Lomba Ogoh-ogoh Diwarnai Protes
Hingga waktu yang ditentukan peserta ogoh-ogoh nomor urut pertama dari Desa Satra, Kecamatan Klungkung, belum kompak hadir.
Peserta Tampil Pertama Datang Terlambat
SEMARAPURA, NusaBali
Tujuh peserta Lomba Ogoh-ogoh dari empat kecamatan di Klungkung berlomba di depan Monumen Puputan Klungkung, Minggu (11/3) sore. Para peserta menampilkan arakan ogoh-ogoh yang dikolaborasikan dengan fragmentari. Namun pelaksanaan lomba ini sempat diwarnai protes para peserta karena pelaksanaan lomba molor sejam dari jadwal.
Pantauan NusaBali, para peserta pengarak ogoh-ogoh dan ogoh-ogohnya sudah berkumpul di areal Catus Pata Kota Semarapura dan depan Puri Agung Klungkung, sekitar pukul 15.00 Wita. Sesuai kesepakatan lomba dimulai pukul 16.00 Wita. Namun hingga waktu yang ditentukan peserta ogoh-ogoh nomor urut pertama dari Desa Satra, Kecamatan Klungkung, belum kompak hadir. “Pesertanya sedang perjalana ke sini,” ujar seorang warga dari Desa Satra.
Kondisi ini membuat peserta ogoh-ogoh lain protes kepada panitia karena mereka sudah menunggu cukup lama. Awalnya peserta nomor urut selanjutnya tidak mau tampil duluan, namun karena peserta urut pertama belum datang. Akhirnya panitia mengumpulkan semua koordinator ogoh-ogoh, kemudian diputuskan peserta dari Desa Satra mendapat nomor urut terakhir atau nomor 7.
Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung, I Komang Sukarya, tidak menampik peserta dari Desa Satra saat lomba dimulai, datang terlambat. Jelas dia, jika terlambat satu atau dua orang bisa saja karena faktor macet di jalan. Namun keterlambatan ini hampir pada semua peserta dari Desa Satra. “Sesuai kesepakatan saat pertemuan teknis dengan semua peserta, tidak ditentukan kalau terlambat harus didiskualifikasi,” ujarnya.
Sehingga peserta yang bersangkutan masih bisa berkompetisi, namun ditempatkan pada nomor urut terakhir. Kata dia, dampak dari keterlambatan tentu pelaksanaannya berlangsung hingga malam, terlebih setiap peserta mendapatkan pentas dengan durasi 20 menit. Selain itu peserta lainnya juga protes kepada panitia. “Tentu hal ini akan kami jadikan evaluasi ke depannya,” ujarnya.
Kata dia, lomba ogoh-ogoh ini dipusatkan di Jalan Untung Surapati, Semarapura, tepatnya di depan Monumen Puputan Klungkung. Start dari depan Puri Agung Klungkung, bergerak ke arah timur Catus Pata. Untuk menghindari penonton yang jatuh pingsan akibat cuaca panas dan berdesakan, maka pelaksaan kali ini digelar sekitar pukul 16.00 Wita. Kalau tahun sebelumnya digelar sekitar pukul 14.00 Wita. “Saat sore hari cuacanya tidak terlalu panas,” ujarnya. Selain itu, agar kabun di depan Kerta Gosa tidak rusak karena diinjak penonton, panitia memasang pagar pengaman.
Ketua Karang Taruna Desa Satra Dewa Perry mengaku keterlambatan ini sama sekali tidak ada unsur kesengajaan. Melainkan karena ada persoalan teknis saat persiapan tata rias. “Kami mengalami keterlambatan saat merias,” ujarnya. Dengan ditempatkan menjadi nomor urut terakhir, pihaknya tidak mempermasalahan hal tersebut.
Urutan peserta Lomba Ogoh-ogoh, Karang Taruna Ganeca, Desa Satra, Kecamatan Klungkung, membawakan tema Kebo Mahesantaka, mendapat nomor urut pertama. Namun teraiaa diubah menjadi nomor urut terkahir atau tujuh. Penampil pertama yakni peserta nomor urut kedua, Karang Taruna Saka Bhuana, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, dengan garapan Dalang Bricek. Selanjutnya sesuai pengundian sebelumnya, Karang Taruna Asta Gina, Desa Tangkas Kecamatan Klungkung, dengan garapan Watugunung. Peserta dari Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, garapan cerita Ida Dalem Sawang. Karang Taruna Tri Satya Dharma, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, garapan cerita Brastaning Tatuka. Karang Taruna Bhala Akas, Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, garapan cerita Kumbakarna Lina. Selanjutnya, Karang Taruna Guna, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, dengan tema yang sama dengan Desa Bakas yakni Kumbakarna Lina.*wan
SEMARAPURA, NusaBali
Tujuh peserta Lomba Ogoh-ogoh dari empat kecamatan di Klungkung berlomba di depan Monumen Puputan Klungkung, Minggu (11/3) sore. Para peserta menampilkan arakan ogoh-ogoh yang dikolaborasikan dengan fragmentari. Namun pelaksanaan lomba ini sempat diwarnai protes para peserta karena pelaksanaan lomba molor sejam dari jadwal.
