Karang Sewu Jadi Tempat Menggembalakan Sapi
Objek wisata Karang Sewu di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembarana, belakangan menjadi tempat menggembalakan sapi milik warga sekitar.
NEGARA, NusaBali
Keberadaan sapi-sapi itu pun dirasakan mengganggu kenyamanan wisatawan, dan mengganggu pemandangan objek wisata yang menawarkan keindahan alam tersebut.Seperti terpantau pada Minggu (18/3), belasan ekor sapi digembalakan tanpa diikat, sehingga berkeliaran di hamparan rumput objek wisata setempat. Bahkan, beberapa ekor sapi tampak berkeliaran mendekati sisi pantai setempat, yang biasanya dijadikan tempat wisatawan menikmati pemandangan alam sekitar. Terlebih, kotoran sapi juga bertebaran, sehingga terkesan jorok. “Harusnya paling tidak diikat, biar tidak mengganggu. Apalagi bau kotorannya,” ujar seorang pengunjung dari Negara.
Kasubag Tata Usaha (TU) TNBB Wiryawan, ketika dikonfirmasi, Rabu (21/3), tidak menampik keadaan tersebut. Menurutnya, sapi-sapi di Karang Sewu tersebut adalah ternak warga seputaran Gilimanuk. Tetapi warga yang betenak sapi tidak memiliki kandang, dan perilaku beternak secara liar tersebut sudah menjadi kebiasaan. “Sudah seperti kebiasaan warga. Perlahan kami lakukan penyuluhan kepada warga, dengan harapan ada kesadaran menjaga kenyaman dan kebersihan,” katanya.
Penyuluhan telah dilakukan sejak 2016 lalu, saat objek wisata Karang Sewu mulai ramai dikunjungi wisatawan. Terlebih ada kebijakan untuk memungut retribuasi masuk ke objek wisata setempat yang diberlakukan sejak 2017. “Dari penyuluhan yang kami lakukan, termasuk kami koordinasi dengan pihak kelurahan, mulai ada kesadaran. Dulu, bisa ada ratusan sapi dilepas di sana, dan sekarang sudah lumayan berkurang,” ujar Wiryawan.
Memasuki tahun 2019, pihaknya menargetkan sudah tidak ada lagi sapi warga berkeliaran di Karang Sewu. Tahun ini akan dilakukan penataan, dan warga diharapkan ikut mendukung pembangannya, minimal dengan ikut menjaga kebersihan wilayah sekitar. *ode
Keberadaan sapi-sapi itu pun dirasakan mengganggu kenyamanan wisatawan, dan mengganggu pemandangan objek wisata yang menawarkan keindahan alam tersebut.Seperti terpantau pada Minggu (18/3), belasan ekor sapi digembalakan tanpa diikat, sehingga berkeliaran di hamparan rumput objek wisata setempat. Bahkan, beberapa ekor sapi tampak berkeliaran mendekati sisi pantai setempat, yang biasanya dijadikan tempat wisatawan menikmati pemandangan alam sekitar. Terlebih, kotoran sapi juga bertebaran, sehingga terkesan jorok. “Harusnya paling tidak diikat, biar tidak mengganggu. Apalagi bau kotorannya,” ujar seorang pengunjung dari Negara.
Kasubag Tata Usaha (TU) TNBB Wiryawan, ketika dikonfirmasi, Rabu (21/3), tidak menampik keadaan tersebut. Menurutnya, sapi-sapi di Karang Sewu tersebut adalah ternak warga seputaran Gilimanuk. Tetapi warga yang betenak sapi tidak memiliki kandang, dan perilaku beternak secara liar tersebut sudah menjadi kebiasaan. “Sudah seperti kebiasaan warga. Perlahan kami lakukan penyuluhan kepada warga, dengan harapan ada kesadaran menjaga kenyaman dan kebersihan,” katanya.
Penyuluhan telah dilakukan sejak 2016 lalu, saat objek wisata Karang Sewu mulai ramai dikunjungi wisatawan. Terlebih ada kebijakan untuk memungut retribuasi masuk ke objek wisata setempat yang diberlakukan sejak 2017. “Dari penyuluhan yang kami lakukan, termasuk kami koordinasi dengan pihak kelurahan, mulai ada kesadaran. Dulu, bisa ada ratusan sapi dilepas di sana, dan sekarang sudah lumayan berkurang,” ujar Wiryawan.
Memasuki tahun 2019, pihaknya menargetkan sudah tidak ada lagi sapi warga berkeliaran di Karang Sewu. Tahun ini akan dilakukan penataan, dan warga diharapkan ikut mendukung pembangannya, minimal dengan ikut menjaga kebersihan wilayah sekitar. *ode
Komentar