Puluhan Hektar Lahan Terendam Air
Warga Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Buleleng, berharap pemerintah secepatnya mengeruk pendangkalan Danau Buyan.
Warga Berharap Danau Buyan Secepatnya Dinormalisasi
SINGARAJA, NusaBali
Harapan itu menyusul luapan air danau menggenangi areal pertanian, rumah penduduk, dan bangunan sekolah dasar (SD) di Banjar Dasong dan Buyan. Kini sudah ada dua unit alat berat di lokasi sejak Desember 2017.
Luapan air Danau Buyan tidak saja menggenangi bangunan SDN 4 Pancasari, di Banjar Dasong. Volume air yang terus meningkat sejak Januari 2018, juga menggenani puluhan hektar lahan pertanian di sekitar danau. Belasan bangunan rumah ikut terendam. Jangkauan luapan air danau telah mencapai sejauh 450 meter dari tanggul danau.
Kepala Dusun (Kadus) Banjar Dasong, Made Suartana, Selasa (27/3) mengatakan, luas areal pertanian yang tergenang air mencapai 25 hektare. Dia memperkirakan luasan yang tergenang air akan bertambah. Karena intensitas hujan masih cukup tinggi di wilayah Pancasari. Bangunan teremdam yakni rumah 12 unit, satu sekolah SDN 4 Pancasari. Rumah yang terendam masih bisa ditempati pemiliknya, dengan membendung air masuk ke ruang dalam rumah. “Kalau sampai penghabisan musim hujan, pasti luas lahan yang terendam bisa sampai 50 hektare. Karena hujan masih cukup tinggi di Pancasari,” katanya.
Kadus Suartana berharap pendangkalan Danau Buyan segera dikeruk. Apalagi sudah ada dua alat berat yang ditempatkan di lokasi. Salah satu pemicu luapan air setiap musim penghujan akibat pendangkalan tersebut. Pendangkalan terjadi karena tingginya sidemen yang hanyut dari perbukitan dan lahan pertanian di sekitar danau. “Dulu alat berat itu dipakai membersihkan eceng godok dan kapu-kapu. Nah, tahun ini katanya pendangkalan itu akan dikeruk. Karena sudah ada dua alat berat di sini. Ya, kami berharap banyak. Setiap ada pertemuan, warga selalu mintanya agar pengerukan danau diprioritaskan,” ungkap Suartana.
Menurut Suartana, pemilik lahan di sekeliling danau sudah siap menerima limpahan sedimen hasil kerukan dari dalam danau. Limpahan sidemen itu untuk meninggikan lahan pertanian mereka. Disamping itu, sedimen itu dinyakini sangat subur. ‘’Karena pemilik lahan sekarang sudah beralih, tidak lagi tanam sayur mayur, mereka sudah menjadikan lahannya tempat wisata. Karena sayur mayur sudah tidak menjanjikan, setiap tahun hanya produktif tiga bulan, sisanya tidak bisa menghasilkan,” katanya.
Kepala BWS Bali Penida Ketut Jayada, belum bisa dikonfirmasi. Pihaknya pernah menyatakan, alat berat yang ditempatkan di pinggir danau itu belum bisa digunakan mengeruk sedimentasi. Alat itu hanya digunakan membersihkan danau dari serbuan eceng gondok. “Posisi sekarang tidak memungkinkan melakukan pengerukan, karena air sangat tinggi,” katanya.
Jayada kala itu juga menyebut, Danau Buyan tidak masuk dalam penanganan danau prioritas, seperti Danau Batur. “Kami harap pemkab dan pemprov juga bisa sama-sama mendorong agar Danau Buyan ini dijadikan prioritas. Saya rasa semua sangat berkepentingan agar danau ini selamat,” jelasnya.
BWS juga berharap di Danau Buyan dibangun tanggul pemisah yang membatasi danau dengan lahan pribadi. Saat ini sebenarnya sudah ada tanggul pembatas. Hanya saja di dalam tanggul masih terdapat lahan pribadi, sehingga BWS masih ragu melakukan pengerukan pada lokasi-lokasi tertentu. Lahan pertanian di sekitar Danau Buyan juga diharapkan bisa dialihkan dari tanaman sayur menjadi tanaman lain. Sehingga laju sedimentasi yang mengarah ke danau, dapat ditekan.
“Kami juga upayakan membeli suction (alat berat penyedot, Red). Mudah-mudahan tahun ini bisa kebagian. Kalau pakai ekskavator kan kurang maksimal. Tapi kalau ada alat khusus, pasti lebih efektif,” tandasnya.
Langkah ke arah penanganan Danau Buyan sempat dilakukan melalui Forum Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan pihak terkait BWS BP, BKSDA dan lainnya yang dikoordinir oleh Pusat Pengendalain Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali dan Nusa Tenggara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, selaku koordinator pengananan Danau.
Diketahui, pendangkalan danau diperkirakan telah mencapai 20 meter dari kedalaman awal 80 meter. Melalui FGD itu telah dihasilkan sembilan poin kesepakatan besama, diantaranya sepakat pemulihan secepatnya dilakukan karena telah terjadi penurunan fungsi akibat aktivitas manusia di dalam danau, sempadan danau dan daerah tangkapan air danau. Pemulihan ini akan menjadi prioritas kegiatan di masing-masing lembaga terkait sesuai kewenangan dan ketersediaan anggaran, kemudian pemulihan dilakukan secara terpadu yang meliputi perairan danau, sempadan danay, dan daerah tangkapan air danau. Kemudian pemulihan ekosistem yang berada di kawasan konservasi taman wisata alam (TWA) dilakukan melalui kerjasama antara BKSDA, BWS BP dan Pemkab Buleleng. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Harapan itu menyusul luapan air danau menggenangi areal pertanian, rumah penduduk, dan bangunan sekolah dasar (SD) di Banjar Dasong dan Buyan. Kini sudah ada dua unit alat berat di lokasi sejak Desember 2017.