Pantauan NusaBali, para peserta pengarak ogoh-ogoh dan ogoh-ogohnya sudah berkumpul di areal Catus Pata Kota Semarapura dan depan Puri Agung Klungkung, sekitar pukul 15.00 Wita. Sesuai kesepakatan lomba dimulai pukul 16.00 Wita. Namun hingga waktu yang ditentukan peserta ogoh-ogoh nomor urut pertama dari Desa Satra, Kecamatan Klungkung, belum kompak hadir. “Pesertanya sedang perjalana ke sini,” ujar seorang warga dari Desa Satra.
Kondisi ini membuat peserta ogoh-ogoh lain protes kepada panitia karena mereka sudah menunggu cukup lama. Awalnya peserta nomor urut selanjutnya tidak mau tampil duluan, namun karena peserta urut pertama belum datang. Akhirnya panitia mengumpulkan semua koordinator ogoh-ogoh, kemudian diputuskan peserta dari Desa Satra mendapat nomor urut terakhir atau nomor 7.
Kabid Kesenian Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) Klungkung, I Komang Sukarya, tidak menampik peserta dari Desa Satra saat lomba dimulai, datang terlambat. Jelas dia, jika terlambat satu atau dua orang bisa saja karena faktor macet di jalan. Namun keterlambatan ini hampir pada semua peserta dari Desa Satra. “Sesuai kesepakatan saat pertemuan teknis dengan semua peserta, tidak ditentukan kalau terlambat harus didiskualifikasi,” ujarnya.
Sehingga peserta yang bersangkutan masih bisa berkompetisi, namun ditempatkan pada nomor urut terakhir. Kata dia, dampak dari keterlambatan tentu pelaksanaannya berlangsung hingga malam, terlebih setiap peserta mendapatkan pentas dengan durasi 20 menit. Selain itu peserta lainnya juga protes kepada panitia. “Tentu hal ini akan kami jadikan evaluasi ke depannya,” ujarnya.
Kata dia, lomba ogoh-ogoh ini dipusatkan di Jalan Untung Surapati, Semarapura, tepatnya di depan Monumen Puputan Klungkung. Start dari depan Puri Agung Klungkung, bergerak ke arah timur Catus Pata. Untuk menghindari penonton yang jatuh pingsan akibat cuaca panas dan berdesakan, maka pelaksaan kali ini digelar sekitar pukul 16.00 Wita. Kalau tahun sebelumnya digelar sekitar pukul 14.00 Wita. “Saat sore hari cuacanya tidak terlalu panas,” ujarnya. Selain itu, agar kabun di depan Kerta Gosa tidak rusak karena diinjak penonton, panitia memasang pagar pengaman.
Ketua Karang Taruna Desa Satra Dewa Perry mengaku keterlambatan ini sama sekali tidak ada unsur kesengajaan. Melainkan karena ada persoalan teknis saat persiapan tata rias. “Kami mengalami keterlambatan saat merias,” ujarnya. Dengan ditempatkan menjadi nomor urut terakhir, pihaknya tidak mempermasalahan hal tersebut.
Urutan peserta Lomba Ogoh-ogoh, Karang Taruna Ganeca, Desa Satra, Kecamatan Klungkung, membawakan tema Kebo Mahesantaka, mendapat nomor urut pertama. Namun teraiaa diubah menjadi nomor urut terkahir atau tujuh. Penampil pertama yakni peserta nomor urut kedua, Karang Taruna Saka Bhuana, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, dengan garapan Dalang Bricek. Selanjutnya sesuai pengundian sebelumnya, Karang Taruna Asta Gina, Desa Tangkas Kecamatan Klungkung, dengan garapan Watugunung. Peserta dari Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida, garapan cerita Ida Dalem Sawang. Karang Taruna Tri Satya Dharma, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, garapan cerita Brastaning Tatuka. Karang Taruna Bhala Akas, Desa Bakas, Kecamatan Banjarangkan, garapan cerita Kumbakarna Lina. Selanjutnya, Karang Taruna Guna, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, dengan tema yang sama dengan Desa Bakas yakni Kumbakarna Lina.*wan
1
Komentar