Kebutuhan Tinggi, Lele Luar 'Banjiri' Bali
Bali ternyata tidak mampu memenuhi pasokan untuk menutupi kebutuhan konsumsi ikan lele tiap hari.
DENPASAR, NusaBali
Karenanya diperkirakan sekitar 10 - 20 ton lele dari luar daerah, terutama dari Jawa masuk ke Bali. Pertumbuhan warung-warung lalapan dengan menu utama lele ke pelosok-pelosok diyakini menjadi pemicu utama tingginya kebutuhan lele.
Dinas Perikanan Provinsi Bali membenarkan kesulitan Bali memenuhi kebutuhan ikan, khususnya lele tiap hari di Bali. Lahan yang sempit, serta minat orang, terutama kalangan anak muda terjun dalam budidaya lele, menjadi salah satu ketidakmampuan Bali memenuhi pasokan.
“Karena itulah lele dari luar didatangkan,” ujar Putu Suasana, pejabat Pranata Humas Dinas Perikanan Provinsi Bali. Menurut Suasana, tidak kurang dari 20 ton ikan lele dari luar daerah masuk ke Bali setiap hari. “Ini jelas peluang bisnisnya tinggi,” ujarnya.
Karenanya dia mengiyakan bisnis ternak atau budi daya lele masih prospek dikembangkan di Bali, khususnya di pedesaan. Budidaya lele, juga tidak sulit. “Di Dinas Perikanan juga ada program terkait, yakni Gemarikan (Gerakan Masyarakat Makan Ikan) yang juga mendorong budidaya ikan, termasuk lele,” tambahnya.
Kalangan peternak ikan mengakui budidaya lele memiliki prospek bisnis menjanjikan di Bali. “Selalu dan rutin ada permintaan lele,” ujar I Wayan Cerancam alias Pan Kendri, 60, seorang peternak lele di Banjar Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin Denpasar Utara.
Menurut Cerancam, sudah 8 tahun dia dan keluarganya menggeluti budidaya lele, selama itu permintaan terhadap lele tak pernah putus. “Ya lumayanlah,” ujar Cerancam yang memelihara 40 ribu ekor lele.
Dengan pola budidaya sedemikian rupa, Cerancam mengatakan panen lele setiap bulan. “Saya atur sehingga bisa panen tiap bulan,” ungkapnya. Lele hasil budidaya tersebut, dikatakan Cerancam dibeli pengepul lele. Untuk saat ini harganya Rp 17.000 per kilo. *K17.
Dinas Perikanan Provinsi Bali membenarkan kesulitan Bali memenuhi kebutuhan ikan, khususnya lele tiap hari di Bali. Lahan yang sempit, serta minat orang, terutama kalangan anak muda terjun dalam budidaya lele, menjadi salah satu ketidakmampuan Bali memenuhi pasokan.
“Karena itulah lele dari luar didatangkan,” ujar Putu Suasana, pejabat Pranata Humas Dinas Perikanan Provinsi Bali. Menurut Suasana, tidak kurang dari 20 ton ikan lele dari luar daerah masuk ke Bali setiap hari. “Ini jelas peluang bisnisnya tinggi,” ujarnya.
Karenanya dia mengiyakan bisnis ternak atau budi daya lele masih prospek dikembangkan di Bali, khususnya di pedesaan. Budidaya lele, juga tidak sulit. “Di Dinas Perikanan juga ada program terkait, yakni Gemarikan (Gerakan Masyarakat Makan Ikan) yang juga mendorong budidaya ikan, termasuk lele,” tambahnya.
Kalangan peternak ikan mengakui budidaya lele memiliki prospek bisnis menjanjikan di Bali. “Selalu dan rutin ada permintaan lele,” ujar I Wayan Cerancam alias Pan Kendri, 60, seorang peternak lele di Banjar Cengkilung, Desa Peguyangan Kangin Denpasar Utara.
Menurut Cerancam, sudah 8 tahun dia dan keluarganya menggeluti budidaya lele, selama itu permintaan terhadap lele tak pernah putus. “Ya lumayanlah,” ujar Cerancam yang memelihara 40 ribu ekor lele.
Dengan pola budidaya sedemikian rupa, Cerancam mengatakan panen lele setiap bulan. “Saya atur sehingga bisa panen tiap bulan,” ungkapnya. Lele hasil budidaya tersebut, dikatakan Cerancam dibeli pengepul lele. Untuk saat ini harganya Rp 17.000 per kilo. *K17.
Komentar