BPPD Badung Siap Mendukung Program Nomadic Tourism
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung siap mendukung program nomadic tourism yang dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata.
MANGUPURA, NusaBali
Program nomadic tourism merupakan salah satu inovasi baru untuk mengembangkan pariwisata Indonesia, sehingga lebih berdaya saing di tingkat dunia.Ketua BPPD Badung IGN Suryawijaya menyatakan sangat mendukung program nomadic tourism yang dicanangkan oleh Kemenpar. Generasi milenial atau ‘kids zaman now' memang harus banyak inovasi perubahan. Karena pariwisata itu memang dinamis. Meski Bali merupakan the best tourism island in the world, namun tak boleh berpuas diri. Kalau hanya membanggakan hal itu terus, Bali akan ditinggalkan oleh pesaing yang lain di negara lain.
“Badung sangat siap untuk nomadic tourism. Badung sangat inovatif dalam pengembangan pariwsata yang berkelanjutan. Saat ini kami telah mengembangkan marketing digital. Untuk mendukungnya pemkab akan menyediakan full wifi dari Badung selatan hingga utara. Saat ini sedang mengkaji untuk membuat suatu destinasi yang baru di Badung utara. Agar semua ini dapat berjalan dengan baik harus didukung oleh masyarakat,” tutur Suryawijaya yang juga ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, Jumat (23/3).
Dia meyakini dengan program nomadic tourism ini akan lebih banyak lagi wisatawan yang datang ke Bali. Dikatakan, pada 2019 Indonesia menargetkan 20 juta kunjungan. Dari total target itu 40 persennya dari Bali. Terkait program nomadic tourism ini, Menteri Pariwisata Arief Yahya pada Kamis (22/3) malam di sela acara Rakornas Kemenpar I 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), mengaku program itu merupakan solusi paling tepat untuk diterapkan di Indonesia. Indonesia yang terdiri dari 17 ribu lebih pulau tak ada solusi yang baku yang lebih tepat untuk pengembangan pariwisata.
Progam ini merupakan solusi untuk mengatasi keterbatasan atraksi, amenitas (berbagai fasilitas di luar akomodasi yang dapat dimanfaatkan wisatawan selama berwisata di suatu destinasi), dan aksesibilitas. Menpar mengaku untuk sementara difokuskan pada 10 destinasi prioritas dengan 4 destinasi sebagai pilot project yakni Danau Toba, Labuan Bajo, Borobudur, dan Mandalika.
“Bayangkan saja ada satu tempat yang sulit dijangkau, misalnya, namun berpotensi untuk mendatangkan wisatawan, bagaimana caranya. Hanya dengan program ini kita bisa mewujudkannya dengan cepat. Bisa dengan cara menyewa heli misalnya untuk menjangkaunya. Kita tak perlu menyiapkan fasilitas yang mengeluarkan dana miliaran rupiah. Oleh karenanya program nomadic tourism solusi sementara untuk selamanya. Kita tak akan bisa menemukan cara baru yang tepat dan cepat. Agar tak tertinggal dengan negara lain, maka saya memutuskan program ini yang paling baik,” tandasnya. *p
Program nomadic tourism merupakan salah satu inovasi baru untuk mengembangkan pariwisata Indonesia, sehingga lebih berdaya saing di tingkat dunia.Ketua BPPD Badung IGN Suryawijaya menyatakan sangat mendukung program nomadic tourism yang dicanangkan oleh Kemenpar. Generasi milenial atau ‘kids zaman now' memang harus banyak inovasi perubahan. Karena pariwisata itu memang dinamis. Meski Bali merupakan the best tourism island in the world, namun tak boleh berpuas diri. Kalau hanya membanggakan hal itu terus, Bali akan ditinggalkan oleh pesaing yang lain di negara lain.
“Badung sangat siap untuk nomadic tourism. Badung sangat inovatif dalam pengembangan pariwsata yang berkelanjutan. Saat ini kami telah mengembangkan marketing digital. Untuk mendukungnya pemkab akan menyediakan full wifi dari Badung selatan hingga utara. Saat ini sedang mengkaji untuk membuat suatu destinasi yang baru di Badung utara. Agar semua ini dapat berjalan dengan baik harus didukung oleh masyarakat,” tutur Suryawijaya yang juga ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung, Jumat (23/3).
Dia meyakini dengan program nomadic tourism ini akan lebih banyak lagi wisatawan yang datang ke Bali. Dikatakan, pada 2019 Indonesia menargetkan 20 juta kunjungan. Dari total target itu 40 persennya dari Bali. Terkait program nomadic tourism ini, Menteri Pariwisata Arief Yahya pada Kamis (22/3) malam di sela acara Rakornas Kemenpar I 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), mengaku program itu merupakan solusi paling tepat untuk diterapkan di Indonesia. Indonesia yang terdiri dari 17 ribu lebih pulau tak ada solusi yang baku yang lebih tepat untuk pengembangan pariwisata.
Progam ini merupakan solusi untuk mengatasi keterbatasan atraksi, amenitas (berbagai fasilitas di luar akomodasi yang dapat dimanfaatkan wisatawan selama berwisata di suatu destinasi), dan aksesibilitas. Menpar mengaku untuk sementara difokuskan pada 10 destinasi prioritas dengan 4 destinasi sebagai pilot project yakni Danau Toba, Labuan Bajo, Borobudur, dan Mandalika.
“Bayangkan saja ada satu tempat yang sulit dijangkau, misalnya, namun berpotensi untuk mendatangkan wisatawan, bagaimana caranya. Hanya dengan program ini kita bisa mewujudkannya dengan cepat. Bisa dengan cara menyewa heli misalnya untuk menjangkaunya. Kita tak perlu menyiapkan fasilitas yang mengeluarkan dana miliaran rupiah. Oleh karenanya program nomadic tourism solusi sementara untuk selamanya. Kita tak akan bisa menemukan cara baru yang tepat dan cepat. Agar tak tertinggal dengan negara lain, maka saya memutuskan program ini yang paling baik,” tandasnya. *p
Komentar