Pemulung Cari Pis Bolong di Pemuun Setra
Para pemulung mencari pis bolong (uang kepeng) usai prosesi pembakaran jenazah di setra Desa Pakraman Duda, Kecamatan Selat, Karangasem, Wraspati Paing Dukut, Kamis (8/3).
AMLAPURA, NusaBali
Mereka mencari rezeki di pemuun setra atau tempat pembakaran jenazah. aksi mencari pis bolong dilakukan setelah abu jenazah diambil untuk diprateka atau dibentuk serupa manusia.
Pantauan di setra Desa Pakraman Duda, tampak empat pemulung masing-masing Nurhayati, Herman, Soleh, dan Made Artawa memunguti pis bolong. Mereka mendapatkan sekitar 1 kilogram pis bolong imitasi. “Pis bolong asli kami jual Rp 1.000 per keping. Yang imitasi hanya Rp 15.000 per kilogram,” ungkap Nurhayati. Pemulung asal Kecicang Islam ini mengaku mengetahui ada upacara ngaben berdasarkan informasi dari rekan-rekannya. Terutama ngaben yang ada jenazah baru. “Kami biasanya bersaing dengan pemulung dari Klungkung. Jika dari Klungkung datang, kami biasanya kalah cepat,” kata Herman.
Terkadang kata Herman, sehari dapat mengunjungi dua hingga tiga kuburan. “Kami tidak banyak dapat uang kepeng, paling banyak 3 kilogram. Sampai di rumah dibersihkan kemudian dikeringkan. Selanjutnya dijual Rp 15.000 per kilogram,” tambahnya. Herman mengaku jarang mendapat pis bolong asli. Kebanyakan upacara menggunakan uang kepeng tiruan. *k16
Mereka mencari rezeki di pemuun setra atau tempat pembakaran jenazah. aksi mencari pis bolong dilakukan setelah abu jenazah diambil untuk diprateka atau dibentuk serupa manusia.
Pantauan di setra Desa Pakraman Duda, tampak empat pemulung masing-masing Nurhayati, Herman, Soleh, dan Made Artawa memunguti pis bolong. Mereka mendapatkan sekitar 1 kilogram pis bolong imitasi. “Pis bolong asli kami jual Rp 1.000 per keping. Yang imitasi hanya Rp 15.000 per kilogram,” ungkap Nurhayati. Pemulung asal Kecicang Islam ini mengaku mengetahui ada upacara ngaben berdasarkan informasi dari rekan-rekannya. Terutama ngaben yang ada jenazah baru. “Kami biasanya bersaing dengan pemulung dari Klungkung. Jika dari Klungkung datang, kami biasanya kalah cepat,” kata Herman.
Terkadang kata Herman, sehari dapat mengunjungi dua hingga tiga kuburan. “Kami tidak banyak dapat uang kepeng, paling banyak 3 kilogram. Sampai di rumah dibersihkan kemudian dikeringkan. Selanjutnya dijual Rp 15.000 per kilogram,” tambahnya. Herman mengaku jarang mendapat pis bolong asli. Kebanyakan upacara menggunakan uang kepeng tiruan. *k16
1
Komentar