PHDI Jembrana Imbau Pengarakan Ogoh-ogoh Selesai Pukul 19.00 Wita
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Jembrana telah menyebar surat edaran imbauan kepada desa pakraman se-Kabupaten Jembrana, bertalian pelaksanaan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1940, Sabtu (17/3).
NEGARA, NusaBali
Salah satunya adalah imbauan mengenai pengarakan ogoh-ogoh di setiap banjar adat maupun desa pakraman saat Pangerupukan, Jumat (16/3), yang diharapkan sudah berakhir pukul 19.00 Wita atau 7 malam.
“Rangkaian prosesi Tawur Kesanga di catus pata kabupaten dimulai sekitar pukul 9 pagi, dan puncaknya pukul 12 siang. Begitu juga nanti di kecamatan-kecamatan juga bersamaan,” kata Ketua PHDI Jembrana I Komang Arsana, Kamis (8/3).
Setelah prosesi Tawur Kesanga di catus pata kabupaten, barulah dilanjutkan dengan parade lomba ogoh-ogoh Kabupaten Jembrana, yang dijawalkan mulai pukul 13.00 – 16.00 Wita. Memasuki sandikala (petang) sekitar pukul 18.00 – 19.00 Wita, sudah dapat dilanjutkan prosesi Tawur Kesanga di banjar adat maupun desa pakraman, serta mabuubuu (ritual keliling sembari membawa obor, kentongan, termasuk meneriakkan kata ‘hus... hus... hus... de mai meong poleng’) di masing-masing rumah tangga. Sedangkan untuk pengarakan ogoh-ogoh di banjar adat maupun desa pakraman, diharapkan juga sudah selesai sebelum prosesi Tawur Kesanga tersebut.
“Kami harapkan pukul 7 malam (19.00) sudah tidak ada pengarakan ogoh-ogoh, apalagi sampai keliling ke banjar-banjar lain. Kami imbau begitu untuk mengantisipasi potensi gesekan,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Arsana, pengarakan ogoh-ogoh bukanlah rangkaian utama prosesi Tawur Kesanga. Tetapi, pengarakan ogoh-ogoh lebih merupakan kreaitivitas dalam mengenalkan wujud butha kala yang perlu dihindari sifat buruknya. “Kalau Pangerupukan yang paling penting prosesi Tawur Kesanga, termasuk mabuubuu di masing-masing rumah tangga. Makanya, kami imbau juga agar diingatkan mabuubuu saat Pangerupukan itu. Itu perlu kami tekankan, karena kadang terlalu asik mengarak ogoh-ogoh, malah lupa mabuubuu, yang bertujuan sebagai ritual membersihkan areal pekarangan rumah dari sifat-sfat buruk,” tutur Arsana. *ode
“Rangkaian prosesi Tawur Kesanga di catus pata kabupaten dimulai sekitar pukul 9 pagi, dan puncaknya pukul 12 siang. Begitu juga nanti di kecamatan-kecamatan juga bersamaan,” kata Ketua PHDI Jembrana I Komang Arsana, Kamis (8/3).
Setelah prosesi Tawur Kesanga di catus pata kabupaten, barulah dilanjutkan dengan parade lomba ogoh-ogoh Kabupaten Jembrana, yang dijawalkan mulai pukul 13.00 – 16.00 Wita. Memasuki sandikala (petang) sekitar pukul 18.00 – 19.00 Wita, sudah dapat dilanjutkan prosesi Tawur Kesanga di banjar adat maupun desa pakraman, serta mabuubuu (ritual keliling sembari membawa obor, kentongan, termasuk meneriakkan kata ‘hus... hus... hus... de mai meong poleng’) di masing-masing rumah tangga. Sedangkan untuk pengarakan ogoh-ogoh di banjar adat maupun desa pakraman, diharapkan juga sudah selesai sebelum prosesi Tawur Kesanga tersebut.
“Kami harapkan pukul 7 malam (19.00) sudah tidak ada pengarakan ogoh-ogoh, apalagi sampai keliling ke banjar-banjar lain. Kami imbau begitu untuk mengantisipasi potensi gesekan,” ujarnya.
Sebenarnya, kata Arsana, pengarakan ogoh-ogoh bukanlah rangkaian utama prosesi Tawur Kesanga. Tetapi, pengarakan ogoh-ogoh lebih merupakan kreaitivitas dalam mengenalkan wujud butha kala yang perlu dihindari sifat buruknya. “Kalau Pangerupukan yang paling penting prosesi Tawur Kesanga, termasuk mabuubuu di masing-masing rumah tangga. Makanya, kami imbau juga agar diingatkan mabuubuu saat Pangerupukan itu. Itu perlu kami tekankan, karena kadang terlalu asik mengarak ogoh-ogoh, malah lupa mabuubuu, yang bertujuan sebagai ritual membersihkan areal pekarangan rumah dari sifat-sfat buruk,” tutur Arsana. *ode
1
Komentar