Luapan air Danau Buyan tidak saja menggenangi bangunan SDN 4 Pancasari, di Banjar Dasong. Volume air yang terus meningkat sejak Januari 2018, juga menggenani puluhan hektar lahan pertanian di sekitar danau. Belasan bangunan rumah ikut terendam. Jangkauan luapan air danau telah mencapai sejauh 450 meter dari tanggul danau.
Kepala Dusun (Kadus) Banjar Dasong, Made Suartana, Selasa (27/3) mengatakan, luas areal pertanian yang tergenang air mencapai 25 hektare. Dia memperkirakan luasan yang tergenang air akan bertambah. Karena intensitas hujan masih cukup tinggi di wilayah Pancasari. Bangunan teremdam yakni rumah 12 unit, satu sekolah SDN 4 Pancasari. Rumah yang terendam masih bisa ditempati pemiliknya, dengan membendung air masuk ke ruang dalam rumah. “Kalau sampai penghabisan musim hujan, pasti luas lahan yang terendam bisa sampai 50 hektare. Karena hujan masih cukup tinggi di Pancasari,” katanya.
Kadus Suartana berharap pendangkalan Danau Buyan segera dikeruk. Apalagi sudah ada dua alat berat yang ditempatkan di lokasi. Salah satu pemicu luapan air setiap musim penghujan akibat pendangkalan tersebut. Pendangkalan terjadi karena tingginya sidemen yang hanyut dari perbukitan dan lahan pertanian di sekitar danau. “Dulu alat berat itu dipakai membersihkan eceng godok dan kapu-kapu. Nah, tahun ini katanya pendangkalan itu akan dikeruk. Karena sudah ada dua alat berat di sini. Ya, kami berharap banyak. Setiap ada pertemuan, warga selalu mintanya agar pengerukan danau diprioritaskan,” ungkap Suartana.
Menurut Suartana, pemilik lahan di sekeliling danau sudah siap menerima limpahan sedimen hasil kerukan dari dalam danau. Limpahan sidemen itu untuk meninggikan lahan pertanian mereka. Disamping itu, sedimen itu dinyakini sangat subur. ‘’Karena pemilik lahan sekarang sudah beralih, tidak lagi tanam sayur mayur, mereka sudah menjadikan lahannya tempat wisata. Karena sayur mayur sudah tidak menjanjikan, setiap tahun hanya produktif tiga bulan, sisanya tidak bisa menghasilkan,” katanya.
Kepala BWS Bali Penida Ketut Jayada, belum bisa dikonfirmasi. Pihaknya pernah menyatakan, alat berat yang ditempatkan di pinggir danau itu belum bisa digunakan mengeruk sedimentasi. Alat itu hanya digunakan membersihkan danau dari serbuan eceng gondok. “Posisi sekarang tidak memungkinkan melakukan pengerukan, karena air sangat tinggi,” katanya.
Jayada kala itu juga menyebut, Danau Buyan tidak masuk dalam penanganan danau prioritas, seperti Danau Batur. “Kami harap pemkab dan pemprov juga bisa sama-sama mendorong agar Danau Buyan ini dijadikan prioritas. Saya rasa semua sangat berkepentingan agar danau ini selamat,” jelasnya.
BWS juga berharap di Danau Buyan dibangun tanggul pemisah yang membatasi danau dengan lahan pribadi. Saat ini sebenarnya sudah ada tanggul pembatas. Hanya saja di dalam tanggul masih terdapat lahan pribadi, sehingga BWS masih ragu melakukan pengerukan pada lokasi-lokasi tertentu. Lahan pertanian di sekitar Danau Buyan juga diharapkan bisa dialihkan dari tanaman sayur menjadi tanaman lain. Sehingga laju sedimentasi yang mengarah ke danau, dapat ditekan.
“Kami juga upayakan membeli suction (alat berat penyedot, Red). Mudah-mudahan tahun ini bisa kebagian. Kalau pakai ekskavator kan kurang maksimal. Tapi kalau ada alat khusus, pasti lebih efektif,” tandasnya.
Langkah ke arah penanganan Danau Buyan sempat dilakukan melalui Forum Group Discussion (FGD) dengan menghadirkan pihak terkait BWS BP, BKSDA dan lainnya yang dikoordinir oleh Pusat Pengendalain Pembangunan Ekoregion (P3E) Bali dan Nusa Tenggara, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, selaku koordinator pengananan Danau.
Diketahui, pendangkalan danau diperkirakan telah mencapai 20 meter dari kedalaman awal 80 meter. Melalui FGD itu telah dihasilkan sembilan poin kesepakatan besama, diantaranya sepakat pemulihan secepatnya dilakukan karena telah terjadi penurunan fungsi akibat aktivitas manusia di dalam danau, sempadan danau dan daerah tangkapan air danau. Pemulihan ini akan menjadi prioritas kegiatan di masing-masing lembaga terkait sesuai kewenangan dan ketersediaan anggaran, kemudian pemulihan dilakukan secara terpadu yang meliputi perairan danau, sempadan danay, dan daerah tangkapan air danau. Kemudian pemulihan ekosistem yang berada di kawasan konservasi taman wisata alam (TWA) dilakukan melalui kerjasama antara BKSDA, BWS BP dan Pemkab Buleleng. *k19
1
Komentar