Panitia Sempat Larang Pementasan Calonarang
Sejak Pura Jati Luwih dibangun pada tahun 1976, krama pangempon belum pernah pentaskan drama tari Calonarang.
NEGARA, NusaBali
Panitia dan Pangempon Pura Jati Luwih di Banjar Dauh Pangkung Jangu, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Jembrana pakrimik pasca insiden tewasnya pemeran Rangda I Komang Ngurah Trisna Para Merta, 14. Apalagi mereka sempat menolak pementasan Calonarang digelar di Pura Jati Luwih.
Ketua Panitia Pujawali Pura Jati Luwih, I Ketut Sumantra, 64, mengatakan sejak membangun pura pada tahun 1976 tak pernah menampilkan pementasan Calonarang menjelang pujawali. Baru pada pujawali yang jatuh pada Anggara Kliwon Prangbakat, Selasa (13/10) tahun ini rangkaian pujawali diisi dengan pementasan Calonarang. “Panitia sebenarnya sudah menolak kalau ada Calonarang. Karena selain tidak punya dana, kami pikir akan angker ada pementasan Calonarang karena diwarnai matebakan (saling tusuk),” ungkap Sumantra, Jumat (16/10.
Sumantra mengatakan, skrama pangempon biasanya ngayah rindik dan janger untuk isi acara serangkaian piodalan. Namun pada pujawali tahun ini, salah seorang pentolan paguyuban Calonarang, I Ketut Astawa menawarkan pementasan Calonarang untuk isi kegiatan serangkaian piodalan yang persiapannya dimulai dari hari Sabtu (10/10). Dikatakan, Astawa yang asal Desa Pohsanten bukanlah krama pangempon. Namun dia meyakinkan jika pementasasan Calonarang dilakukan atas dasar ngayah, tanpa minta bayaran sepeser pun. “Tawarannya sudah 10 hari sebelum karya. Begitu mendapat tawaran pementasan Calonarang, kami menggelar paruman (rapat) pada hari Sabtu (10/10). Saat itu dijelaskan tujuannya murni ngaturang ayah, makanya kami tidak bisa melarang,” terangnya.
Ditambahkan, saat pentas Calonarang, pihak paguyuban menanggung sendiri biaya upakara pementasannya. Dari panitia hanya diminta menyiapkan sekedar makan minum serta membuat kalangan (panggung) di sebelah selatan pura. “Waktu hari H-nya (Senin 12/10), saya sudah mewanti-wanti jangan sampai ada hal-hal yang tidak diinginkan. Begitu juga saat akan tampil malam itu, saya SMS biar tidak ada masalah, dan dibalas semua dipastikan aman sekala niskala. Tapi ternyata ada kejadian begini (pemeran rangda tertusuk keris,” tambahnya.
Sumantra mengaku tidak tahu secara pasti penyebab insiden panyunggi Rangda tembus tertusuk keris. “Saat korban dilarikan ke rumah sakit, pementasannya tidak langsung dihentikan. Mereka kembali menampilkan rangda lainnya milik I Ketut Astawa. Dari awal, rencananya mereka membawakan dua rangda. Setelah rangda kedua, tidak ada kejadian lagi,” ujar Sumantra yang juga mantan Kelian Dusun Dauh Pangkung Jangu ini.
Kelian Pangempin Pura Jati Luwih ini tidak mau menyalahkan siapa pun dalam insiden yang menodai pujawali tersebut. Pihaknya memastikan membahas peristiwa langka itu melalui paruman pangempon yang dijadwalkan Minggu (18/10) besok. “Yang jelas harus ada pacaruan. Nanti mapinunas dulu, pacaruan apa yang tepat dilaksanakan agar pura kembali bersih,” ungkapnya. “Mungkin Ida Bhatara yang berstana di Pura Jati Luwih tidak suka karena selam ini belum pernah pentaskan kesenian aneh-aneh,” imbuhnya.
Sebelumnya, anak baru gede (ABG) pemeran Rangda dalam kesenian Calonarang, I Komang Ngurah Trisna Para Merta, 14, meninggal secara tragis, Rabu (14/10) malam. Penari Rangda berusia 14 tahun asal Banjar Delod Bale Agung, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini meregang nyawa setelah terluka akibat tertusuk keris saat pentas Calonarang di Pura Jati Luwih, Banjar Dauh Pangkung Jangu, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Senin (12/10) malam. Korban I Komang Ngurah Trisna Para Merta menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di RSUD Negara, Rabu malam sekitar pukul 21.00 Wita.
Komentar