Dua Putra Bali Terima Gelar Doktor Honoris Causa di India
Gus Susena dan Gus Indra Dinilai Berperan di Bidang Sosial Keumatan
DENPASAR, NusaBali
Dua putra Bali, Ida Bagus Ketut Susena, 50, dan BR Agus Indra Udayana, 49, memperoleh gelar Doktor Honoris Causa di Bangalore, India, Minggu (11/3), dalam acara yang digagas Aasta Foundation Trust, University Of Swahili dan Lembaga Swadaya Masyarakat RSVVM India. Keduanya dinilai memiliki peran dalam bidang sosial keumatan dan mendedikasikan diri pada kemajuan Hindu.
Ajang penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Doctor of Philosophy - Ph.D.h.c) diberikan kepada 11 orang dari berbagai komunitas dan profesional baik yang ada di India maupun di luar India khususnya di Indonesia. Aasta Foundation Trust telah menyeleksi banyak kandidat untuk menerima gelar ini. Mereka memantau dan mencari para pekerja sosial yang sudah bekerja dan berjuang tanpa pamrih dalam kapasitas pribadi maupun organisasi.
Khusus untuk Ida Bagus Susena maupun BR Indra Udayana, adalah dua aktifis sosial keumatan yang sudah lama diusulkan untuk menerima gelar doktor kehormatan. Baik IB Susena maupun Indra Udayana memiliki peran banyak dalam meningkatkan kualitas kehidupan pada umat Hindu yang kurang beruntung dan yang harus berjuang untuk hidup mereka. Mereka dipandang hadir di kehidupan sosial dengan tanpa mengharapkan pamrih dan tanpa memerlukan penghargaan formal. Selain IB Susena dan Indra Udayana, artis Anjasmara Prasetya juga menerima penghargaan sebagai Guru Yoga yang dikenal masyarakat di Indonesia.
Setelah beberapa kali berkoordinasi dan berkomunikasi secara intens dengan University of Swahili, akhirnya kedua putra terbaik Bali ini pun diterima oleh University Of Swahili untuk menerima gelar doktor kehormatan tersebut untuk tahun ini. Ida Bagus Ketut Susena mengapresiasi penghargaan yang diberikan olehnya dari institusi maupun lembaga pendidikan di India.
International Director of University of Swahili, Dr Subramaniam, sebagaimana disampaikan IB Susena, mengatakan bahwa ini merupakan komitmen universitasnya untuk memberikan perhatian pada para pekerja sosial kemanusiaan baik di India maupun di luar India, termasuk Indonesia. Pada acara penghargaan tersebut, hadir pula Anggota Parlemen India dari Basti, Uttar Pradesh, Sri Harish Dwivedi, yang sekaligus sebagai tamu kehormatan pada event tersebut.
“Saya mengapresiasi penghargaan ini. Karena menurut saya, sangat jarang institusi pendidikan memberikan apresiasi kepada para pekerja sosial. Penting bekerjasama kepada semua pihak baik di dalam negeri India maupun di luar negeri. Apalagi secara khusus beliau menyebut Indonesia sebagai saudara dekat India dalam catatan sejarah perkembangan Hindu,” ungkapnya Senin (19/3).
Ida Bagus Ketut Susena dikenal sebagai pimpinan organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) yang bergerak di bidang keumatan khususnya yang terkait dengan pelayanan sosial keumatan. Puskor Hindunesia dirintisnya 15 tahun lalu bersama para relawan dharma dengan melakukan tiga gerakan sekaligus. “Gerakan tersebut mulai dari perjuangan keumatan, sosial kemanusiaan dan pemberdayaan untuk kalangan yang kurang mampu secara ekonomi. Gerakan ini dinamai gerakan three in one,” jelas pria yang akrab disapa Gus Susena asal Desa Batuagung, Jembrana ini.
Lanjutnya, komunitas Hindunesia (sebutan untuk Hindu di Indonesia, red) sudah banyak melahirkan kader-kader relawan dharma yang tangguh, memiliki idealisme kuat dan mau mengabdikan diri mereka untuk pelayanan dharma (sewaka dharma). “Ini jadi spirit kami untuk mengembangkan pelayanan sosial kepada umat di Indonesia,” imbuhnya.
Sementara BR Indra Udayana, dikenal sebagai pendiri dan pengelola Ashram Gandhi Puri, di Desa Paksebali, Klungkung, yang mengabdikan diri untuk mencetak SDM Hindu dan menampung banyak siswa binaan terutama yang kurang mampu untuk dididik dengan metode dan konsep Vedanta. Banyak pemuda-pemuda tangguh yang dibina dan paham akan Veda, hingga mencapai pendidikan tinggi. Selain itu, Ashram Gandhi juga menjadi salah satu Ashram yang dikenal mengusung toleransi dan multikultur, karena berbagai tokoh nasional dan internasional sering mengadakan acara di sana.
Dikonfirmasi terpisah, Indra Udayana mengaku penghargaan ini akan dipersembahkan kepada kedua orang tuanya. “Penghargaan ini saya persembahkan pada Ibunda (alm) dan Ayahnda saya yang banyak menyemangati sekaligus menuntun perjalanan saya dalam laboratorium kehidupan Ashram Gandhi Puri yang saya bangun sebagai Karmabhoomi,” ucap pria asal Klungkung ini.
