Seharian Mendengar Gemuruh, Warga Temukus Kembali Ngungsi
Puluhan warga Banjar Temukus, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem yang tinggal dalam jarak 4,2 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung kembali mengungsi, Rabu (7/3) malam sekitar pukul 21.00 Wita.
AMLAPURA, NusaBali
Mereka pilih mengungsi lagi, karena khawatir lantaran selama seharian mendengar suara gemuruh sejak terjadi gempa Rabu pagi pukul 10.37 Wita. Data yang dihimpun NusaBali, Kamis (8/3), ada 28 warga Banjar Temukus, Desa Besakih yang mengungsi kembali, Rabu malam, karena khawatir Gunung Agung erupsi dan memuntahkan lahar panas. Mereka semuanya pilih mengungsi ke bekas Restoran Puri Boga di Desa Pesaban, Kecamatan Rendang.
Pengungsian malam itu dikoordinasikan langsung oleh Kelian Dinas Banjar Temukus, I Wayan Sudiana. Setelah 28 warganya mengungsi, Wayan Sudiana lanjut berkoordinasi dengan petugas mengenai kebutuhan logistik mereka. Ada pun 28 warga yang mengungsi kembali ke Desa Pesaban ini terdiri dari 8 kepala keluarga (KK). Dari jumlah itu, 4 KK di antaranya mengungsi tanpa menyertakan anak-anaknya karena sudah bekerja dan tinggal di luar Karangasem, masing-masing keluarga I Komang Suarjana, keluarga I Wayan Suma, keluarga I Wayan Sumarka, dan keluarga I Wayan Taman.
Kepala Desa (Perbekel) Pesaban, Kecamatan Rendang, I Dewa Ketut Sarjana, membenarkan 28 pengungsi asal Banjar Temukus, Desa Besakih ini ditempatkan di bekas Restoran Puri Boga. Mereka sebelumnya baru beberapa lama pulang dari pengungungsian ke Banjar Temukus, menyusul diturunkannya status Gunung Agung dari lebal Awas ke Siaga.
Kini, mereka kembali mengungsi, karena mendengar suara gemuruh dari Gunung Agung. "Malam harinya menginap di pengungsian, sementara siangnya mereka balik ke kampungnya di Desa Besakih untuk kerja. Soal kebutuhan logistik bagi mereka, kami sudah berkoordinasi dengan UPTD Dinas Pertanian Kecamatan Rendang," ungkap Dewa Ketut Sarjana saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin.
Paparan senada juga disampaikan Relawan PMI Provinsi Bali, I Wayan Aryawan, Kamis kemarin. Menurut Wayan Aryawan, membenarkan warga Banjar Temukus kembali mengungsi. Hanya saja, tidak pengungsi yang ngungsi ke UTD Dinas Pertanian Kecamatan Rendang. "Semua pengungsi ditampung di bekas Restoran Puri Boga di Desa Pesaban. Untuk logistik, telah siap," jelas Aryawan.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kamis kemarin, Bendesa Pakraman Temukus, Desa Besakih, I Nengah Sindia, mengatakan 28 warganya mengungsi karena khawatir oleh suara gemuruh terus menerus sejak terjadi gempa. “Selain itu, merela juga khawatir saat musim hujan tidak bisa lewat di jembatan Tukad Madya, yang airnya meluap. Sebab, gotong-gorong jembatan telah tersumbat," papar Bendesa Nengah Sindia.
Warga Banjar Temukus, Desa Besakih yang sejak awal mengungsi berjumlah 112 KK. Dari jumlah itu, sebanyak 104 KK belum sempat balik dari pengungsian, karena jalan putus. Hanya 8 KK berjumlah 28 orang yang sempat balik ke Banjar Temukus sejak status Gunung Agung diturunkan ke level Siaga.
