Suwasta Turun di Basis Lawan
Suwirta menyampaikan saat menjadi bupati sudah sering bolak-balik ke Desa Pikat, baik dalam upacara keagamaan, kundangan, bedah desa dan lainnya.
SEMARAPURA, NusaBali
Cabup-Cawabup Klungkung nomor urut 2 (dua) I Nyoman Suwirta-I Made Kasta (Paket Suwasta) diusung Gerindra-Golkar-Demokrat-NasDem menggelar simakrama saat masa kampanye di Banjar Gelogor, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung, Selasa (20/3) malam. Desa Pikat merupakan tanah kelahiran Cawabup nomor urut satu, I Ketut Mandia. Kendati simakrama di basis lawan pelaksanaan kampanye ini berlangsung aman dan kondusif.
Dukungan warga dan apresiasi atas prestasi saat Suwasta menjabat selama empat tahun belakangan ini pun diacungi jempol warga, sehingga mereka siap memberikan dukungan. Kedatangan Suwasta sekitar pukul 21.15 Wita tersebut sudah ditunggu oleh warga sekitar sejak pukul 19.00 Wita. Dalam simakrama itu dihadiri sekitar 200 warga. Bahkan para anggota sekaa teruna (ST) setempat terlihat mengenakan baju bertuliskan Getar Suwasta, khas baju Pemuda Suwasta. Menariknya di depan Banjar Gelogor juga banyak dari partai pendukung partai lawan yang menghiasi dua spanduk Suwasta di depan banjar tersebut. “Kita mencoba yakinkan masyarakat kalau demokrasi adalah pilihan, jangan sampai memberikan pilihan tanpa memilih. Makanya kemarin (Selasa) saya katakan saya menghargai di sini ada semeton yang maju, jangan sampai ada perdebatan,” pinta Suwirta.
Lebih lanjut Suwirta menyampaikan saat menjadi bupati sudah sering bolak-balik ke Desa Pikat, baik dalam upacara keagamaan, menghadari kundangan, bedah desa dan lainnya. Sehingga sudah saling mengenal dengan masyarakat setempat. “Kami tetap optimis pasti bisa, dengan kejernihan pikiran mereka kita sampaikan semua program-program kita,” ujar Suwirta. Untuk di Banjar Gelogor, pihaknya fokus program 100 0 100 karena Gelogor salah satu titik yang masih belum sepenuhnya mendapatkan air bersih.
Selain itu Suwirta juga menyampaikan program membiayai upacara Manusa dan Pitra Yadnya di masyarakat. Alasannya, setiap acara ngaben yang diadakan oleh kelompok masyarakat di Kabupaten Klungkung, dirinya selalu menyempatkan hadir. “Saat kehadiran itu saya berdialog dengan kelompok masyarakat,” katanya.
Alhasil dari dialognya tersebut menemui setiap kepala keluarga yang ikut ngaben massal urunan biaya berkisar Rp 5 juta-Rp 15 Juta. Yang tidak memilik dana tentunya akan meminjam. Sedangkan ada kelompok masyarakat lainnya bisa akses dana hibah bansos, tentunya itu tidak adil. “Agar tidak terjadi ketimpangan, pada periode 2, bila kami dipilih kembali oleh masyarakat Klungkung untuk menjadi Bupati dan wakil Bupati Klungkung, kami mencanangkan untuk membiayai upacara Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya,” ujar Suwirta.
Suwirta juga menjelaskan secara detail, teknis biaya akan diberikan kepada PHDI di setiap Kecamatan, seperti acara metatah massal dan sapuh leger massal yang telah berlangsung selama ini. Namun demikian biaya manusa Yadnya dan Pitra Yadnya tersebut tidak akan dibiayai secara keseluruhan oleh Pemkab, Suwirta beralasan, itu untuk memberikan kesempatan keluarga untuk ikut membiayai, memenuhi kewajiban sebagai pembayaran hutang kepada leluhur, yaitu Pitra Rna. *wan
Cabup-Cawabup Klungkung nomor urut 2 (dua) I Nyoman Suwirta-I Made Kasta (Paket Suwasta) diusung Gerindra-Golkar-Demokrat-NasDem menggelar simakrama saat masa kampanye di Banjar Gelogor, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung, Selasa (20/3) malam. Desa Pikat merupakan tanah kelahiran Cawabup nomor urut satu, I Ketut Mandia. Kendati simakrama di basis lawan pelaksanaan kampanye ini berlangsung aman dan kondusif.
Dukungan warga dan apresiasi atas prestasi saat Suwasta menjabat selama empat tahun belakangan ini pun diacungi jempol warga, sehingga mereka siap memberikan dukungan. Kedatangan Suwasta sekitar pukul 21.15 Wita tersebut sudah ditunggu oleh warga sekitar sejak pukul 19.00 Wita. Dalam simakrama itu dihadiri sekitar 200 warga. Bahkan para anggota sekaa teruna (ST) setempat terlihat mengenakan baju bertuliskan Getar Suwasta, khas baju Pemuda Suwasta. Menariknya di depan Banjar Gelogor juga banyak dari partai pendukung partai lawan yang menghiasi dua spanduk Suwasta di depan banjar tersebut. “Kita mencoba yakinkan masyarakat kalau demokrasi adalah pilihan, jangan sampai memberikan pilihan tanpa memilih. Makanya kemarin (Selasa) saya katakan saya menghargai di sini ada semeton yang maju, jangan sampai ada perdebatan,” pinta Suwirta.
Lebih lanjut Suwirta menyampaikan saat menjadi bupati sudah sering bolak-balik ke Desa Pikat, baik dalam upacara keagamaan, menghadari kundangan, bedah desa dan lainnya. Sehingga sudah saling mengenal dengan masyarakat setempat. “Kami tetap optimis pasti bisa, dengan kejernihan pikiran mereka kita sampaikan semua program-program kita,” ujar Suwirta. Untuk di Banjar Gelogor, pihaknya fokus program 100 0 100 karena Gelogor salah satu titik yang masih belum sepenuhnya mendapatkan air bersih.
Selain itu Suwirta juga menyampaikan program membiayai upacara Manusa dan Pitra Yadnya di masyarakat. Alasannya, setiap acara ngaben yang diadakan oleh kelompok masyarakat di Kabupaten Klungkung, dirinya selalu menyempatkan hadir. “Saat kehadiran itu saya berdialog dengan kelompok masyarakat,” katanya.
Alhasil dari dialognya tersebut menemui setiap kepala keluarga yang ikut ngaben massal urunan biaya berkisar Rp 5 juta-Rp 15 Juta. Yang tidak memilik dana tentunya akan meminjam. Sedangkan ada kelompok masyarakat lainnya bisa akses dana hibah bansos, tentunya itu tidak adil. “Agar tidak terjadi ketimpangan, pada periode 2, bila kami dipilih kembali oleh masyarakat Klungkung untuk menjadi Bupati dan wakil Bupati Klungkung, kami mencanangkan untuk membiayai upacara Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya,” ujar Suwirta.
Suwirta juga menjelaskan secara detail, teknis biaya akan diberikan kepada PHDI di setiap Kecamatan, seperti acara metatah massal dan sapuh leger massal yang telah berlangsung selama ini. Namun demikian biaya manusa Yadnya dan Pitra Yadnya tersebut tidak akan dibiayai secara keseluruhan oleh Pemkab, Suwirta beralasan, itu untuk memberikan kesempatan keluarga untuk ikut membiayai, memenuhi kewajiban sebagai pembayaran hutang kepada leluhur, yaitu Pitra Rna. *wan
Komentar