Adik Pelaku Tak Bisa Sekolah
Kedua orang tuanya sejak sebulan sebelum kejadian pembakaran, sudah tidak tidur di rumahnya lagi untuk menghindari anaknya mengamuk
Pasca Rumah Dibakar Penghuninya
DENPASAR, NusaBali
Pasca pembakaran rumah di Jalan Batanta Gang V/3 Banjar Abian Tegal, Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat, Sabtu (24/3) malam yang dilakukan penghuninya sendiri yakni I Putu Didik Setiawan, 26, membuat keluarga ini dilanda kesusahan. Bahkan, pembakaran yang meludeskan seluruh isi rumah membuat adik ketiga pelaku, Komang Aditya Putra Sudana, 18, yang bersekolah di SMK PGRI 3 Denpasar harus meliburkan diri karena tidak memiliki pakaian dan peralatan sekolah.
Anak ketiga dari empat bersaudara pasangan I Wayan Sulantara, 50, dan Ni Luh Susilawati, 50, ini tertunduk sedih ketika NusaBali menyambangi tempat tinggal sementara mereka yakni di kos-kosan belakang rumahnya, Selasa (27/3) sore. Aditya Putra yang baru duduk di bangku kelas II tersebut memilih menunggu orang tuanya punya uang untuk membelikannya pakaian dan peralatan sekolah.
Kata Aditya Putra, saat ini orang tuanya belum bisa membelikannya pakaian karena seluruh uangnya sudah diambil oleh kakaknya, I Putu Didik Setiawan, yang merupakan pelaku pembakaran rumah.
Ibunya yang tidak bekerja dan ayanya seorang sopir freelance belum mampu memenuhi kebutuhan sekolah anaknya, apalagi saat ini sang ayah masih sakit karena patah tulang ditabrak mobil sebelum kejadian pembakaran tersebut.
Bahkan saat ini orang tuanya juga masih membiayai sekolah adiknya Ni Ketut Ayu Candra Dewi, 13, yang masih duduk di kelas 6 SD.
Kendati punya kos-kosan sederhana, Aditya Putra menyebut semua hasil pembayaran kos, sudah diberikan ke pelaku. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, kata dia, masih mengandalkan uluran tangan dari sanak saudara dan tetangga. "Saya belum bisa sekolah karena semuanya termasuk pakaian sekolah ludes. Beruntung adik saya masih ada baju merah putihnya ada di londry sehingga bisa bersekolah. Kalau saya sama sekali sudah tidak ada," ungkapnya, sedih.
Dikatakan Aditya Putra, kakaknya tersebut memang sudah sejak sebelum menikah sering mengamuk dengan orang tuanya ketika minta uang. Bahkan lanjut dia, kakaknya tersebut sering mengancam orang tuanya dengan membawa pisau setiap kali tidak dipenuhi keinginannya untuk diberi uang. "Memang sudah sering, padahal sebelum rumah dibakar, sekitar satu minggunya sudah dikasih sama ibu saya Rp 2,5 juta. Tapi minta lagi dengan alasan mau beli cincin merayakan ulang tahun pernikahannya sebanyak Rp 3 juta, bapak saya sudah tidak punya uang lagi," kata Aditya Putra.
Bahkan kedua orang tuanya sejak sebulan sebelum kejadian pembakaran, sudah tidak tidur di rumahnya lagi untuk menghindari anaknya mengamuk. Saat itu, orang tuanya sudah tidak bisa lagi menyanggupi untuk memberikan uang. Jika tidak disanggupi, pelaku terus mengancam akan membunuh orang tuanya dengan membawa pisau. Bahkan Aditya Putra kerap menjadi pelampiasan kemarahan kakaknya yang menjadi pelaku pembakaran rumahnya tersebut. "Setiap tidak dapat uang dari ibu pasti saya jadi korban dimaki-maki. Padahal sebelum rumah dibakar saya diajak minum di rumah keluarga. Waktu itu sudah marah-marah maunya saya pukul pakai balok tapi dihalangi sama paman," kenangnya.
Selain uang kos-kosan yang sudah dihabiskan, dua motor yang ada di rumahnya juga digadaikan untuk memenuhi keinginan pelaku. Satu motor milik Aditya Putra digadaikan oleh pelaku, sedangkan motor lainnya digadaikan orang tuanya untuk diberikan juga kepada pelaku. Sehingga saat ini, selain kendala pakaian yang sudah hangus juga tidak memiliki kendaraan untuk sekolah. "Motor dua sudah digadai, yang satu milik kakak saya ini masih ditahan di polisi. Saya pikir saya libur sekolah dulu sementara bareng seminggu ini sampai bapak punya uang," ucapnya sedih.
