Keracunan, Ibu Hamil Dipaksa Melahirkan
Inilah sepenggal kisah di balik keracunan massal yang menimpa 100 krama Banjar Mudita, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar usai santap nasi bungkus yang dibagikan setelah prosesi pengarakan ogoh-ogoh saat Pangrupukan Nyepi Tahun Baru Saka 1940, Jumat (16/3) malam.
GIANYAR, NusaBali
Salah satu korban keracunan yang dalam kondisi hamil tua, Anak Agung Istri Wina Laksmi, 29, justru dipaksa melahirkan saat dalam perawatan di RSUD Sanjiwani Gianyar, Minggu (18/3) sore pukul 15.40 Wita.
Bayi laki-laki yang dilahirkan Gung Istri Wina Laksmi melalui operasi caesar, Minggu sore, lahir dengan berat 3,3 kg. Bayi yang merupakan anak ketiga Gung Istri Wina dari pernikahannya dengan Tjokorda Gde Bagus Darmayana, 32, tersebut dilahirkan paksa melalui operasi caesar karena ibundanya mengalami panas badan tinggi akibat keracunan.
Usai persalinan melalui operasi caesar yang ditangani dr Rudi Susanta SpOg, Gung Istri Wina kemarin petang dirawat di Ruang ICU RSUD Sanjiwani Gianyar. Saat ditemui NusaBali, Gung Istri Wina sempat menceritakan perihal keracunan massal di mana dirinya ikut jadi korban.
Menurut ibu tiga anak berusia 29 tahun ini, dirinya ikut keracunan dengan tanda-tanda mual, mules, hingga diare setelah makan nasi bungkus pemberian suaminya, Tjok Bagus Darmayana seusai pengarakan ogoh-ogoh di Banjar Mudita, Desa Sukawati, Jumat malam sekitar pukul 23.30 Wita. Suaminya juga makan nasi yang sama malam itu pukul 23.00 Wita.
Keesokan harinya, pas saat Nyepi Tahun Baru Saka 1940, Sabtu (17/3) pagi sekitar pukul 06.30 Wita, sang suami lebih dulu mengalami diare. Disusul kemudian Gung Istri Wina mengalami gejala serupa sekitar pukul 10.00 Wita.
Gung Istri Wina mengisahkan, sebetulnya pada malam Pangerupukan Nyepi itu dirinya mau makan roti. Namun, dia kemudian santap nasi bungkus yang semula akan diberikan kepada mertuanya, lantaran sang mertua sudah tidur. “Anak saya juga sudah tidur. Kalau belum tidur, pasti ikut makan nasi bungkus itu. Makanya, saya bersyukur anak-anak tidak ikut keracunan,” papar Gung Istri Wina.
Karena mengalami gejala keracuan, pasangan suami istri (pasutri) Tjok Bagus Darmayana dan Gung Istri Wina sempat dirawat jalan ke RS Ari Santi di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, Sabtu pagi. Namun, siangnya sekitar pukul 12.00 Wita, mereka langsung dirujuk ke RSUD Sanjiwani Gianyar, karena kondisinya tak kunjung membaik.
Menurut Gung Istri Wina, setelah dirawat di RSUD Sanjiwani akibat keracunan nasi bungkus, panas badannya naik jadi 38,9 derajat celsius. Naiknya suhu badan memicu terjadinya bukaan kehamilannya, berupa keluarnya lendir dari vagina. Nah, dr Rudi Susanta yang menangani kehamilannya menyatakan Gung Istri Wina harus segera diambil tindakan operasi, guna menyelamatkan bayinya. Padahal, bayi dalam kandungannya semula diperkirakan baru akan lahir 1 April 2018 nanti.
Gung Istri Wina sendiri tampak bahagia, meskipun kondisinya belum pulih akibat keracunan dan operasi caesar. Dia bahagia karena melahirkan anak ketiga laki-laki. Menurut Gung Istri Wina, dua anak pertamanya perempuan, yakni Tjokorda Istri Agung Laksmi Dewi, 7, dan Tjokorda Istri Kartika Candra Devi, 3,5. Keduannya juga lahir dengan cara operasi caesar.
