Mapepada Wewalungan dan Bumi Sudha di Pura Besakih
Jelang Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh, umat Hindu di Kecamatan Rendang, Karangasem menggelar upacara Mapepada Wewalungan dan Bumi Sudha di Bencingah Agung Pura Besakih, Banjar Besakih Kangin, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem, pada Wraspati Wage Watugunung, Kamis (15/3).
AMLAPURA, NusaBali
Upacara ini dipuput Ida Pedanda Gede Jelantik Dwaja dari Gria Jelantik, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, dan Ida Pedanda Wayan Tianyar dari Gria Menara, Banjar Punia, Desa Sinduwati, Kecamatan Sidemen, Karangasem.
Sebelum itu, kedua pedanda melepas seluruh prani (sukma) wewalungan guna mengembalikan ke Sang Maha Pencipta untuk dijadikan hewan kurban. Selanjutnya upacara Bumi Sudha dipuput Ida Pedanda Gede Jelantik Dwaja yang merupakan kegiatan menyucikan mandala upacara. Penyucian terhadap sembilan kiblat penjuru bumi atau nawasanga. Prosesi itu merupakan pengecilan mandala upacara dengan ukuran 1 meter x 1 meter diawali membuat garis di arah timur atau airsanya hingga ke sembilan mata angin. Setiap arah mata angin disucikan melalui puja Ida Pedanda.
Prosesi berlanjut pembersihan mandala dengan keliling tempat upacara Karya Tawur Agung Tabuh Gentuh dilakukan para pamangku disusul malukat (membersihkan) seluruh wewalungan yang akan diupacarai. Seluruh pamedek melakukan pamuspan dikoordinasikan I Gusti Mangku Jana, pamangku di Pura Penataran Agung Besakih. Terakhir mapepada wewalungan dengan mengelilingkan wewalungan di mandala. Jro Mangku Suyasa mengatakan, mapepada wewalungan untuk membersihkan seluruh unsur wewalungan sebelum dijadikan kurban. Wewalungan yang dipakai yakni seekor godel (anak sapi(, kerbau, kambing, dua angsa, dua menjangan, anjing, bebek, dan lainnya.
Jro Mangku Suyasa menambahkan, wewalungan diupacarai sebelum jadi pelengkap upacara dibunuh dua kali. Pertama dibunuh melalui supat dan lukat yakni membunuh kurban secara bathin melalui puja Ida Pedanda. Kemudian wewalungan tersebut berlanjut dibunuh secara fisik, disemblih untuk digunakan pelengkap banten caru Bhuta Yadnya kaitan nyomia buta kala dan banten Dewa Yadnya. “Dengan harapan kurban yang digunakan upacara, kelak statusnya meningkat. Berharap nanti reinkarnasi menjadi manusia,” kata Jro Mangku Suyasa.
Dijelaskan, Karya Tawur Agung puncaknya pada Sukra Kliwon Watugunung, Jumat (16/3) di Bencingah Agung Pura Besakih. Sedangkan puncak Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (31/3). Sebelum puncak karya, dilaksanakan nuur tirtha lan nedunang Ida Bhatara pada Buda Paing Landep, Rabu (28/3), mlasti ke beji Tegal Suci Banjar Tegenan, Desa Menanga, Kecamatan Rendang pada Wraspati Pon Landep, Kamis (29/3), mapepada lan memben Karya Agung pada Sukra Wage Landep, Jumat (30/3). *k16
Sebelum itu, kedua pedanda melepas seluruh prani (sukma) wewalungan guna mengembalikan ke Sang Maha Pencipta untuk dijadikan hewan kurban. Selanjutnya upacara Bumi Sudha dipuput Ida Pedanda Gede Jelantik Dwaja yang merupakan kegiatan menyucikan mandala upacara. Penyucian terhadap sembilan kiblat penjuru bumi atau nawasanga. Prosesi itu merupakan pengecilan mandala upacara dengan ukuran 1 meter x 1 meter diawali membuat garis di arah timur atau airsanya hingga ke sembilan mata angin. Setiap arah mata angin disucikan melalui puja Ida Pedanda.
Prosesi berlanjut pembersihan mandala dengan keliling tempat upacara Karya Tawur Agung Tabuh Gentuh dilakukan para pamangku disusul malukat (membersihkan) seluruh wewalungan yang akan diupacarai. Seluruh pamedek melakukan pamuspan dikoordinasikan I Gusti Mangku Jana, pamangku di Pura Penataran Agung Besakih. Terakhir mapepada wewalungan dengan mengelilingkan wewalungan di mandala. Jro Mangku Suyasa mengatakan, mapepada wewalungan untuk membersihkan seluruh unsur wewalungan sebelum dijadikan kurban. Wewalungan yang dipakai yakni seekor godel (anak sapi(, kerbau, kambing, dua angsa, dua menjangan, anjing, bebek, dan lainnya.
Jro Mangku Suyasa menambahkan, wewalungan diupacarai sebelum jadi pelengkap upacara dibunuh dua kali. Pertama dibunuh melalui supat dan lukat yakni membunuh kurban secara bathin melalui puja Ida Pedanda. Kemudian wewalungan tersebut berlanjut dibunuh secara fisik, disemblih untuk digunakan pelengkap banten caru Bhuta Yadnya kaitan nyomia buta kala dan banten Dewa Yadnya. “Dengan harapan kurban yang digunakan upacara, kelak statusnya meningkat. Berharap nanti reinkarnasi menjadi manusia,” kata Jro Mangku Suyasa.
Dijelaskan, Karya Tawur Agung puncaknya pada Sukra Kliwon Watugunung, Jumat (16/3) di Bencingah Agung Pura Besakih. Sedangkan puncak Karya Agung Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih pada Saniscara Kliwon Landep, Sabtu (31/3). Sebelum puncak karya, dilaksanakan nuur tirtha lan nedunang Ida Bhatara pada Buda Paing Landep, Rabu (28/3), mlasti ke beji Tegal Suci Banjar Tegenan, Desa Menanga, Kecamatan Rendang pada Wraspati Pon Landep, Kamis (29/3), mapepada lan memben Karya Agung pada Sukra Wage Landep, Jumat (30/3). *k16
1
Komentar