Menurut Aditya Putra, orang tuanya sempat shock, bahkan saat penangkapan kakak keduanya tersebut ibunya sempat merasa kasihan. "Ibu tetap berpikir kasihan, tapi bapak sudah pasrah. Lebih baik ditangkap daripada terus orang tua jadi sasaran apalagi sudah tidak bekerja. Sekarang kakak katanya divonis 15 tahun penjara tidak boleh ditebus," jelasnya lagi.
Sementara, warga yang mengontrak di kos-kosan milik orang tua Aditya Putra merasa lega karena melihat pelaku sudah ditangkap. Sebab, selama ini yang menjadi korban amukan pelaku bukan hanya orang tuanya saja melainkan yang mengontrak di kos-kosan tersebut. Mereka kerap kali merasa terancam dimintai uang kontrakan dengan membawa pisau, padahal sudah dibayar ke orang tuanya. Tembok dan atap kontrakan tersebut dilubangi karena tidak mendapatkan uang.
"Bahkan kemarin, yang sempat ngontrak dipukul sampai kabur dari sini," terang Atini, 32, yang ngontrak kos-kosan tersebut. Kata Atini, pihaknya sering kali mendapatkan teror, sehingga tidak tenang berada dilingkungan itu. Ia dan warga lainnya merasa lega dengan ditangkapnya pelaku, apalagi selama ini kata Atini, orang tuanya selalu dibuat kewalahan memenuhi permintaan pelaku.
"Kami sering sekali jadi sasaran, yang paling kasihan kan orang tuanya. Kalo sekarang sudah ditangkap sedikit tenang orang tuanya. Kasihan dari dulu diamuk terus ditodongin pisau, bahkan atap-atap kontrakan semua berlubang karena dia mengamuk," imbuhnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah rumah di Jalan Batanta Gang V/3 Denpasar Barat ludes terbakar, Sabtu (24/3) malam sekitar pukul 22.00 Wita. Tragisnya, rumah ini justru sengaja dibakar penghuninya, I Putu Didik Setiawan, 26, saat pesta minuman keras bersama teman-temannya, karena pelaku kesal lantaran tidak diberikan uang oleh kedua orangtuanya. Saat aksi pembakaran rumah terjadi, pelaku Putu Didik Setiawan ini berada di rumah bersama rekan-rekannya untuk pesta minuman keras (miras). *m
DENPASAR, NusaBali
Pasca pembakaran rumah di Jalan Batanta Gang V/3 Banjar Abian Tegal, Desa Dauh Puri Kauh, Denpasar Barat, Sabtu (24/3) malam yang dilakukan penghuninya sendiri yakni I Putu Didik Setiawan, 26, membuat keluarga ini dilanda kesusahan. Bahkan, pembakaran yang meludeskan seluruh isi rumah membuat adik ketiga pelaku, Komang Aditya Putra Sudana, 18, yang bersekolah di SMK PGRI 3 Denpasar harus meliburkan diri karena tidak memiliki pakaian dan peralatan sekolah.
Anak ketiga dari empat bersaudara pasangan I Wayan Sulantara, 50, dan Ni Luh Susilawati, 50, ini tertunduk sedih ketika NusaBali menyambangi tempat tinggal sementara mereka yakni di kos-kosan belakang rumahnya, Selasa (27/3) sore. Aditya Putra yang baru duduk di bangku kelas II tersebut memilih menunggu orang tuanya punya uang untuk membelikannya pakaian dan peralatan sekolah.
Kata Aditya Putra, saat ini orang tuanya belum bisa membelikannya pakaian karena seluruh uangnya sudah diambil oleh kakaknya, I Putu Didik Setiawan, yang merupakan pelaku pembakaran rumah.
Ibunya yang tidak bekerja dan ayanya seorang sopir freelance belum mampu memenuhi kebutuhan sekolah anaknya, apalagi saat ini sang ayah masih sakit karena patah tulang ditabrak mobil sebelum kejadian pembakaran tersebut.
Bahkan saat ini orang tuanya juga masih membiayai sekolah adiknya Ni Ketut Ayu Candra Dewi, 13, yang masih duduk di kelas 6 SD.
Kendati punya kos-kosan sederhana, Aditya Putra menyebut semua hasil pembayaran kos, sudah diberikan ke pelaku. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari, kata dia, masih mengandalkan uluran tangan dari sanak saudara dan tetangga. "Saya belum bisa sekolah karena semuanya termasuk pakaian sekolah ludes. Beruntung adik saya masih ada baju merah putihnya ada di londry sehingga bisa bersekolah. Kalau saya sama sekali sudah tidak ada," ungkapnya, sedih.