Gung Istri Wina mengaku tak punya firasat akan jadi korban keracunan, hingga bayinya dipaksa dilahirnya melalui operasi caesar. Saat hamil, perempuan asal Desa Serongga, Kecamatan Gianyar ini mengaku pernah bermimpi aneh, bertemu sosok tua. Dalam mimpinya, sosok tua itu berpesan agar nama anaknya yang ketiga ini menggunakan kata ‘Adnyana’.
“Mimpi aneh ini belum pernah saya bilang ke suami, karena nggak tahu apakah anak ketiga lahir laki-laki atau perempuan. Sedangkan nama ‘Adnyana’ itu biasanya kan untuk anak laki-laki,” jelas Gung Istri Wina yang kesehariannya sebagai pegawai kontrak di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar.
Dikonfirmasi terpisah, suami dari Ging Istri Wina, yakni Tjok Bagus Darmayana, mengaku sempat bingung istrinya harus dipoerasi caesar dalam kondisi keracunan. Lagipula, Tjok Bagus Darmayana juga sedang dirawat di RSUD Sanjiawani Gianyar karena ikut jadi korban keracunan.
“Saya jadi bingung. Karena istri saya harus dioperasi dalam kondisi keracunan. Saya juga belum siap apa-apa, terutama untuk kelahiran bayi saya,” ungkap sang suami, Tjok Bagus Darmayana saat dihubungi NusaBali di ruang perawatan terpisah yakni Ruangan Ayodya RSUD Sanjiwani, Minggu petang. Menurut karyawan salah satu BPR di Gianyar ini, pihaknya belum sempat membuatkan nama untuk anaknya yang baru lahir itu.
Sementara itu, Tjok Bagus Darmayana dan istrinya, Ging Istri Wina, sempat dijenguk kerabatnya yang tokoh Puri Agung Ubud, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, di RSUD Sanjiwani Gianyar, Minggu sore pukul 16.30 Wita. Bukan hanya mereka yang dijenguk Cok Ace, namun juga puluhan pasien korban keracunan nasi bungkus lainnya.
Beberapa menit setelah Cok Ace yang Cawagub Bali pendamping Wayan Koster meninggalkan RSUD Sanjiwani, tokoh Puri Agung Ubud lainnya, Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah, juga datang menjenguk korban keracunan di tempat yang sama. Sepulang Cok Ibah, giliran Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gianyar, I Wayan Kujus Pawitra, menjenguk Gung Istri Wina. *lsa
Bayi laki-laki yang dilahirkan Gung Istri Wina Laksmi melalui operasi caesar, Minggu sore, lahir dengan berat 3,3 kg. Bayi yang merupakan anak ketiga Gung Istri Wina dari pernikahannya dengan Tjokorda Gde Bagus Darmayana, 32, tersebut dilahirkan paksa melalui operasi caesar karena ibundanya mengalami panas badan tinggi akibat keracunan.
Usai persalinan melalui operasi caesar yang ditangani dr Rudi Susanta SpOg, Gung Istri Wina kemarin petang dirawat di Ruang ICU RSUD Sanjiwani Gianyar. Saat ditemui NusaBali, Gung Istri Wina sempat menceritakan perihal keracunan massal di mana dirinya ikut jadi korban.
Menurut ibu tiga anak berusia 29 tahun ini, dirinya ikut keracunan dengan tanda-tanda mual, mules, hingga diare setelah makan nasi bungkus pemberian suaminya, Tjok Bagus Darmayana seusai pengarakan ogoh-ogoh di Banjar Mudita, Desa Sukawati, Jumat malam sekitar pukul 23.30 Wita. Suaminya juga makan nasi yang sama malam itu pukul 23.00 Wita.
Keesokan harinya, pas saat Nyepi Tahun Baru Saka 1940, Sabtu (17/3) pagi sekitar pukul 06.30 Wita, sang suami lebih dulu mengalami diare. Disusul kemudian Gung Istri Wina mengalami gejala serupa sekitar pukul 10.00 Wita.
Gung Istri Wina mengisahkan, sebetulnya pada malam Pangerupukan Nyepi itu dirinya mau makan roti. Namun, dia kemudian santap nasi bungkus yang semula akan diberikan kepada mertuanya, lantaran sang mertua sudah tidur. “Anak saya juga sudah tidur. Kalau belum tidur, pasti ikut makan nasi bungkus itu. Makanya, saya bersyukur anak-anak tidak ikut keracunan,” papar Gung Istri Wina.
