Goa Jepang Terkenang Sukanta Wahyu
Objek Wisata Goa Jepang, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, sempat ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupuan mancanegara.
SEMARAPURA, NusaBali
Karena di sisi selatan goa ini sempat terpajang puluhan parung patung dan lukisan karya seniman multitalenta I Made Sukanta Wahyu.Sukanta Wahyu, seniman asal Banjar Sengkiding, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Namun semenjak Sukanta Wahyu hengkang dari Goa Jepang, berikut karya seninya, pada tahun 2015, tak lama kemudian kondisi Goa Jepang terkesan mati suri.
“Ketika Pak Sukanta Wahyu di sana, suasana di Goa Jepang lebih berwarna dengan dipajang sejumlah lukisan dan patung di sisi selatan. Bahkan kunjungan wisatawan pun saat itu ramai dan terkoordinir,” ujar Sang Nyoman Putrayasa, anggota DPRD Klungkung asal Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, belum lama ini.
Namun pasca hengkang dari Goa Jepang, Sukanta Wahyu memutuskan untuk terus berkarya di kediamannya, Banjar Sengkiding, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Sembari merintis sebuah museum untuk mengabadikan buah karyanya baik berupa seni patung dan seni lukis. Upaya ini sejatinya sudah dirintis sejak puluhan tahun lalu, tepatnya setelah Sukanta Wahyu pensiun dari PNS sebagai Kasi Kebudayaan di Dinas Kebudayaan Klungkung pada 1995.
Sejak saat itu seniman senior berusia 78 tahun tersebut, terus berkreasi untuk menghasilkan karya seni patung dan lukis dengan ciri khasnya sendiri. Sukanta Wahyu menyebut karyanya sebagai keajabian sabda alam, dalam artian setiap bahan berupa kayu atau lainnya yang didapat dari alam memiliki bentuk dan tekstrur tersendiri. Dari sanalah Sukanta Wahyu mengeksplorasi bantuk yang tersimpan dari alam, baik wujud menyerupai anatomi manusia, lingga-yoni dan lainnya.
Setelah berjuang keras dalam waktu 22 tahun lebih, akhirnya Sukanta Wahyu bisa membuat 600 karya seni, yaitu 400 karya seni patung dan 200 karya seni lukis. Semua karya itu ditampung pada sebuah lokasi seluas 35 are, di Banjar Sengkiding. ”Upaya mendirikan museum ini juga didukung oleh anak saya,” ujar Sukanta Wahyu, kepada NusaBali. *wan
Karena di sisi selatan goa ini sempat terpajang puluhan parung patung dan lukisan karya seniman multitalenta I Made Sukanta Wahyu.Sukanta Wahyu, seniman asal Banjar Sengkiding, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Namun semenjak Sukanta Wahyu hengkang dari Goa Jepang, berikut karya seninya, pada tahun 2015, tak lama kemudian kondisi Goa Jepang terkesan mati suri.
“Ketika Pak Sukanta Wahyu di sana, suasana di Goa Jepang lebih berwarna dengan dipajang sejumlah lukisan dan patung di sisi selatan. Bahkan kunjungan wisatawan pun saat itu ramai dan terkoordinir,” ujar Sang Nyoman Putrayasa, anggota DPRD Klungkung asal Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, belum lama ini.
Namun pasca hengkang dari Goa Jepang, Sukanta Wahyu memutuskan untuk terus berkarya di kediamannya, Banjar Sengkiding, Desa Aan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung. Sembari merintis sebuah museum untuk mengabadikan buah karyanya baik berupa seni patung dan seni lukis. Upaya ini sejatinya sudah dirintis sejak puluhan tahun lalu, tepatnya setelah Sukanta Wahyu pensiun dari PNS sebagai Kasi Kebudayaan di Dinas Kebudayaan Klungkung pada 1995.
Sejak saat itu seniman senior berusia 78 tahun tersebut, terus berkreasi untuk menghasilkan karya seni patung dan lukis dengan ciri khasnya sendiri. Sukanta Wahyu menyebut karyanya sebagai keajabian sabda alam, dalam artian setiap bahan berupa kayu atau lainnya yang didapat dari alam memiliki bentuk dan tekstrur tersendiri. Dari sanalah Sukanta Wahyu mengeksplorasi bantuk yang tersimpan dari alam, baik wujud menyerupai anatomi manusia, lingga-yoni dan lainnya.
Setelah berjuang keras dalam waktu 22 tahun lebih, akhirnya Sukanta Wahyu bisa membuat 600 karya seni, yaitu 400 karya seni patung dan 200 karya seni lukis. Semua karya itu ditampung pada sebuah lokasi seluas 35 are, di Banjar Sengkiding. ”Upaya mendirikan museum ini juga didukung oleh anak saya,” ujar Sukanta Wahyu, kepada NusaBali. *wan
Komentar