Dikatakan Aditya Putra, kakaknya tersebut memang sudah sejak sebelum menikah sering mengamuk dengan orang tuanya ketika minta uang. Bahkan lanjut dia, kakaknya tersebut sering mengancam orang tuanya dengan membawa pisau setiap kali tidak dipenuhi keinginannya untuk diberi uang. "Memang sudah sering, padahal sebelum rumah dibakar, sekitar satu minggunya sudah dikasih sama ibu saya Rp 2,5 juta. Tapi minta lagi dengan alasan mau beli cincin merayakan ulang tahun pernikahannya sebanyak Rp 3 juta, bapak saya sudah tidak punya uang lagi," kata Aditya Putra.
Bahkan kedua orang tuanya sejak sebulan sebelum kejadian pembakaran, sudah tidak tidur di rumahnya lagi untuk menghindari anaknya mengamuk. Saat itu, orang tuanya sudah tidak bisa lagi menyanggupi untuk memberikan uang. Jika tidak disanggupi, pelaku terus mengancam akan membunuh orang tuanya dengan membawa pisau. Bahkan Aditya Putra kerap menjadi pelampiasan kemarahan kakaknya yang menjadi pelaku pembakaran rumahnya tersebut. "Setiap tidak dapat uang dari ibu pasti saya jadi korban dimaki-maki. Padahal sebelum rumah dibakar saya diajak minum di rumah keluarga. Waktu itu sudah marah-marah maunya saya pukul pakai balok tapi dihalangi sama paman," kenangnya.
Selain uang kos-kosan yang sudah dihabiskan, dua motor yang ada di rumahnya juga digadaikan untuk memenuhi keinginan pelaku. Satu motor milik Aditya Putra digadaikan oleh pelaku, sedangkan motor lainnya digadaikan orang tuanya untuk diberikan juga kepada pelaku. Sehingga saat ini, selain kendala pakaian yang sudah hangus juga tidak memiliki kendaraan untuk sekolah. "Motor dua sudah digadai, yang satu milik kakak saya ini masih ditahan di polisi. Saya pikir saya libur sekolah dulu sementara bareng seminggu ini sampai bapak punya uang," ucapnya sedih.
Menurut Aditya Putra, orang tuanya sempat shock, bahkan saat penangkapan kakak keduanya tersebut ibunya sempat merasa kasihan. "Ibu tetap berpikir kasihan, tapi bapak sudah pasrah. Lebih baik ditangkap daripada terus orang tua jadi sasaran apalagi sudah tidak bekerja. Sekarang kakak katanya divonis 15 tahun penjara tidak boleh ditebus," jelasnya lagi.
Sementara, warga yang mengontrak di kos-kosan milik orang tua Aditya Putra merasa lega karena melihat pelaku sudah ditangkap. Sebab, selama ini yang menjadi korban amukan pelaku bukan hanya orang tuanya saja melainkan yang mengontrak di kos-kosan tersebut. Mereka kerap kali merasa terancam dimintai uang kontrakan dengan membawa pisau, padahal sudah dibayar ke orang tuanya. Tembok dan atap kontrakan tersebut dilubangi karena tidak mendapatkan uang.
"Bahkan kemarin, yang sempat ngontrak dipukul sampai kabur dari sini," terang Atini, 32, yang ngontrak kos-kosan tersebut. Kata Atini, pihaknya sering kali mendapatkan teror, sehingga tidak tenang berada dilingkungan itu. Ia dan warga lainnya merasa lega dengan ditangkapnya pelaku, apalagi selama ini kata Atini, orang tuanya selalu dibuat kewalahan memenuhi permintaan pelaku.
"Kami sering sekali jadi sasaran, yang paling kasihan kan orang tuanya. Kalo sekarang sudah ditangkap sedikit tenang orang tuanya. Kasihan dari dulu diamuk terus ditodongin pisau, bahkan atap-atap kontrakan semua berlubang karena dia mengamuk," imbuhnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sebuah rumah di Jalan Batanta Gang V/3 Denpasar Barat ludes terbakar, Sabtu (24/3) malam sekitar pukul 22.00 Wita. Tragisnya, rumah ini justru sengaja dibakar penghuninya, I Putu Didik Setiawan, 26, saat pesta minuman keras bersama teman-temannya, karena pelaku kesal lantaran tidak diberikan uang oleh kedua orangtuanya. Saat aksi pembakaran rumah terjadi, pelaku Putu Didik Setiawan ini berada di rumah bersama rekan-rekannya untuk pesta minuman keras (miras). *m
1
Komentar