Karena mengalami gejala keracuan, pasangan suami istri (pasutri) Tjok Bagus Darmayana dan Gung Istri Wina sempat dirawat jalan ke RS Ari Santi di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, Sabtu pagi. Namun, siangnya sekitar pukul 12.00 Wita, mereka langsung dirujuk ke RSUD Sanjiwani Gianyar, karena kondisinya tak kunjung membaik.
Menurut Gung Istri Wina, setelah dirawat di RSUD Sanjiwani akibat keracunan nasi bungkus, panas badannya naik jadi 38,9 derajat celsius. Naiknya suhu badan memicu terjadinya bukaan kehamilannya, berupa keluarnya lendir dari vagina. Nah, dr Rudi Susanta yang menangani kehamilannya menyatakan Gung Istri Wina harus segera diambil tindakan operasi, guna menyelamatkan bayinya. Padahal, bayi dalam kandungannya semula diperkirakan baru akan lahir 1 April 2018 nanti.
Gung Istri Wina sendiri tampak bahagia, meskipun kondisinya belum pulih akibat keracunan dan operasi caesar. Dia bahagia karena melahirkan anak ketiga laki-laki. Menurut Gung Istri Wina, dua anak pertamanya perempuan, yakni Tjokorda Istri Agung Laksmi Dewi, 7, dan Tjokorda Istri Kartika Candra Devi, 3,5. Keduannya juga lahir dengan cara operasi caesar.
Gung Istri Wina mengaku tak punya firasat akan jadi korban keracunan, hingga bayinya dipaksa dilahirnya melalui operasi caesar. Saat hamil, perempuan asal Desa Serongga, Kecamatan Gianyar ini mengaku pernah bermimpi aneh, bertemu sosok tua. Dalam mimpinya, sosok tua itu berpesan agar nama anaknya yang ketiga ini menggunakan kata ‘Adnyana’.
“Mimpi aneh ini belum pernah saya bilang ke suami, karena nggak tahu apakah anak ketiga lahir laki-laki atau perempuan. Sedangkan nama ‘Adnyana’ itu biasanya kan untuk anak laki-laki,” jelas Gung Istri Wina yang kesehariannya sebagai pegawai kontrak di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar.
Dikonfirmasi terpisah, suami dari Ging Istri Wina, yakni Tjok Bagus Darmayana, mengaku sempat bingung istrinya harus dipoerasi caesar dalam kondisi keracunan. Lagipula, Tjok Bagus Darmayana juga sedang dirawat di RSUD Sanjiawani Gianyar karena ikut jadi korban keracunan.
“Saya jadi bingung. Karena istri saya harus dioperasi dalam kondisi keracunan. Saya juga belum siap apa-apa, terutama untuk kelahiran bayi saya,” ungkap sang suami, Tjok Bagus Darmayana saat dihubungi NusaBali di ruang perawatan terpisah yakni Ruangan Ayodya RSUD Sanjiwani, Minggu petang. Menurut karyawan salah satu BPR di Gianyar ini, pihaknya belum sempat membuatkan nama untuk anaknya yang baru lahir itu.
Sementara itu, Tjok Bagus Darmayana dan istrinya, Ging Istri Wina, sempat dijenguk kerabatnya yang tokoh Puri Agung Ubud, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, di RSUD Sanjiwani Gianyar, Minggu sore pukul 16.30 Wita. Bukan hanya mereka yang dijenguk Cok Ace, namun juga puluhan pasien korban keracunan nasi bungkus lainnya.
Beberapa menit setelah Cok Ace yang Cawagub Bali pendamping Wayan Koster meninggalkan RSUD Sanjiwani, tokoh Puri Agung Ubud lainnya, Tjokorda Raka Kerthyasa alias Cok Ibah, juga datang menjenguk korban keracunan di tempat yang sama. Sepulang Cok Ibah, giliran Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gianyar, I Wayan Kujus Pawitra, menjenguk Gung Istri Wina. *lsa
Komentar