Selama ini, sebagian warga Banjar Temukus ini mulai menata kehidupan di kampungnya dengan budidaya sereh wangi yang tahan abu vulkanik. Sedangkan tanaman padang kasna dan tanaman pangan lainnya, telah mati akibat terpapar abu vulkanik Gunung Agung. Banjar Temukus memang merupakan lokasi paling hulu (atas) Desa Besakih. Jalan menuju Banjar Temukus sempit, berliku, dan rawan longsor. *k16
Mereka pilih mengungsi lagi, karena khawatir lantaran selama seharian mendengar suara gemuruh sejak terjadi gempa Rabu pagi pukul 10.37 Wita. Data yang dihimpun NusaBali, Kamis (8/3), ada 28 warga Banjar Temukus, Desa Besakih yang mengungsi kembali, Rabu malam, karena khawatir Gunung Agung erupsi dan memuntahkan lahar panas. Mereka semuanya pilih mengungsi ke bekas Restoran Puri Boga di Desa Pesaban, Kecamatan Rendang.
Pengungsian malam itu dikoordinasikan langsung oleh Kelian Dinas Banjar Temukus, I Wayan Sudiana. Setelah 28 warganya mengungsi, Wayan Sudiana lanjut berkoordinasi dengan petugas mengenai kebutuhan logistik mereka. Ada pun 28 warga yang mengungsi kembali ke Desa Pesaban ini terdiri dari 8 kepala keluarga (KK). Dari jumlah itu, 4 KK di antaranya mengungsi tanpa menyertakan anak-anaknya karena sudah bekerja dan tinggal di luar Karangasem, masing-masing keluarga I Komang Suarjana, keluarga I Wayan Suma, keluarga I Wayan Sumarka, dan keluarga I Wayan Taman.
Kepala Desa (Perbekel) Pesaban, Kecamatan Rendang, I Dewa Ketut Sarjana, membenarkan 28 pengungsi asal Banjar Temukus, Desa Besakih ini ditempatkan di bekas Restoran Puri Boga. Mereka sebelumnya baru beberapa lama pulang dari pengungungsian ke Banjar Temukus, menyusul diturunkannya status Gunung Agung dari lebal Awas ke Siaga.
Kini, mereka kembali mengungsi, karena mendengar suara gemuruh dari Gunung Agung. "Malam harinya menginap di pengungsian, sementara siangnya mereka balik ke kampungnya di Desa Besakih untuk kerja. Soal kebutuhan logistik bagi mereka, kami sudah berkoordinasi dengan UPTD Dinas Pertanian Kecamatan Rendang," ungkap Dewa Ketut Sarjana saat dikonfirmasi NusaBali, Kamis kemarin.
Paparan senada juga disampaikan Relawan PMI Provinsi Bali, I Wayan Aryawan, Kamis kemarin. Menurut Wayan Aryawan, membenarkan warga Banjar Temukus kembali mengungsi. Hanya saja, tidak pengungsi yang ngungsi ke UTD Dinas Pertanian Kecamatan Rendang. "Semua pengungsi ditampung di bekas Restoran Puri Boga di Desa Pesaban. Untuk logistik, telah siap," jelas Aryawan.
Dikonfirmasi NusaBali secara terpisah, Kamis kemarin, Bendesa Pakraman Temukus, Desa Besakih, I Nengah Sindia, mengatakan 28 warganya mengungsi karena khawatir oleh suara gemuruh terus menerus sejak terjadi gempa. “Selain itu, merela juga khawatir saat musim hujan tidak bisa lewat di jembatan Tukad Madya, yang airnya meluap. Sebab, gotong-gorong jembatan telah tersumbat," papar Bendesa Nengah Sindia.
Warga Banjar Temukus, Desa Besakih yang sejak awal mengungsi berjumlah 112 KK. Dari jumlah itu, sebanyak 104 KK belum sempat balik dari pengungsian, karena jalan putus. Hanya 8 KK berjumlah 28 orang yang sempat balik ke Banjar Temukus sejak status Gunung Agung diturunkan ke level Siaga.
Selama ini, sebagian warga Banjar Temukus ini mulai menata kehidupan di kampungnya dengan budidaya sereh wangi yang tahan abu vulkanik. Sedangkan tanaman padang kasna dan tanaman pangan lainnya, telah mati akibat terpapar abu vulkanik Gunung Agung. Banjar Temukus memang merupakan lokasi paling hulu (atas) Desa Besakih. Jalan menuju Banjar Temukus sempit, berliku, dan rawan longsor. *k16
1
Komentar