Pertanian dan Industri Kreatif Topang Bali
Tiga sektor industri potensial dikembangkan menjadi Industri Potensial Kompetitif Daerah (IPKD) untuk menunjang stabilitas pertumbuhan ekonomi Bali, yang dominan bergantung pada sektor pariwisata.
DENPASAR, NusaBali
Ketiga sektor tersebut industri pertanian, perkebunan dan industri kreatif. Hal itu terungkap dalam Desiminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) yang digelar Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Provinsi Bali di Hotel Haris, Sunset Road Kuta, Rabu (28/3).
Dari hasil penelitian BI dan didukung hasil Focus Group Discussion (FGD) bersama pemerintah, perbankan, pelaku usaha, asosiasi terkait dan kalangan akademisi, ketiga sektor ini memiliki keunggulan komparatif dari sisi bahan baku, tenaga kerja dan peluang ekspor yang cukup tinggi.”Gap ekspor yang bernilai positif (permintaan dunia lebih besar dari ekspor aktualnya), maka industri tersebut berpotensi menjadi IPKD pilihan,” ujar Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Provinsi Bali (BI KPWil Bali) Azka Subhan Aminurindo.
Industri pakaian jadi dan industri pengolahan kayu contoh dari sektor industri kreatif misalnya. Dikatakan, Azka menunjukkan potensi pasar atau ekspor masih cukup tinggi didukung dengan bahan baku dan tenaga kerja yang cukup banyak. “Demikian juga berdasarkan simulasi dampaknya,” kata Azka.
Berdasarkan simulasi dampak, lanjut Azka pengembangan industri kreatif dapat meningkatkan nilai ekspor sebesar 0,2 persen, volume ekspor 0,04 persen. Dan kontribusi pada peningkatan PDRB sektor industri sebesar 0,26 persen. “ Dalam pengembangan IPKD diharapkan ada satu manejemen yang terintegrasi , sehingga lebih fokus dan terukur,” sarannnya.
Strategi dalam aspek manajemen dikatakan Azka, bisa dengan pembentukan aliansi antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi dan penyusunan roadmap bersama.
Sebelumnya dalam desiminasi KEKR Bank Indonesia tersebut terungkap indentifikasi sumber–sumber pertumbuhan ekonomi baru di Bali, perlu menyusul melambatnya kinerja ekonomi Bali. Salah satunya pada periode triwulan IV 2017, akibat peningkatan aktivitas Gunung Agung yang berimbas menurunnya jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. rtinya ketika pariwisata mengalami guncangan, sektor lain mesti mampu menjaga akselarasi stabilitas pertumbuhan ekonomi Bali.
Desiminasi KEKR Bank Indonesia Provinsi Bali, dihadiri berbagai pihak terkait, baik Pemprov, Pemkab/Pemkot se- Bali. Dua orang pembicara membedah dan melakukan kajian, terhadap potensi-potensi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Bali. Keduanya, Ida Bagus Raka Suardana (ekonom yang juga guru besar dari Undiknas Denpasar, dan Ryan Kiryanto (SVP Chief Economist BNI. *k17
Ketiga sektor tersebut industri pertanian, perkebunan dan industri kreatif. Hal itu terungkap dalam Desiminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) yang digelar Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Provinsi Bali di Hotel Haris, Sunset Road Kuta, Rabu (28/3).
Dari hasil penelitian BI dan didukung hasil Focus Group Discussion (FGD) bersama pemerintah, perbankan, pelaku usaha, asosiasi terkait dan kalangan akademisi, ketiga sektor ini memiliki keunggulan komparatif dari sisi bahan baku, tenaga kerja dan peluang ekspor yang cukup tinggi.”Gap ekspor yang bernilai positif (permintaan dunia lebih besar dari ekspor aktualnya), maka industri tersebut berpotensi menjadi IPKD pilihan,” ujar Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Bank Indonesia Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah Provinsi Bali (BI KPWil Bali) Azka Subhan Aminurindo.
Industri pakaian jadi dan industri pengolahan kayu contoh dari sektor industri kreatif misalnya. Dikatakan, Azka menunjukkan potensi pasar atau ekspor masih cukup tinggi didukung dengan bahan baku dan tenaga kerja yang cukup banyak. “Demikian juga berdasarkan simulasi dampaknya,” kata Azka.
Berdasarkan simulasi dampak, lanjut Azka pengembangan industri kreatif dapat meningkatkan nilai ekspor sebesar 0,2 persen, volume ekspor 0,04 persen. Dan kontribusi pada peningkatan PDRB sektor industri sebesar 0,26 persen. “ Dalam pengembangan IPKD diharapkan ada satu manejemen yang terintegrasi , sehingga lebih fokus dan terukur,” sarannnya.
Strategi dalam aspek manajemen dikatakan Azka, bisa dengan pembentukan aliansi antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi dan penyusunan roadmap bersama.
Sebelumnya dalam desiminasi KEKR Bank Indonesia tersebut terungkap indentifikasi sumber–sumber pertumbuhan ekonomi baru di Bali, perlu menyusul melambatnya kinerja ekonomi Bali. Salah satunya pada periode triwulan IV 2017, akibat peningkatan aktivitas Gunung Agung yang berimbas menurunnya jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. rtinya ketika pariwisata mengalami guncangan, sektor lain mesti mampu menjaga akselarasi stabilitas pertumbuhan ekonomi Bali.
Desiminasi KEKR Bank Indonesia Provinsi Bali, dihadiri berbagai pihak terkait, baik Pemprov, Pemkab/Pemkot se- Bali. Dua orang pembicara membedah dan melakukan kajian, terhadap potensi-potensi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Bali. Keduanya, Ida Bagus Raka Suardana (ekonom yang juga guru besar dari Undiknas Denpasar, dan Ryan Kiryanto (SVP Chief Economist BNI. *k17
Komentar