Meskipun dirinya tak pernah mengharapkan penghargaan tersebut dalam menjalankan misinya, namun pria yang akrab disapa Gus Indra ini mengaku bangga pekerja sosial kini mendapatkan tempat di dunia pendidikan. Pada prinsipnya, siapapun bisa melakukan hal atau kegiatan positif dengan mengaplikasikannya kepada masyarakat sehingga bisa menginspirasi semua orang.*ind
Ajang penganugerahan gelar Doktor Kehormatan (Doctor of Philosophy - Ph.D.h.c) diberikan kepada 11 orang dari berbagai komunitas dan profesional baik yang ada di India maupun di luar India khususnya di Indonesia. Aasta Foundation Trust telah menyeleksi banyak kandidat untuk menerima gelar ini. Mereka memantau dan mencari para pekerja sosial yang sudah bekerja dan berjuang tanpa pamrih dalam kapasitas pribadi maupun organisasi.
Khusus untuk Ida Bagus Susena maupun BR Indra Udayana, adalah dua aktifis sosial keumatan yang sudah lama diusulkan untuk menerima gelar doktor kehormatan. Baik IB Susena maupun Indra Udayana memiliki peran banyak dalam meningkatkan kualitas kehidupan pada umat Hindu yang kurang beruntung dan yang harus berjuang untuk hidup mereka. Mereka dipandang hadir di kehidupan sosial dengan tanpa mengharapkan pamrih dan tanpa memerlukan penghargaan formal. Selain IB Susena dan Indra Udayana, artis Anjasmara Prasetya juga menerima penghargaan sebagai Guru Yoga yang dikenal masyarakat di Indonesia.
Setelah beberapa kali berkoordinasi dan berkomunikasi secara intens dengan University of Swahili, akhirnya kedua putra terbaik Bali ini pun diterima oleh University Of Swahili untuk menerima gelar doktor kehormatan tersebut untuk tahun ini. Ida Bagus Ketut Susena mengapresiasi penghargaan yang diberikan olehnya dari institusi maupun lembaga pendidikan di India.
International Director of University of Swahili, Dr Subramaniam, sebagaimana disampaikan IB Susena, mengatakan bahwa ini merupakan komitmen universitasnya untuk memberikan perhatian pada para pekerja sosial kemanusiaan baik di India maupun di luar India, termasuk Indonesia. Pada acara penghargaan tersebut, hadir pula Anggota Parlemen India dari Basti, Uttar Pradesh, Sri Harish Dwivedi, yang sekaligus sebagai tamu kehormatan pada event tersebut.
“Saya mengapresiasi penghargaan ini. Karena menurut saya, sangat jarang institusi pendidikan memberikan apresiasi kepada para pekerja sosial. Penting bekerjasama kepada semua pihak baik di dalam negeri India maupun di luar negeri. Apalagi secara khusus beliau menyebut Indonesia sebagai saudara dekat India dalam catatan sejarah perkembangan Hindu,” ungkapnya Senin (19/3).
Ida Bagus Ketut Susena dikenal sebagai pimpinan organisasi Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) yang bergerak di bidang keumatan khususnya yang terkait dengan pelayanan sosial keumatan. Puskor Hindunesia dirintisnya 15 tahun lalu bersama para relawan dharma dengan melakukan tiga gerakan sekaligus. “Gerakan tersebut mulai dari perjuangan keumatan, sosial kemanusiaan dan pemberdayaan untuk kalangan yang kurang mampu secara ekonomi. Gerakan ini dinamai gerakan three in one,” jelas pria yang akrab disapa Gus Susena asal Desa Batuagung, Jembrana ini.
Lanjutnya, komunitas Hindunesia (sebutan untuk Hindu di Indonesia, red) sudah banyak melahirkan kader-kader relawan dharma yang tangguh, memiliki idealisme kuat dan mau mengabdikan diri mereka untuk pelayanan dharma (sewaka dharma). “Ini jadi spirit kami untuk mengembangkan pelayanan sosial kepada umat di Indonesia,” imbuhnya.
Sementara BR Indra Udayana, dikenal sebagai pendiri dan pengelola Ashram Gandhi Puri, di Desa Paksebali, Klungkung, yang mengabdikan diri untuk mencetak SDM Hindu dan menampung banyak siswa binaan terutama yang kurang mampu untuk dididik dengan metode dan konsep Vedanta. Banyak pemuda-pemuda tangguh yang dibina dan paham akan Veda, hingga mencapai pendidikan tinggi. Selain itu, Ashram Gandhi juga menjadi salah satu Ashram yang dikenal mengusung toleransi dan multikultur, karena berbagai tokoh nasional dan internasional sering mengadakan acara di sana.
Dikonfirmasi terpisah, Indra Udayana mengaku penghargaan ini akan dipersembahkan kepada kedua orang tuanya. “Penghargaan ini saya persembahkan pada Ibunda (alm) dan Ayahnda saya yang banyak menyemangati sekaligus menuntun perjalanan saya dalam laboratorium kehidupan Ashram Gandhi Puri yang saya bangun sebagai Karmabhoomi,” ucap pria asal Klungkung ini.
Meskipun dirinya tak pernah mengharapkan penghargaan tersebut dalam menjalankan misinya, namun pria yang akrab disapa Gus Indra ini mengaku bangga pekerja sosial kini mendapatkan tempat di dunia pendidikan. Pada prinsipnya, siapapun bisa melakukan hal atau kegiatan positif dengan mengaplikasikannya kepada masyarakat sehingga bisa menginspirasi semua orang.*ind
1
Komentar