ST Yowana Murti Çakti Buat Kulkul Pajenengan
Sekaa Teruna (ST) Yowana Murti Çakti, Puri Agung, Kelurahan Kawan, Bangli, tahun ini membuat ogoh-ogoh berupa kulkul pajenengan.
BANGLI, NusaBali
Seniman ogoh-ogoh, Anak Agung Gde Anom Padmanaba, mengatakan kulkul pajenengan merupakan ciri khas Puri Bangli. Sebagai daya tarik, ditambahkan dua tokoh lain yakni Ki Gejen dan Ni Gejen. Pembuatan ogoh-ogoh ini diawali dengan matur piuning (pemberitahuan) di Pajenangan Puri Agung Bangli dan balai banjar setempat.
Anom Padmanaba mengatakan, ogoh-ogoh berupa kulkul pajenengan dibuat agar ada tema baru. Ogoh-ogoh setinggi sekitar 8 meter tersebut masih dalam tahap finishing. “Dua hari lagi pasti selesai. Kami tambahkan pemanis dengan tambahan tokoh tua Ki Gejen dan Ni Gejen,” terang Agung Bobo sapaan akram Anom Padmanaba didampingi Ketua ST Yowana Murti Çakti, AA Gde Jordi Raharditya, Senin (12/3). Dijelaskan, tokoh Ki Gejen dan Ni Gejen terlihat keluar dari kulkul tersebut.
Dikatakan, proses pembuatan ogoh-ogoh ini dimulai pada 29 Januari 2018. Kerangka terbuat dari bambu dan pengerjaan dilakukan secara gotong royong. “Kami tidak menggunakan styrofoam,” jelasnya. Biaya pembuatan ogoh-ogoh ini mencapai Rp 15 juta. Sumber dana dari penjuan t-shirt dan punia. Pembuatan ogoh-ogoh lebih banyak dikerjalan saat malam hari. Ogoh-ogoh ini akan diarak di catus pata desa setempat. *e
Seniman ogoh-ogoh, Anak Agung Gde Anom Padmanaba, mengatakan kulkul pajenengan merupakan ciri khas Puri Bangli. Sebagai daya tarik, ditambahkan dua tokoh lain yakni Ki Gejen dan Ni Gejen. Pembuatan ogoh-ogoh ini diawali dengan matur piuning (pemberitahuan) di Pajenangan Puri Agung Bangli dan balai banjar setempat.
Anom Padmanaba mengatakan, ogoh-ogoh berupa kulkul pajenengan dibuat agar ada tema baru. Ogoh-ogoh setinggi sekitar 8 meter tersebut masih dalam tahap finishing. “Dua hari lagi pasti selesai. Kami tambahkan pemanis dengan tambahan tokoh tua Ki Gejen dan Ni Gejen,” terang Agung Bobo sapaan akram Anom Padmanaba didampingi Ketua ST Yowana Murti Çakti, AA Gde Jordi Raharditya, Senin (12/3). Dijelaskan, tokoh Ki Gejen dan Ni Gejen terlihat keluar dari kulkul tersebut.
Dikatakan, proses pembuatan ogoh-ogoh ini dimulai pada 29 Januari 2018. Kerangka terbuat dari bambu dan pengerjaan dilakukan secara gotong royong. “Kami tidak menggunakan styrofoam,” jelasnya. Biaya pembuatan ogoh-ogoh ini mencapai Rp 15 juta. Sumber dana dari penjuan t-shirt dan punia. Pembuatan ogoh-ogoh lebih banyak dikerjalan saat malam hari. Ogoh-ogoh ini akan diarak di catus pata desa setempat. *e
1
Komentar