawasan ini mengalami perubahan yang cenderung merusak kelestarian lingkungan alam sekitarnya. Bahkan menjadi tempat pembuangan sampah. Aliran sungai Tukad Rangda dan Pantai Pemelisan mengalami pendangkalan. "Akibatnya kalau hujan, warga Sidakarya mengalami kebanjiran," terangnya. Melihat kondisi ini, pihaknya kemudian bersama Desa Adat Sesetan mengambil langkah penataan serta pengerukan Tukad Rangda dan pesisir Pantai Pemelisan. "Sekarang kalau air surut seperti saat ini, kedalamannya mencapai dua setengah meter. Dan saudara-saudara kami di Sidakarya sudah tidak kebanjiran lagi," ujarnya.
Selain itu untuk menjaga kelesatarian lingkungan alam sekitar sebagai hutan bakau, pihaknya telah menanam berbagai tanaman. "Kami tata sendiri dengan biaya sendiri, termasuk membangun bale piasan ini yang digunakan sebagai tempat banten bagi krama yang sedang melakukan upacara nganyut. Kami juga buatkan toilet. Tanami pohon beringin agar krama tidak ngangget daun bingin ke jalan raya lagi," sebutnya. Penataan ini juga dimaksudkan pihaknya guna menjadikan kawasan tersebut sebagai destinasi wisata, selain tentunya tetap menjadikannya kawasan suci. "Tujuannya agar warga kami terutama yang berpendidikan rendah bisa punya pekerjaan, baik sebagai nelayan atau penambat kapal. Juga adanya pemasukan ke kas desa adat, karena kebutuhan biaya untuk yang terkait parahyangan cukup besar. Hampir Rp 2 miliar per tahun," jelasnya.
Namun untuk merealisasi itu semua, pihaknya terkendala sejumlah kebijakan pemerintah. Salah satunya untuk membangun akses jalan, pihaknya memerlukan izin menggunakan lahan Tahura yang berada di bawah Kementeria Kehutanan. Maupun Balai Sungai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida. "Kami sudah berulangkali berkoordinasi, namun sampai sekarang permasalahannya belum juga selesai. Yang di atas, orangnya baik-baik dan siap bantu. Tapi yang di bawah seperti mempersulit. Kok kami dipersulit. Padahal kami tidak minta uang pemerintah," sesalnya. Maka itu pihaknya bersama sejumlah tokoh masyarakat setempat berharap agar Cagub Wayan Koster yang diusung PDI Perjuangan, Hanura, PAN, PPP, PKB dan PKPI, bersedia membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. "Kami minta Pak Koster bisa membantu menyelesaikan permasalahan kami ini," pintanya.
Menyikapi aspirasi tersebut, Koster bersedia membantu menuntaskannya ketika sudah terpilih pada 27 Juni 2018 nanti. "Saya yang pertama pasang badan kalau ada yang mengahalangi, apalagi ini terkait menjaga kelestarian kawasan suci serta adat budaya Bali," tegasnya. Sebab hal itu lanjut Koster sesuai dengan kosep pembangunan Bali Koster-Ace yakni "Nangun Sad Kertih Loka Bali.” Dimana dalam konsep ini adalah bertujuan menjaga keseimbangan alam Bali, menjaga kelestarian adat, seni dan budayanya untuk kesejahteraan masyarakat Bali. "Nanti kita bantu kembangkan juga menjadi sebuah kawasan ekonomi terpadu pesisir pantai. Nanti bila perlu saya undang Menteri Kelautan kemari," katanya.
Dengan begitu menurut pihaknya, kelestarian alamnya terjaga, juga kelestarian adat seni dan budaya Bali terus terawat dengan baik "Selain itu juga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tegasnya. Selanjutnya semua warga yang hadir bertekad memenangkan dan memilih Koster-Ace pada Pilgub Bali 2018 ini. "Apalagi Pak Koster sudah terbukti banyak membantu krama adat di sini melalui bantuan pembangunan wantilan serta seperangkat alat gong," ungkap Ketut Sudiarta, salah seorang tokoj warga setempat.
Hadir pula dalam simakrama tersebut Selain itu pula Ketua Tim Pemenangan Koster-Ace Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Sekretaris DPC PDIP Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa, Bendahara DPC PDIP Denpasar Ketut Suteja Kumara, Anggota FPDI Perjuangan DPRD Bali IGK Budiartha dan anggota Fraksi PDIP DPRD Denpasar serta sejumlah tokoh masyarakat Desa Sesetan dan Sidakarya. *
Komentar