Tak Ada Risiko Depresiasi ke Rp 15.000
Bank Indonesia mengaku belum melihat adanya potensi level depresiasi nilai tukar rupiah ke Rp15 ribu per dolar AS.
JAKARTA, NusaBali
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi di Jakarta, Rabu (14/3), mengatakan saat ini fundamental ekonomi Indonesia cukup terjaga baik, yang terlihat dari laju inflasi di sasaran 2,5-4,5 persen (tahun ke tahun/yoy), defisit neraca transaksi pembayaran yang dijaga di 2,-2,5 persen PDB dan juga prospek pemulihan pertumbuhan ekonomi.
Jika ada proyeksi dari lembaga di luar BI mengenai depresiasi rupiah yang dalam, kata Doddy, angka yang muncul hanya merupakan angka psikologis berdasarkan uji ketahanan (stress test). "Tidak melihat risiko ke arah sana, dari sisi nilai tukar. Dengan kondisi fundamental sekarang, berapapun yang angka psikologis yang muncul, secara fundamental, tidak akan terjadi," kata Doddy menjawab pertanyaan mengenai proyeksi rupiah bisa melemah ke Rp15 ribu per dolar AS yang disebutkan analis lembaga pemeringkat Standard and Poor's.
Doddy mengatakan angka depresiasi tersebut bukan sebuah proyeksi. Angka yang muncul dari uji ketahanan biasanya berdasarkan pengalaman depresiasi yang pernah terjadi.
"Siapapun bisa bicara. Nilai tukar sensitif bagi ekonomi. Level itu semacam psikologis dan kami memandang berapapun level itu, itu adalah level psikologis yang mengacu ke kejadian sebelumnya, ke angka tertinggi yang pernah terjadi," katanya.
Saat ini posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp13.700 per dolar AS. Menurut Doddy, nilai tersebut sudah tidak mencerminkan fundamental perekonomian Indonesia.
"Level sekarang menurut penilaian kami bukan sesuai fundamental. Bisa menguat harusnya, sekarang sudah menguat tapi belum sesuai fundamental. Harus lebih kuat dari posisi sekarang," ujarnya.
Beberapa faktor yang menentukan nilai fundamental perekonomian adalah defisit transaksi berjalan yang diperkirakan terjaga di 2-2,5 persen PDB tahun ini dan inflasi yang masih di sasaran 2,5-4,5 persen (yoy). Serta pertumbuhan ekonomi yang diprediksi lebih baik dan berada di kisaran 5,1-5,5 persen (yoy) di tahun ini.
Sejak 1 Maret hingga 14 Maret, kurs rupiah terdepresiasi sebesar 0,27 persen (month to date). Jika dihitung sejak 1 Januari hingga 1 Maret 2018, rupiah terdepresiasi 1,5 persen.*ant
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi di Jakarta, Rabu (14/3), mengatakan saat ini fundamental ekonomi Indonesia cukup terjaga baik, yang terlihat dari laju inflasi di sasaran 2,5-4,5 persen (tahun ke tahun/yoy), defisit neraca transaksi pembayaran yang dijaga di 2,-2,5 persen PDB dan juga prospek pemulihan pertumbuhan ekonomi.
Jika ada proyeksi dari lembaga di luar BI mengenai depresiasi rupiah yang dalam, kata Doddy, angka yang muncul hanya merupakan angka psikologis berdasarkan uji ketahanan (stress test). "Tidak melihat risiko ke arah sana, dari sisi nilai tukar. Dengan kondisi fundamental sekarang, berapapun yang angka psikologis yang muncul, secara fundamental, tidak akan terjadi," kata Doddy menjawab pertanyaan mengenai proyeksi rupiah bisa melemah ke Rp15 ribu per dolar AS yang disebutkan analis lembaga pemeringkat Standard and Poor's.
Doddy mengatakan angka depresiasi tersebut bukan sebuah proyeksi. Angka yang muncul dari uji ketahanan biasanya berdasarkan pengalaman depresiasi yang pernah terjadi.
"Siapapun bisa bicara. Nilai tukar sensitif bagi ekonomi. Level itu semacam psikologis dan kami memandang berapapun level itu, itu adalah level psikologis yang mengacu ke kejadian sebelumnya, ke angka tertinggi yang pernah terjadi," katanya.
Saat ini posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp13.700 per dolar AS. Menurut Doddy, nilai tersebut sudah tidak mencerminkan fundamental perekonomian Indonesia.
"Level sekarang menurut penilaian kami bukan sesuai fundamental. Bisa menguat harusnya, sekarang sudah menguat tapi belum sesuai fundamental. Harus lebih kuat dari posisi sekarang," ujarnya.
Beberapa faktor yang menentukan nilai fundamental perekonomian adalah defisit transaksi berjalan yang diperkirakan terjaga di 2-2,5 persen PDB tahun ini dan inflasi yang masih di sasaran 2,5-4,5 persen (yoy). Serta pertumbuhan ekonomi yang diprediksi lebih baik dan berada di kisaran 5,1-5,5 persen (yoy) di tahun ini.
Sejak 1 Maret hingga 14 Maret, kurs rupiah terdepresiasi sebesar 0,27 persen (month to date). Jika dihitung sejak 1 Januari hingga 1 Maret 2018, rupiah terdepresiasi 1,5 persen.*ant
1
Komentar